Teks -- Galatia 4:1-21 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Gal 4:2 - PENGAWASAN SAMPAI PADA SAAT YANG TELAH DITENTUKAN OLEH BAPANYA.
Nas : Gal 4:2
Pernyataan Paulus ini, sekalipun terutama dipakai untuk menjelaskan
keadaan orang percaya di bawah perjanjian yang lama, menunjukkan ...
Nas : Gal 4:2
Pernyataan Paulus ini, sekalipun terutama dipakai untuk menjelaskan keadaan orang percaya di bawah perjanjian yang lama, menunjukkan bahwa orang-tua rohani biasanya mengawasi pembinaan anak-anak mereka
(lihat cat. --> Ul 6:7).
[atau ref. Ul 6:7]
Pengawasan seperti itu dilaksanakan dengan pendidikan di rumah atau menyerahkan anak-anak kepada guru yang rohani. Alkitab dengan jelas mengajar bahwa orang-tua harus berusaha sebaik-baiknya supaya anak-anak mereka menerima pendidikan yang kudus dan sesuai dengan Kristus dan terlindung dari filsafat yang menyesatkan dan prinsip-prinsip yang non alkitabiah dari dunia
(lihat cat. --> Luk 1:17;
[atau ref. Luk 1:17]
lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK).
Full Life: Gal 4:6 - ROH ... YANG BERSERU, "YA ABBA, YA BAPA!"
Nas : Gal 4:6
Salah satu tugas Roh Kudus ialah menciptakan perasaan kasih anak di
dalam hati anak-anak Allah yang menyebabkan mereka mengenal Allah...
Nas : Gal 4:6
Salah satu tugas Roh Kudus ialah menciptakan perasaan kasih anak di dalam hati anak-anak Allah yang menyebabkan mereka mengenal Allah sebagai Bapa.
- 1) Istilah "_Abba_" adalah bahasa Aram yang artinya "Bapa". Itulah kata
yang dipakai Yesus ketika membicarakan Bapa-Nya di sorga. Perpaduan
istilah Aram "_Abba_" dengan istilah Yunani untuk ayah (_pater_)
mengungkap kedalaman keintiman, perasaan mendalam, kesungguhan,
kehangatan, dan keyakinan yang dengannya Roh menyebabkan kita berseru
kepada Allah (bd. Mr 14:36; Rom 8:15,26-27). Dua tanda yang pasti
dari pekerjaan Roh di dalam kita adalah seruan spontan kepada Allah
sebagai "Bapa" dan ketaatan spontan kepada Yesus Kristus sebagai "Tuhan"
(lihat cat. --> 1Kor 12:3).
[atau ref. 1Kor 12:3]
- 2) Mungkin yang terutama dimaksudkan Paulus dalam ayat ini adalah
baptisan dalam Roh Kudus dan kepenuhan yang berkesinambungan (bd.
Kis 1:5; 2:4; Ef 5:18), karena hubungan kita dengan Dia sebagai anak
dijadikan Allah sebagai alasan untuk mengutus Roh Kudus. Karena kita
sudah menjadi "anak" melalui iman kepada Kristus, Allah mencurahkan Roh
Kudus ke dalam hati kita. Keadaan "diterima menjadi anak" (ayat
Gal 4:5) mendahului pengiriman Roh Kudus
(lihat cat. --> Gal 3:5).
[atau ref. Gal 3:5]
Full Life: Gal 4:13 - SAKIT PADA TUBUHKU.
Nas : Gal 4:13
Penyakit yang dimaksudkan di sini mungkin berupa sakit mata (ayat
Gal 4:15), malaria, duri di dalam daging (2Kor 12:7) atau cacat
ja...
Nas : Gal 4:13
Penyakit yang dimaksudkan di sini mungkin berupa sakit mata (ayat Gal 4:15), malaria, duri di dalam daging (2Kor 12:7) atau cacat jasmaniah karena dilempari batu. Apa pun yang dimaksudkan, rupanya itu menjadi suatu masalah jasmaniah. Orang percaya yang setia mengikuti kehendak Allah dan giat dalam pelayanan Kristen tidaklah bebas dari serangan penyakit, nyeri jasmaniah atau kelemahan.
Full Life: Gal 4:19 - MENDERITA SAKIT BERSALIN.
Nas : Gal 4:19
"Sakit bersalin" (Yun. _odino_) melukiskan dukacita, penderitaan
batin, dan kerinduan Paulus agar orang Galatia yang telah terpisah ...
Nas : Gal 4:19
"Sakit bersalin" (Yun. _odino_) melukiskan dukacita, penderitaan batin, dan kerinduan Paulus agar orang Galatia yang telah terpisah dari Kristus dan telah "hidup di luar kasih karunia" (Gal 5:4) dapat diselamatkan. Dia mengatakan bahwa mereka memerlukan kelahiran rohani yang kedua kalinya dan selaku ibu dia menderita kembali sakit bersalin supaya Kristus dapat dibentuk lagi di dalam diri mereka.
BIS -> Gal 4:6
BIS: Gal 4:6 - Karena kalian adalah Karena kalian adalah: atau Untuk menunjukkan bahwa kalian adalah.
Karena kalian adalah: atau Untuk menunjukkan bahwa kalian adalah.
Jerusalem: Gal 4:1-4 - -- Perbandingan lain yang diambil dari tata hukum. Meskipun bangsa terpilih, namun orang Yahudi yang nanti menjadi ahli waris hanya budak saja selama tat...
Perbandingan lain yang diambil dari tata hukum. Meskipun bangsa terpilih, namun orang Yahudi yang nanti menjadi ahli waris hanya budak saja selama tata hukum Taurat berlaku, Gal 4:3. Kalau seorang Kristen mau menaklukkan diri kepada tata hukum itu maka ia kembali menempatkan diri dalam keadaan anak, bdk Gal 4:9.
Jerusalem: Gal 4:3 - roh-roh dunia Harafiah: unsur-unsur dunia. Ialah unsur-unsur dunia materiil. Tetapi dalam pikiran Paulus ungkapan itu, bdk Gal 4:9; Kol 2:8,20, menunjuk kepada huku...
Harafiah: unsur-unsur dunia. Ialah unsur-unsur dunia materiil. Tetapi dalam pikiran Paulus ungkapan itu, bdk Gal 4:9; Kol 2:8,20, menunjuk kepada hukum Taurat yang dengan teliti mengatur penggunaan barang materiil itu, Gal 4:10; Kol 2:16. Sekaligus ungkapan itu menunjuk kepada roh-roh atau kuasa-kuasa di angkasa, khususnya binatang-binatang yang menurut kepercayaan orang melalui hukum Taurat, Gal 3:19+; Kol 2:15+, memelihara dan melindungi dunia.
Jerusalem: Gal 4:4 - genap waktunya ungkapan "kegenapan waktu" berarti: zaman Mesias atau zaman terakhir sudah datang. Zaman itu memenuhi penantian yang berabad-abad lamanya, seolah-olah...
Jerusalem: Gal 4:5 - -- Disebutkan aspek negatip (takluk kepada hukum Taurat) dan segi positip (menjadi anak) pada penebusan. Dengan menjadi anak si budak dimerdekakan. Budak...
Disebutkan aspek negatip (takluk kepada hukum Taurat) dan segi positip (menjadi anak) pada penebusan. Dengan menjadi anak si budak dimerdekakan. Budak yang dimerdekakan diangkat menjadi anak, tidak hanya oleh karena menurut hukum menjadi waris, Gal 4:7 (bdk Gal 3:29), tetapi terutama oleh karena dikurniai dengan hidup ilahi. Dalam memberi karunia itu ketiga diri ilahi bergabung, Gal 4:6 (bdk 2Ko 13:13+).
Jerusalem: Gal 4:9 - sesudah kamu dikenal Allah Pertobatan orang-orang Galatia adalah karya Allah, yang terlebih dahulu "mengenal" (ialah memilih dan mengasihi) mereka, bdk 1Ko 8:2-3; 13:12.
Pertobatan orang-orang Galatia adalah karya Allah, yang terlebih dahulu "mengenal" (ialah memilih dan mengasihi) mereka, bdk 1Ko 8:2-3; 13:12.
Jerusalem: Gal 4:12 - akupun telah menjadi sama seperti kamu Ini kiranya terjadi oleh karena Paulus tidak menepati hukum Taurat waktu berada di tengah orang-orang Galatia bdk 1Ko 9:21.
Ini kiranya terjadi oleh karena Paulus tidak menepati hukum Taurat waktu berada di tengah orang-orang Galatia bdk 1Ko 9:21.
Jerusalem: Gal 4:13 - oleh karena aku sakit Penyakit itu kiranya memaksa Paulus tinggal lebih lama di daerah Galatia. Kesempatan itu dimanfaatkan Paulus untuk mewartakan Injil.
Penyakit itu kiranya memaksa Paulus tinggal lebih lama di daerah Galatia. Kesempatan itu dimanfaatkan Paulus untuk mewartakan Injil.
Jerusalem: Gal 4:18 - Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain Var: Hendaklah dengan giat mengusahakan yang baik.
Var: Hendaklah dengan giat mengusahakan yang baik.
Jerusalem: Gal 4:21 - tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat Ialah mendengarkan kesaksian Kitab Suci, bdk Rom 3:19+. Hendaklah menjadi waris dari apa yang dijanjikan tidak cukuplah orang keturunan Abraham, bdk M...
Ialah mendengarkan kesaksian Kitab Suci, bdk Rom 3:19+. Hendaklah menjadi waris dari apa yang dijanjikan tidak cukuplah orang keturunan Abraham, bdk Mat 3:9; orang harus menjadi keturunan Abraham bukan seperti Ismael, tetapi seperti Ishak, ialah berdasarkan janji, Gal 4:23, yang menjanjikan keturunan lebih berpaut dengan roh dari pada dengan daging, Gal 4:29, sehingga Ishak sebagai keturunan "rohani" Abraham melambangkan orang Kristen, Gal 4:28; bdk Rom 9:6 dst. Jalan pikiran fundamentil itu dijelaskan lebih lanjut dengan hal-hal lain yang dangkal dan sedikit banyak dicari-cari saja.
Ende: Gal 4:3 - Anasir-anasir dunia Menilik Gal 4:9 dan Gal 4:10 sudah
terang, bahwa jang dimaksudkan disini, ialah peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan
hukum dan adat-istiadat Ja...
Menilik Gal 4:9 dan Gal 4:10 sudah terang, bahwa jang dimaksudkan disini, ialah peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan hukum dan adat-istiadat Jahudi, jang tak terhitung banjaknja, lagi diiringi antjaman-antjaman berat, sehingga benar-benar "memperhambakan" bawahan-bawahannja".
Menurut kepertjajaan orang "kafir" anasir-anasir dunia adalah roh-roh gaib jang memenuhi djagad raja dan menguasai nasib manusia. Paulus disini menjamakan sikap Jahudi terhadap kaum Jahudi dengan tahjul kekafiran itu. Dengan "kita" disini tentu sadja pertama-tama dimaksudkan orang Jahudi, tetapi Paulus agaknja ingat djuga akan orang Galatia jang bukan Jahudi, jang dahulu takluk kepada ketakutan tachjul orang "kafir". Paulus barangkali hendak memperingatkan mereka, bahwa menerima hukum Jahudi sama artinja dengan berbalik kepada tachjul kekafiran.
Ende: Gal 4:6 - Menjeru Abba, ja Bapa adalah terdjemahan dari "Aba", jang ditambah sebagai
keterangan. Terdjemahannja jang sebenarnja, lebih tepat dan lebih djelas dalam
bahasa kita, ialah...
adalah terdjemahan dari "Aba", jang ditambah sebagai keterangan. Terdjemahannja jang sebenarnja, lebih tepat dan lebih djelas dalam bahasa kita, ialah "Bapa" sadja. Seruan itu baru penuh berarti, kalau diutjapkan dalam bahasa kekanak-kanakan jang chusus dimasing-masing keluarga. Demikian halnja "Abba" pada orang Jahudi.
Untuk tepat mengerti kata "menjeru", baik kita ingat ungkapan jang lazim dalam Perdjandjian Lama, jaitu "menjeru Allah", maksudnja: pertjaja kepada Allah dan mengharapkan segala-galanja dari padaNja.
Ende: Gal 4:9 - Dikenal oleh Allah Ungkapan jang bertjorak bahasa Perdjandjian Lama ini
berarti: dipilih dan ditjintai Allah dari kekal.
Ungkapan jang bertjorak bahasa Perdjandjian Lama ini berarti: dipilih dan ditjintai Allah dari kekal.
Ende: Gal 4:9 - Anasir-anasir jang tak berdaja dan hampa Hukum taurat memberi perintah-perintah
dan larangan-larangan, tetapi tidak mampu memberi kekuatan hati untuk melakukannja.
Hukum taurat memberi perintah-perintah dan larangan-larangan, tetapi tidak mampu memberi kekuatan hati untuk melakukannja.
Disini beberapa anasir disebutkan jang menjatakan tachjul hampa.
Ende: Gal 4:12 - Djadi seperti aku jaitu hidup berdasarkan kepertjajaan tanpa pengamalan
hukum taurat.
jaitu hidup berdasarkan kepertjajaan tanpa pengamalan hukum taurat.
tidak berhukum taurat.
Ende: Gal 4:13 - Kelemahan dagingku rupanja suatu penjakit buruk jang memaksa Paulus tinggal
beberapa lama di Galatia.
rupanja suatu penjakit buruk jang memaksa Paulus tinggal beberapa lama di Galatia.
Ende: Gal 4:14 - Suatu pertjobaan jaitu untuk menolak Indjil. Dewasa itu, baik pada orang
Jahudi, maupun pada orang "kafir", tiap-tiap penjakit buruk atau tjatjat
dipandang sebagai sua...
jaitu untuk menolak Indjil. Dewasa itu, baik pada orang Jahudi, maupun pada orang "kafir", tiap-tiap penjakit buruk atau tjatjat dipandang sebagai suatu kutuk atau hukuman dari Allah atau dewa-dewa, sehingga seorang jang kena sakit demikian, sukar dapat diterima sebagai utusan Allah.
Ende: Gal 4:15 - Mentjungkil kedua belah mata suatu kiasan berlebih-lebihan, tetapi jang
menjatakan betapa keluhuran hati orang Galatia kepada Paulus waktu itu.
suatu kiasan berlebih-lebihan, tetapi jang menjatakan betapa keluhuran hati orang Galatia kepada Paulus waktu itu.
jaitu Indjil jang membebaskan.
Ende: Gal 4:17 - Memisahkan jaitu mendjauhkan dari lingkungan Indjil murni dan dari Paulus
beserta Kristus.
jaitu mendjauhkan dari lingkungan Indjil murni dan dari Paulus beserta Kristus.
Ende: Gal 4:19 - Kristus terbentuk didalam dirimu ingatlah 3:37 dan Bdl. Efe 4:11-13.
Kisah Hagar dan Sara digunakan Paulus sebagai pelambang untuk menerangkan
bedanja antara penganut hukum taurat dan...
ingatlah 3:37 dan Bdl. Efe 4:11-13.
Kisah Hagar dan Sara digunakan Paulus sebagai pelambang untuk menerangkan bedanja antara penganut hukum taurat dan penganut Indjil.
Ref. Silang FULL: Gal 4:3 - kita takluk // roh-roh dunia · kita takluk: Gal 4:8,9,24,25; Gal 2:4
· roh-roh dunia: Kol 2:8,20
· kita takluk: Gal 4:8,9,24,25; Gal 2:4
· roh-roh dunia: Kol 2:8,20
Ref. Silang FULL: Gal 4:4 - genap waktunya // mengutus Anak-Nya // seorang perempuan // hukum Taurat · genap waktunya: Mr 1:15; Rom 5:6; Ef 1:10
· mengutus Anak-Nya: Yoh 3:17; Yoh 3:17
· seorang perempuan: Yoh 1:14; Yoh 1:14
&midd...
Ref. Silang FULL: Gal 4:5 - untuk menebus // kita diterima // menjadi anak · untuk menebus: Rom 3:24; Rom 3:24
· kita diterima: Yoh 1:12
· menjadi anak: Rom 8:14; Rom 8:14
Ref. Silang FULL: Gal 4:6 - Roh Anak-Nya // dalam hati // ya Bapa · Roh Anak-Nya: Kis 16:7; Kis 16:7
· dalam hati: Rom 5:5
· ya Bapa: Rom 8:15,16
Ref. Silang FULL: Gal 4:8 - mengenal Allah // kamu memperhambakan // bukan Allah · mengenal Allah: Rom 1:28; 1Kor 1:21; 15:34; 1Tes 4:5; 2Tes 1:8
· kamu memperhambakan: Gal 4:3; Gal 4:3
· bukan Allah: 2Taw 13:9...
· mengenal Allah: Rom 1:28; 1Kor 1:21; 15:34; 1Tes 4:5; 2Tes 1:8
· kamu memperhambakan: Gal 4:3; [Lihat FULL. Gal 4:3]
· bukan Allah: 2Taw 13:9; Yes 37:19; Yer 2:11; 5:7; 16:20; 1Kor 8:4,5
Ref. Silang FULL: Gal 4:9 - dikenal Allah // memperhambakan diri // lagi · dikenal Allah: 1Kor 8:3
· memperhambakan diri: Gal 4:3; Gal 4:3
· lagi: Kol 2:20
Ref. Silang FULL: Gal 4:12 - kepadamu, saudara-saudara · kepadamu, saudara-saudara: Rom 7:1; Rom 7:1; Gal 6:18
· mengatakan kebenaran: Am 5:10
· mengikuti mereka: Gal 2:4,12
· di antaramu: Gal 4:13,14
Ref. Silang FULL: Gal 4:19 - Hai anak-anakku // dalam kamu · Hai anak-anakku: 1Tes 2:11; 1Tes 2:11
· dalam kamu: Rom 8:29; Ef 4:13
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Gal 4:1-7 - Penebusan oleh Kristus
Rasul Paulus, dalam pasal ini, masih terus melanjutkan tujuan yang sama dengan pasal sebelumnya, yaitu memulihkan orang-orang Kristen Galatia ini...
- Rasul Paulus, dalam pasal ini, masih terus melanjutkan tujuan yang sama dengan pasal sebelumnya, yaitu memulihkan orang-orang Kristen Galatia ini dari pengaruh guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi, dan juga untuk memperlihatkan kelemahan dan kedunguan mereka karena telah mundur dari ajaran Injil mengenai pembenaran, dan melepaskan kemerdekaan mereka dari ikatan hukum Musa. Untuk tujuan tersebut, Paulus mengetengahkan berbagai pertimbangan, misalnya,
- I. Keunggulan keadaan Injil yang jauh melampaui keadaan hukum Taurat (ay. 1-7).
- II. Perubahan yang membahagiakan yang terjadi dalam diri mereka ketika mereka bertobat (ay. 8-11).
- III. Kasih sayang yang mereka rasakan baginya dan pelayanannya (ay. 12-16).
- IV. Tabiat guru-guru palsu yang telah menyesatkan mereka (ay. 17-18).
- V. Kasih sayangnya yang mendalam bagi mereka (ay. 19-20).
- VI. Kisah Ishak dan Ismael, yang dengan menggunakannya sebagai perbandingan, ia menggambarkan perbedaan orang-orang yang ada dalam Kristus dan yang tunduk kepada hukum Taurat. Dalam semuanya itu, sebagaimana dia telah berterusterang dan setia terhadap mereka, demikianlah dia mengungkapkan kepeduliannya yang mendalam terhadap mereka.
Penebusan oleh Kristus (4:1-7)
- Dalam pasal ini Rasul Paulus langsung menanggapi orang-orang yang mengindahkan guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi, yang mengagung-agungkan hukum Musa untuk menyaingi Injil Kristus dan berusaha membawa orang-orang Kristen Galatia di bawah ikatan hukum tersebut. Untuk menyadarkan orang-orang Kristen itu akan kebodohan mereka dan memperbaiki kekeliruan mereka dalam hal itu, di ayat-ayat ini dia memakai perumpamaan mengenai anak yang belum akil baliq, yang telah dia singgung di pasal sebelumnya. Melalui perumpamaan itu, dia menunjukkan keuntungan-keuntungan besar yang kini kita miliki di bawah Injil, yang jauh melampaui apa yang mereka dapatkan di bawah hukum Taurat. Di sini,
- I. Dia memperkenalkan kepada kita keadaan jemaat dalam Perjanjian Lama, yaitu seperti anak yang belum akil baliq. Pada saat itu mereka berada dalam kegelapan dan ikatan, jika dibandingkan dengan terang dan kemerdekaan besar yang kita nikmati di bawah Injil. Keadaan Injil itu sungguh suatu masa penyelenggaraan kasih karunia, sedangkan keadaan Perjanjian Lama itu merupakan masa kegelapan. Sebab, sebagai ahli waris dalam kelemahannya, anak itu berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya, yang olehnya dia dididik dan dibimbing dalam hal-hal yang tidak begitu ia pahami maknanya selama masa belum akil baliq, sekalipun di kemudian hari hal-hal itu akan menjadi amat berguna baginya. Demikian jugalah umat dalam Perjanjian Lama. Tatanan kepemimpinan Musa yang membawahi mereka saat itu merupakan sesuatu yang tidak mereka pahami artinya sepenuhnya. Sebab, sebagaimana dikatakan Rasul Paulus (2Kor. 3:13; saduran), mereka tidak dapat melihat hilangnya cahaya yang sementara itu. Akan tetapi, bagi umat yang telah menjadi dewasa, yaitu pada zaman Injil, cahaya itu kemudian menjadi sangat bermanfaat. Oleh karena keadaan zaman Perjanjian Lama itu merupakan masa kegelapan, di dalamnya terkandung juga ikatan atau perbudakan. Sebab, mereka takluk juga kepada roh-roh dunia, terikat oleh banyak sekali tata upacara dan kewajiban yang membebani. Dan dengannya, yang merupakan asas-asas pertama, mereka diajarkan dan dibimbing, dan dengan begitu, sebagaimana seorang anak yang sedang berada di bawah perwalian dan pengawasan, mereka dibuat tunduk. Pada masa itu, jemaat lebih menyerupai hamba, diwajibkan untuk melakukan semua hal seturut perintah Allah, tanpa benar-benar memahami alasan di baliknya. Sementara, pelayanan di bawah Injil jauh lebih masuk akal dibanding semua itu. Saat yang ditentukan oleh Bapa datang, yaitu ketika jemaat mencapai kematangannya, kegelapan dan perbudakan yang sebelumnya menimpa mereka itu pun disingkirkan, dan kita berada di bawah masa penyelenggaraan yang jauh lebih terang dan memerdekakan.
- II. Dia mengungkapkan kepada kita keadaan orang-orang Kristen di bawah tugas penyelenggaraan Injil, yang jauh lebih bahagia (ay. 4- 7). Setelah genap waktunya, yaitu saat yang ditentukan oleh Bapa, ketika Dia mengakhiri masa penyelenggaraan hukum Taurat dan mendirikan masa penyelenggaraan lain yang lebih baik untuk menggantikannya, Dia mengutus anak-Nya. Yang diutus untuk memperkenalkan masa penyelenggaraan baru ini tiada lain adalah Anak Allah sendiri, anak tunggal Sang Bapa. Seperti telah dinubuatkan dan dijanjikan semenjak dunia ini didirikan, begitulah ketika genap waktunya Dia dinyatakan untuk tujuan ini. Sesuai dengan rancangan agung yang telah Dia jalankan, Dia ditetapkan untuk lahir dari seorang perempuan, dan inilah penjelmaan-Nya, dan takluk kepada hukum Taurat, dan inilah sikap tunduk-Nya. Dia, yang adalah benar-benar Allah, menjadi manusia demi kita. Dan Dia, yang adalah Tuhan dari segala mahkluk, rela tunduk dan menjadi seorang hamba. Dan tujuan agung dari semua ini adalah untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, yaitu untuk menyelamatkan kita dari kuk yang begitu berat itu dan untuk menjadikan ketetapan-ketetapan Injil lebih masuk akal dan ringan. Dengan datang ke dunia ini, Ia sungguh memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar membebaskan kita dari ikatan hukum keupacaraan itu, sebab Dia masuk ke dalam sifat kita dan rela menderita dan mati bagi kita, supaya dengan begitu Dia dapat menebus kita dari murka Allah dan dari kutuk hukum moral, yang menimpa kita semua sebagai pendosa. Tetapi itu hanyalah salah satu dari tujuan-Nya, dan belas kasihan tersedia untuk dicurahkan pada saat Dia menyatakan diri-Nya. Pada saat itulah keadaan jemaat yang seperti hamba akan berakhir dan digantikan dengan keadaan yang lebih baik, sebab Dia diutus untuk menebus kita, supaya kita diterima menjadi anak, yaitu supaya kita tidak lagi dianggap dan diperlakukan sebagai hamba, tetapi sebagai anak-anak yang tumbuh dewasa, yang dikaruniai dengan kebebasan yang lebih besar dan dilimpahi dengan hak-hak istimewa yang lebih besar daripada ketika kita ada di bawah perwalian dan pengawasan. Kepada pengertian inilah Rasul Paulus menuntun kita dengan penjelasannya supaya menjadi perhatian kita, sekalipun tidak diragukan lagi ungkapan itu dapat juga dimengerti sebagai pengangkatan sebagai anak yang sering kali dibicarakan Injil sebagai hak istimewa orang-orang yang percaya kepada Kristus. Israel adalah anak Allah, anak sulung-Nya (Rm. 9:4). Akan tetapi sekarang, di bawah Injil, orang-orang percaya diangkat anak, dan sebagai bukti dan kesungguhan hal itu, mereka juga memiliki Roh yang menjadikan mereka anak Allah, yang memberi mereka kewajiban untuk berdoa dan memampukan mereka untuk memandang Allah sebagai Bapa dalam doa mereka (ay. 6): Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ya Abba, ya Bapa! Oleh karena itu (ay. 7), Rasul Paulus menutup penjelasannya ini dengan menambahkan, Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. Artinya, di bawah Injil, kita tidak lagi ada di bawah perhambaan hukum Taurat itu, tetapi oleh kepercayaan kepada Kristus, kita menjadi anak-anak Allah. Dengan percaya kepada Kristus, kita diterima oleh Allah dan diangkat anak oleh-Nya. Dan, sebagai anak-anak, kita juga adalah ahli waris Allah yang berhak menerima warisan sorgawi (sebagaimana yang juga diungkapkan Rasul Paulus dalam 17). Oleh karena itu, alangkah dungu dan lemahnya jika kita kembali kepada hukum Taurat dan mencari pembenaran dengan melakukan hukum itu. Dari perkataan Rasul Paulus dalam ayat-ayat ini kita dapat mencermati,
- 1. Keajaiban kasih dan belas kasihan ilahi terhadap kita, terutama dari Allah Sang Bapa, dalam mengutus Anak-Nya ke dunia ini untuk menebus dan menyelamatkan kita, serta dari Anak Allah juga, yang rela merendahkan diri sebegitu rendahnya dan menderita sedemikian hebatnya bagi kita, untuk menggenapi rancangan itu. Dan juga keajaiban kasih dan belas kasihan ilahi dari Roh Kudus, yang rela merendah dengan mendiami hati para orang percaya untuk memenuhi tujuan penuh rahmat tersebut.
- 2. Keuntungan-keuntungan besar dan tak ternilai yang dinikmati orang-orang Kristen di bawah Injil, sebab,
- (1) Kita menerima pengangkatan sebagai anak. Perhatikanlah, diangkat menjadi anak-anak Allah yang menguasai sorga merupakan hak yang sangat istimewa yang diperoleh orang-orang percaya melalui Kristus. Kita, yang pada dasarnya merupakan anak-anak yang dimurkai dan anak-anak durhaka, telah menjadi anak-anak yang dikasihi melalui kasih karunia.
- (2) Kita menerima Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah. Perhatikanlah,
- [1] Semua orang yang menerima hak istimewa pengangkatan anak, memperoleh juga Roh yang menjadikan mereka anak-anak Allah. Semua orang yang diterima olehNya, juga turut mengambil sifat sebagai anak-anak Allah, sebab Dia ingin semua anak-anak-Nya menjadi serupa dengan-Nya.
- [2] Roh yang menjadikan anak-anak Allah ialah Roh doa, dan kita wajib memandang Allah sebagai Bapa dalam doa kita. Kristus telah mengajari kita agar memandang Allah sebagai Bapa kita di sorga ketika berdoa.
- [3] Jika kita adalah anak-anak-Nya, maka kita juga adalah ahli waris-Nya. Tidak seperti di antara manusia yang menjadikan hanya anak sulung sebagai ahli waris, semua anak-anak Allah adalah ahli waris-Nya. Orang-orang yang memiliki sifat anak juga akan memiliki warisan sebagai anak.
Matthew Henry: Gal 4:8-11 - Teguran yang Penuh Kasih Sayang Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:8-11)
Dalam ayat-ayat ini Rasul Paulus mengingatkan mereka siapa mereka itu sebelum bertobat dan beriman kepada ...
Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:8-11)
- Dalam ayat-ayat ini Rasul Paulus mengingatkan mereka siapa mereka itu sebelum bertobat dan beriman kepada Kristus, dan betapa pertobatan itu telah mengerjakan perubahan yang membahagiakan dalam diri mereka. Seterusnya, dia berusaha menginsafkan mereka dari kelemahan besar mereka, yaitu bahwa mereka mendengarkan orang-orang yang hendak menyeret mereka kembali ke dalam ikatan hukum Musa.
- I. Dia mengingatkan mereka mengenai keadaan dan perilaku mereka di masa lalu, dan siapa mereka sebelum Injil diberitakan kepada mereka. Pada saat itu mereka tidak mengenal Allah. Mereka sama sekali tidak tahu-menahu tentang Allah yang sejati dan cara yang benar untuk menyembah-Nya. Pada waktu itu mereka juga ada di bawah perbudakan yang terburuk, sebab mereka memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakikatnya bukan Allah, diperintah mengerjakan hal-hal takhayul dan pemujaan berhala bagi allah-allah yang pada hakikatnya bukan Allah, melainkan ciptaan semata, bahkan mungkin saja ciptaan tangan mereka sendiri. Oleh karena itu, allah-allah itu tidak mampu mendengarkan atau menolong mereka. Perhatikanlah,
- 1. Orang-orang yang tidak mengenal Allah yang sejati pasti akan cenderung lari kepada allah-allah palsu. Orang-orang yang mengabaikan Allah yang menciptakan dunia ini lebih memilih untuk memuja allah-allah yang mereka buat sendiri, daripada tidak memiliki allah sama sekali.
- 2. Penyembahan agamawi hanya layak diberikan kepada Dia yang pada hakikatnya adalah Allah. Sebab, ketika Rasul Paulus mempersalahkan mereka karena memuja sesuatu yang pada hakikatnya bukan Allah, dengan jelas ia menunjukkan bahwa hanya Dia yang pada hakikatnya Allah sajalah yang layak menjadi tujuan penyembahan agamawi kita.
- II. Dia mengimbau mereka supaya mengingat perubahan membahagiakan yang terjadi atas diri mereka melalui pemberitaan Injil di antara mereka. Sekarang mereka telah mengenal Allah (mereka telah dibawa ke dalam pengetahuan mengenai Allah yang sejati dan Anak-Nya Yesus Kristus, yang memulihkan mereka dari kebebalan dan ikatan yang sebelumnya membelenggu mereka), atau lebih baik, sesudah mereka dikenal Allah. Perubahan membahagiakan yang terjadi atas diri mereka ini, yaitu mereka berbalik dari berhala-berhala kepada Allah yang hidup, dan melalui Kristus mereka telah diangkat sebagai anak, semuanya terjadi bukan karena jasa mereka sendiri, melainkan karena kebaikan Allah. Semua itu adalah hasil dari kasih karunia-Nya yang melimpah dan cuma-cuma terhadap mereka, dan karena itu mereka harus mempertimbangkannya. Oleh karena itu, mereka pun kini memiliki kewajiban yang lebih besar untuk tetap memegang kebebasan yang dengannya Dia sudah memerdekakan mereka. Perhatikanlah, segenap perkenalan kita dengan Allah dimulai dengan Dia. Kita mengenal Dia, sebab kita dikenal oleh-Nya.
- III. Oleh sebab itu Rasul Paulus membeberkan kebebalan dan kegilaan mereka yang mau dibawa kembali ke dalam perhambaan. Dia mengungkapkannya dengan rasa terkejut dan prihatin yang amat sangat, karena mereka ternyata berbuat demikian: Bagaimanakah kamu berbalik lagi dst., katanya (ay. 9). “Bagaimana mungkin kamu, yang telah diajari untuk menyembah Allah dengan cara Injili, kini terseret lagi untuk menuruti cara penyembahan dulu yang hanya penuh dengan tata upacara belaka? Kamu yang telah mengenal masa penyelenggaraan terang, kebebasan, dan kasih, seperti yang ada dalam Injil, kini tunduk pada masa penyelenggaraan kegelapan, perhambaan, dan kengerian, sebagaimana yang ada dalam hukum Taurat?” Dalam hal ini mereka memiliki alasan yang lebih lemah, sebab mereka belum pernah ada di bawah hukum Musa sebelumnya seperti bangsa Yahudi dulu. Oleh karena itu, dalam hal ini mereka lebih tidak dapat dimaafkan dibandingkan bangsa Yahudi, yang bisa saja masih merasa terikat terhadap sesuatu yang begitu lama menjadi bagian dari mereka. Di samping itu, orang-orang ini juga memperhambakan diri lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin, yang tidak memiliki kuasa untuk membersihkan jiwa mereka atau memuaskan pikiran mereka, dan yang hanya dirancangkan bagi keadaan jemaat yang belum akil baliq, yang kini telah berakhir. Oleh karena itu, kelemahan dan kebodohan mereka semakin parah lagi karena mereka memperhambakan diri kepada hal-hal tersebut dan serupa dengan umat Yahudi karena turut serta dalam perayaan-perayaan mereka, yang di sini disebutkan sebagai hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Perhatikanlah di sini,
- 1. Tidak mustahil bagi orang-orang yang sudah memeluk sebuah agama untuk kemudian disimpangkan dari kemurnian dan kesederhanaan agama itu, sebab inilah yang terjadi pada orang-orang Kristen ini. Dan,
- 2. Semakin besar belas kasihan yang ditunjukkan Allah kepada seseorang, dengan cara membawanya mengenal Injil beserta dengan kemerdekaan dan hak-hak istimewa di dalamnya, maka semakin besar pula dosa dan kebodohannya bila orang itu kemudian beralih dari semuanya itu. Inilah yang ditekanlah oleh Rasul Paulus, yaitu bahwa sesudah mereka mengenal Allah, atau lebih baik lagi, sesudah mereka dikenal oleh-Nya, mereka masih saja ingin diperhamba oleh roh-roh dunia yang lemah dan miskin itu.
- IV. Di sini dia menyatakan kecemasannya mengenai mereka, kuatir kalau-kalau susah payahnya untuk mereka telah sia-sia. Dia sudah banyak bersusah-payah untuk mereka, untuk memberitakan Injil kepada mereka, dan berupaya meneguhkan mereka dalam iman dan kemerdekaan di dalam Injil. Akan tetapi kini mereka melepaskan semua itu dan membuat susah payahnya di antara mereka tidak berbuah dan tidak berguna, dan pikiran inilah yang teramat meresahkannya. Perhatikanlah,
- 1. Banyak sekali jerih payah para pelayan yang setia menjadi sia-sia, dan ketika hal itu terjadi, pastilah menimbulkan kepedihan yang mendalam bagi orang-orang yang menginginkan keselamatan jiwa-jiwa itu. Perhatikanlah,
- 2. Susah payah para pelayan menjadi sia-sia di dalam orang-orang yang memulai dalam Roh tetapi berakhir dalam daging, yang, meskipun pada awalnya memulai dengan baik, tetapi setelahnya menyimpang dari jalan Injil. Perhatikanlah,
- 3. Orang-orang seperti itu, yang menyebabkan jerih payah para pelayan Yesus Kristus menjadi sia-sia, harus memberi pertanggungan jawab yang sungguh besar di kemudian hari.
Matthew Henry: Gal 4:12-16 - Teguran yang Penuh Kasih Sayang Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:12-16)
Supaya orang-orang Kristen ini menjadi semakin malu karena penyimpangan mereka dari kebenaran Injil yang ...
Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:12-16)
- Supaya orang-orang Kristen ini menjadi semakin malu karena penyimpangan mereka dari kebenaran Injil yang telah Paulus beritakan kepada mereka, di sini dia mengingatkan mereka akan kasih sayang mereka yang dalam yang mereka tunjukkan sebelumnya baginya dan bagi pelayanannya. Hal ini dapat membuat mereka menyadari betapa tidak selarasnya kelakuan mereka kini dengan apa yang mereka katakan dahulu. Di sini kita dapat mengamati,
- I. Betapa penuh kasih sayangnya dia memanggil mereka. Dia memanggil mereka saudara-saudara, sekalipun dia tahu bahwa hati mereka sudah sangat menjauh darinya. Dia ingin supaya semua rasa tersinggung disingkirkan dulu, supaya mereka berpikiran mengenai dia sama seperti dia berpikiran terhadap mereka. Dia menginginkan mereka supaya menjadi sama seperti dia, sebab dia pun telah menjadi sama seperti mereka. Terlebih lagi, dia mengatakan kepada mereka bahwa belum pernah dia alami sesuatu yang tidak baik dari mereka. Dia tidak pernah berseteru dengan mereka mengenai kepentingannya. Meski dengan mempersalahkan kelakuan mereka, ia telah menunjukkan sedikit amarah dan keprihatinan pikirannya, dia meyakinkan mereka bahwa hal itu bukanlah dikarenakan persoalan atau perseteruan pribadi (sebagaimana mereka mungkin terpancing untuk berpikir demikian), melainkan karena hasrat untuk menjaga kebenaran dan kemurnian Injil, serta kesejahteraan dan kebahagiaan mereka. Oleh karena itu dia berusaha untuk melembutkan perasaan mereka terhadapnya, sehingga mereka lebih siap menerima tegurannya. Dengan ini, dia mengajarkan kita supaya apabila kita hendak menegur orang lain, kita harus berhati-hati untuk meyakinkan mereka bahwa teguran kita bukanlah berasal dari perseteruan atau perasaan pribadi, melainkan dari kepedulian tulus akan kehormatan Allah dan agama serta akan kesejahteraan mereka sendiri sebenar-benarnya. Sebab, teguran biasanya ampuh ketika terbukti tidak membawa kepentingan pribadi di dalamnya.
- II. Bagaimana dia menegaskan kasih sayang yang dulu mereka tunjukkan kepadanya, sehingga mereka menjadi lebih malu lagi akan perlakuan mereka terhadapnya sekarang. Untuk tujuan ini,
- 1. Dia mengingatkan mereka mengenai kesulitan yang dia hadapi ketika dia pertama kali datang di antara mereka: Aku tahu, katanya, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. Kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang dimaksudkannya dengan sakit pada tubuhnya itu, yang dalam pernyataan berikutnya diungkapkannya sebagai pencobaan dalam tubuhnya (meski tak diragukan lagi bahwa hal itu diketahui oleh orang-orang Kristen yang menerima suratnya). Beberapa orang mengartikannya sebagai penganiayaan yang telah ia derita oleh karena Injil, sementara beberapa lainnya mengartikannya sebagai sesuatu dalam dirinya pribadi, atau caranya berbicara yang mungkin membuat pelayanannya kurang lugas dan kurang dapat diterima, mengacu pada 2Kor. 10:10 dan 12:7-10. Akan tetapi, apa pun itu, sepertinya kesulitan itu tidak menghalangi mereka untuk mengasihinya. Sebab,
- 2. Dia memperhatikan bahwa sekalipun dia mempunyai kelemahan (yang mungkin saja mengurangi harga dirinya di hadapan orang lain), mereka tidak menganggapnya hina dan tidak menolaknya karena hal itu. Sebaliknya, mereka telah menyambut dia sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, bahkan sama seperti menyambut Yesus Kristus sendiri. Mereka begitu menghormati dan menyambutnya sebagai seorang utusan, seakan-akan seorang malaikat Allah atau bahkan Yesus Kristus sendirilah yang telah bersabda kepada mereka. Ya, demikian besar rasa hormat mereka terhadapnya, sehingga, sekiranya saja mungkin, mereka bahkan rela mencungkil mata mereka dan memberikannya kepadanya. Perhatikanlah, betapa tidak menentunya rasa hormat yang ditunjukkan manusia, betapa cepatnya mereka berubah pikiran, dan betapa mudahnya mereka dirasuki kebencian terhadap orang-orang yang pernah mereka hormati dan sayangi, sampai-sampai mereka tega ingin mencungkil mata orang-orang untuk siapa mereka sebelumnya rela mencungkil mata mereka sendiri! Karena itulah kita harus berupaya supaya dikenan oleh Allah saja, sebab sedikit sekali artinya dihakimi oleh suatu pengadilan manusia (1Kor. 4:3).
- III. Betapa sungguh-sungguhnya dia menegur mereka di sini: Dan sekarang, katanya, di manakah bahagiamu itu? Seakan-akan dia berkata, “Dulu kamu merasa sangat bersukacita dan puas dengan kabar baik Injil, dan kamu sangat bersemangat melimpahi berkat-berkat ke atasku sebagai pemberitanya. Namun mengapakah kamu kini begitu berubah, sampai-sampai hanya sedikit yang tersisa dari semua itu dan juga sedikit sekali hormat untukku? Dulu kamu begitu merasa berbahagia menerima Injil, tetapi apakah kini kamu telah berubah pikiran menjadi sebaliknya?” Perhatikanlah, orang-orang yang sudah meninggalkan kasih mereka yang mula-mula sebaiknya merenungkan, di manakah kini kebahagiaan yang dulu pernah mereka bicarakan itu? Apa jadinya kini dengan kesenangan yang dulu mereka nikmati ketika bersekutu dengan Allah dan bersahabat dengan para pelayan-Nya? Untuk lebih menekankan supaya mereka merasa malu akan perilaku mereka kini, Paulus sekali lagi bertanya, (ay. 16), “Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu? Bagaimana mungkin aku, yang dulu merupakan kesayanganmu, kini dianggap musuhmu? Dapatkah kamu mengemukakan alasan selain bahwa aku telah mengatakan kebenaran kepadamu dan berusaha supaya kamu mengenal kebenaran Injil dan meneguhkanmu di dalamnya? Jika tidak, lunturnya kasih sayangmu itu amat tidak masuk akal!” Perhatikanlah,
- 1. Tidak aneh jika manusia sering kali menganggap musuh orang-orang yang sebenarnya adalah teman terbaik mereka. Sebab, tidak diragukan lagi, orang-orang itu, entah mereka para hamba Tuhan atau yang lainnya, yang mengatakan kebenaran kepada mereka, bersikap jujur dan setia terhadap mereka dalam hal yang berkaitan dengan keselamatan kekal mereka, sebagaimana yang dilakukan Rasul Paulus di sini terhadap orang-orang Kristen itu.
- 2. Para hamba Tuhan terkadang mungkin menciptakan musuh-musuh mereka demi menunaikan tugas mereka dengan setia, sebab inilah yang terjadi pada Paulus. Dia dianggap musuh oleh karena mengatakan kebenaran kepada mereka.
- 3. Meski begitu, para hamba Tuhan tidak boleh menahan-nahan kebenaran hanya karena takut menyinggung orang lain atau mendatangkan kemarahan terhadap diri mereka.
- 4. Mereka dapat merasa tenang bila mereka sadar bahwa jika orang lain memusuhi mereka, hal itu hanya dikarenakan mereka telah mengatakan kebenaran kepada orang-orang itu.
Matthew Henry: Gal 4:17-18 - Teguran yang Penuh Kasih Sayang Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:17-18)
Rasul Paulus masih mengusung rencana yang sama dengan ayat-ayat sebelumnya, yaitu untuk menginsafkan jema...
Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:17-18)
- Rasul Paulus masih mengusung rencana yang sama dengan ayat-ayat sebelumnya, yaitu untuk menginsafkan jemaat di Galatia akan dosa dan kebebalan mereka karena telah menyimpang dari kebenaran Injil. Setelah sebelumnya membeberkan perubahan sikap mereka terhadap dirinya yang telah membangun mereka di dalam Injil, di sini dia menerangkan sifat-sifat para guru palsu yang berupaya menjauhkan mereka dari Injil. Jika saja mereka mengindahkan penjelasannya ini, mereka pasti akan menyadari betapa bodohnya mendengarkan guru-guru palsu itu. Apa pun pendapat mereka tentang guru-guru palsu itu, Paulus memberi tahu mereka bahwa guru-guru itu hanyalah manusia-manusia licik yang ingin meninggikan diri dan menggunakan kepura-puraan untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, bukannya kepentingan jemaat. “Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu,” katanya, “Mereka menunjukkan rasa hormat yang besar untukmu dan berpura-pura menyayangi kamu, tetapi tidak dengan tulus hati. Mereka melakukannya tanpa tujuan baik, tidak tulus dan benar di dalam melakukan semuanya itu, sebab mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka. Tujuan utama mereka adalah memenangkan hatimu, dan untuk itu, mereka melakukan segala cara supaya bisa melunturkan kasih sayangmu terhadap aku dan terhadap kebenaran, sehingga mereka bisa menguasai kamu sepenuhnya.” Paulus meyakinkan mereka bahwa itulah tujuan guru-guru palsu itu, sehingga sangat tidak bijaksana jika jemaat mengindahkan mereka. Perhatikanlah,
- 1. Sikap giat bisa saja ditunjukkan bahkan ketika hanya ada sedikit kebenaran dan ketulusan di dalamnya.
- 2. Itulah cara yang biasa dilakukan oleh para perayu untuk memenangkan hati orang-orang. Dengan begitu, mereka bisa menarik orang-orang itu supaya sepikiran dengan mereka.
- 3. Apapun kedok yang mereka pakai, biasanya mereka lebih mengindahkan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan orang lain dan tidak segan menghancurkan nama baik orang lain, jika itu bisa melambungkan nama mereka sendiri. Pada kesempatan ini, Rasul Paulus memberi kita aturan yang baik sekali yang bisa kita lihat di ayat 18, Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik. Terjemahan kita juga bisa berarti dalam seorang yang baik, jadi bisa dianggap bahwa Rasul Paulus merujuk pada dirinya sendiri. Makna ini dianggap didukung oleh konteks sebelumnya dan juga oleh kata-kata setelahnya, dan bukan hanya bila aku ada di antaramu, seakan-akan dia telah berkata, “Dulu kamu begitu menyayangi dan menganggapku seorang yang baik, dan kini kamu punya alasan untuk berubah pikiran. Tentunya seharusnya kamu menunjukkan sikap yang sama terhadap aku ketika aku tidak ada di antaramu, seperti yang kamu lakukan ketika aku ada di antaramu.” Akan tetapi, jika kita memegang teguh terjemahan kita sendiri, di sini Rasul Paulus memperlengkapi kita dengan sebuah aturan yang sangat baik untuk mengarahkan dan mengatur kita dalam melatih rasa giat kita. Ada dua hal yang terutama dianjurkannya kepada kita untuk tujuan ini:
- (1) Bahwa sifat giat hanya boleh diterapkan pada hal baik, sebab bergiat itu baik jika dilakukan dalam hal yang baik. Orang-orang yang bergiat melakukan kejahatan hanya akan menimbulkan lebih banyak kerugian. Dan,
- (2) Sifat giat ini harus dilakukan secara terus-menerus. Memang baik selalu bergiat dalam perkara baik, tetapi jangan hanya sekali saja, atau kadang-kadang, seperti orang yang sakit demam, melainkan harus seperti suhu panas alami dalam tubuh, yang bersifat tetap. Betapa bahagianya jemaat Kristus jika aturan ini diterapkan dengan lebih baik di antara orang-orang Kristen!
Matthew Henry: Gal 4:19-20 - Teguran yang Penuh Kasih Sayang Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:19-20)
Supaya orang-orang Kristen ini dapat menanggung teguran-teguran yang terpaksa harus diberikannya, di sini...
Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:19-20)
- Supaya orang-orang Kristen ini dapat menanggung teguran-teguran yang terpaksa harus diberikannya, di sini Rasul Paulus mengungkapkan kasih sayangnya yang besar dan kepedulian mendalam yang dirasakannya terhadap kesejahteraan mereka. Dia tidaklah seperti mereka, yaitu tidak menunjukkan sikap tertentu ketika dia berada di antara mereka dan bersikap lain saat tidak ada di antara mereka. Lunturnya kasih sayang mereka terhadapnya tidak lantas meluruhkan kasihnya kepada mereka, tetapi dia masih menghormati mereka sama seperti sebelumnya. Dia juga tidak seperti guru-guru palsu yang berpura-pura mengasihi mereka, padahal pada waktu yang bersamaan mereka hanyalah mengutamakan kepentingan mereka sendiri. Akan tetapi, dia benar-benar peduli terhadap kepentingan utama mereka dengan hati yang tulus. Dia tidak mengincar kepentingan mereka, melainkan diri mereka. Mereka sudah siap menganggapnya musuh, tetapi dia meyakinkan mereka bahwa dia adalah teman mereka. Bahkan, bukan itu saja, dia juga merasa seperti orangtua bagi mereka. Dia memanggil mereka sebagai anak-anaknya, seperti yang sewajarnya, sebab dia telah menjadi alat bagi pertobatan mereka ke dalam iman Kristen. Ya, dia memanggil mereka anak-anaknya, dan panggilan itu menunjukkan kasih dan kelemahlembutannya terhadap mereka, dan mungkin juga mengandung rasa maklum ketika mereka bersikap seperti anak-anak kecil yang gampang sekali dipengaruhi oleh kelicikan orang lain. Dia mengungkapkan kepeduliannya terhadap mereka dan keinginan tulusnya supaya mereka sejahtera dan makmur dalam jiwa mereka, bagaikan seorang wanita yang hendak bersalin: dia menderita sakit bersalin bagi mereka. Hal besar yang membuatnya menderita seperti itu dan yang begitu diingininya bukanlah supaya mereka membalas kasihnya, melainkan supaya rupa Kristus menjadi nyata di dalam mereka, supaya mereka menjadi orang-orang Kristen sejati dan semakin diteguhkan dan diperkuat dalam iman akan Injil. Dari sini kita dapat mencermati,
- 1. Kasih sayang mendalam yang dirasakan para pelayan Tuhan yang setia terhadap orang-orang yang mereka bimbing. Kasih sayang para pelayan Tuhan itu bagaikan kasih sayang orangtua terhadap anak-anaknya.
- 2. Bahwa hal utama yang para pelayan Tuhan dambakan dan yang membuat mereka menderita seperti seorang wanita yang bersalin adalah supaya orang-orang yang mereka bimbing menjadi serupa dengan Kristus. Bukan supaya orang-orang itu balas mengasihi mereka, apalagi untuk memanfaatkan mereka, melainkan supaya pikiran orang-orang itu diperbarui di dalam roh, dibentuk menjadi gambaran Kristus, dan semakin dibangun dan diteguhkan dalam iman dan kehidupan Kristen mereka. Betapa tidak masuk akalnya perilaku orang-orang yang mengabaikan atau tidak menyukai para pelayan Tuhan yang sudah begitu banyak bersusah payah bagi mereka!
- 3. Bahwa manusia tidak sepenuhnya menjadi serupa dengan Kristus sampai mereka berhenti mengandalkan kebenaran mereka sendiri dan mulai mengandalkan Dia dan kebenaran-Nya saja. Sebagai kelanjutan bukti kasih sayang dan kepedulian Rasul Paulus bagi orang-orang Kristen ini, dia pun menambahkan (ay. 20), bahwa ia rindu berada di antara mereka, dan bahwa dia akan sangat gembira bila bisa berada di antara mereka dan bercakap-cakap dengan mereka, supaya dia menemukan kesempatan untuk dapat berbicara dengan suara yang lain, sebab saat itu dia telah habis akal menghadapi mereka. Dia tidak tahu bagaimana harus menangani mereka. Dia tidak begitu paham dengan keadaan mereka sehingga tidak mudah baginya untuk mendekati mereka. Dia penuh dengan ketakutan dan kecemburuan mengenai mereka, yang mendorongnya untuk menulis surat kepada mereka dengan cara demikian. Akan tetapi dia akan senang jika apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka ternyata tidak seburuk yang ditakutinya itu, dan jika dia memiliki kesempatan untuk memuji mereka, bukannya menegur dan memarahi mereka. Perhatikanlah, meskipun para pelayan Tuhan terkadang memandang perlu menegur orang-orang yang mereka bimbing, ini bukanlah pekerjaan yang menyenangkan buat mereka. Mereka lebih senang jika tidak perlu berlaku demikian, dan selalu gembira jika memiliki alasan untuk mengubah nada suara mereka terhadap jemaat itu.
Matthew Henry: Gal 4:21-31 - Teguran yang Penuh Kasih Sayang Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:21-31)
Dalam ayat-ayat di atas Rasul Paulus menggambarkan perbedaan antara orang-orang percaya yang bersandar ha...
Teguran yang Penuh Kasih Sayang (4:21-31)
- Dalam ayat-ayat di atas Rasul Paulus menggambarkan perbedaan antara orang-orang percaya yang bersandar hanya pada Kristus dengan penganut agama Yahudi yang mengandalkan hukum Taurat, melalui perbandingan yang diambil dari kisah Ishak dan Ismael. Dia mengetengahkan perbandingan ini dengan cara yang sedemikian rupa supaya bisa ampuh menyayat dan menggetarkan pikiran mereka, dan supaya bisa menginsafkan mereka akan kelemahan mereka karena telah menyimpang dari kebenaran dan mau saja meninggalkan kemerdekaan di dalam Injil. Katakanlah kepadaku, katanya, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? Dia menganggap mereka benar-benar mendengarkan hukum Taurat, sebab sudah menjadi kebiasaan kaum Yahudi untuk membacakannya di tengah-tengah kumpulan mereka setiap hari Sabat. Dan, oleh karena mereka begitu gemar berada di bawah hukum Taurat itu, dia pun ingin mereka benar-benar mempertimbangkan apa yang tertulis di dalamnya (mengacu kepada apa yang tertulis dalam Kejadian 16 dan 21). Sebab, jika mereka mau melakukannya, mereka pastinya segera mendapati betapa tidak ada alasan bagi mereka untuk mengandalkan hukum Taurat itu. Di sini,
- 1. Dia mengetengahkan kisah itu ke hadapan mereka (ay. 22-23): Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, dst. Di sini dia mengungkapkan kedudukan dan keadaan yang berbeda dari kedua anak Abraham itu, yaitu bahwa yang satu, Ismael, adalah anak hamba perempuan, sedangkan yang satunya lagi, Ishak, ialah anak perempuan merdeka. Anak yang pertama diperanakkan menurut daging, atau oleh proses alam biasa, sedangkan yang satunya lagi oleh karena janji, ketika secara hukum alam Sarai tidak mungkin bisa mengandung seorang anak.
- 2. Dia menjabarkan kepada mereka makna dan rancangan kisah itu, atau maksudnya dalam menceritakan kisah itu (ay. 24-27): Ini, ujarnya, adalah suatu kiasan, yang bisa dipakai Roh Allah untuk menyatakan makna yang lebih mendalam kepada kita, selain dari maknanya secara harfiah dan kenyataan peristiwanya. Di sini dinyatakan bahwa kedua perempuan itu, yakni Hagar and Sarai, adalah dua ketentuan Allah, atau dimaksudkan untuk melambangkan dua masa penyelenggaraan yang berbeda dari ketentuan Allah itu. Yang disebut pertama, yaitu Hagar, melambangkan apa yang diberikan dari gunung Sinai, dan yang melahirkan anak-anak perhambaan, yang sekalipun merupakan penyelenggaraan kasih karunia, akan tetapi, dibandingkan dengan keadaan di bawah Injil, hal itu merupakan penyelenggaraan perhambaan, dan terlebih lagi menjadi demikian bagi kaum Yahudi, yang tampak pada kekeliruan mereka dalam memahami rencana itu dan pada pengharapan mereka untuk dibenarkan dengan jalan melakukan apa yang diberikan dari gunung Sinai itu. Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab (pada waktu itu gunung Sinai dinamakan Hagar oleh orang-orang Arab), dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Keadaan itu benar-benar mencerminkan keadaan masa kini bangsa Yahudi, yang terus saja hidup dalam ketidakpercayaan mereka dan melekat kepada ketentuan itu, sehingga mereka masih ada dalam perhambaan dengan anak-anak mereka. Akan tetapi, perempuan yang satunya lagi, Sara, dimaksudkan untuk melambangkan Yerusalem yang di atas, atau keadaan orang-orang Kristen di bawah penyelenggaraan yang baru dan lebih baik dari ketentuan itu, yang bebas dari kutuk moral dan perhambaan hukum tata upacara, dan dia ialah ibu kita. Keadaan tersebut adalah keadaan di mana baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi diizinkan masuk ketika mereka percaya kepada Kristus. Inilah kemerdekaan yang lebih besar dan perluasan jemaat di bawah penyelenggaraan Injil, yang dilambangkan oleh Sara sang ibu dari keturunan yang dijanjikan itu, dan inilah yang dirujuk oleh Rasul Paulus dengan mengambil nubuat sang nabi (Yes. 54:1), di mana tertulis, Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembiralah dengan sorak-sorai dan memekiklah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami.
- 3. Dia menerangkan sejarah dan menerapkannya pada keadaan waktu itu (ay. 28). Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. Kita, orang-orang Kristen, yang telah menerima Kristus dan mengandalkan-Nya, serta mencari pembenaran dan keselamatan hanya di dalam Dia saja, demikianlah kita menjadi keturunan Abraham secara rohani, walaupun tidak secara jasmani, sehingga kita pun berhak mendapatkan keuntungan dan bagian warisan dalam berkat yang telah dijanjikan itu. Akan tetapi, supaya orang-orang Kristen ini tidak tersandung oleh karena perlawanan dari orang-orang Yahudi, yang begitu lekatnya pada hukum mereka sampai-sampai siap menganiaya orang-orang yang tidak mau tunduk kepada hukum itu, maka Paulus memberitahukan kepada mereka bahwa hal ini sungguh persis seperti apa yang telah dikatakan dalam perlambangan itu, bahwa seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, maka mereka pun harus bersiap-siap menghadapi keadaan yang demikian juga sekarang ini. Namun, sebagai penghiburan bagi mereka dalam hal ini, dia ingin supaya mereka mempertimbangkan apa yang dikatakan Kitab Suci (Kej. 21:10), Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku perempuan merdeka. Meskipun para penganut agama Yahudi akan menganiaya dan membenci mereka, tetapi intinya adalah bahwa agama Yahudi itu akan tenggelam, layu, dan binasa. Dan sebaliknya, Kekristenan sejati akan berkembang dan berlangsung selamanya. Kemudian, sebagai kesimpulan umum dari semua yang telah ia paparkan, Paulus menutupnya dengan kalimat (ay. 31), Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.
SH: Gal 3:26--4:7 - Engkau saudaraku (Minggu, 12 Juni 2005) Engkau saudaraku
Dalam masyarakat Romawi, seorang anak yang beranjak dewasa (akil
balig) mengganti jubah anak-anaknya dengan jubah orang dewasa....
Engkau saudaraku
Dalam masyarakat Romawi, seorang anak yang beranjak dewasa (akil
balig) mengganti jubah anak-anaknya dengan jubah orang dewasa.
Hal ini menandakan bahwa dia sekarang adalah seorang dewasa yang
memiliki hak dan tanggung jawab penuh. Paulus memakai pengertian
budaya ini untuk menjelaskan konsep baptisan. Melalui baptisan,
orang-orang percaya menyatakan diri siap bersikap dewasa iman
dengan mengambil hak dan tanggung jawab penuh kedewasaan itu.
Mereka telah menanggalkan jubah lama hukum Taurat dan di dalam
Kristus telah mengenakan jubah baru kebenaran (ayat 26-27).
Salah satu hasil penyelamatan itu adalah tidak ada lagi perbedaan di antara orang percaya karena semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (ayat 28). Mengapa Paulus menekankan hal persatuan ini? Beberapa laki-laki Yahudi, setiap pagi menaikkan doa pengucapan syukur dengan mengatakan: "Tuhan, saya bersyukur karena saya bukan orang kafir, budak, atau wanita." Mereka sangat bangga dengan jati diri mereka yang tidak dimiliki oleh orang lain. Paulus mengingatkan mereka, bahwa sebelum Kristus datang membebaskan mereka, jati diri mereka tidak lebih daripada hamba (ayat 4:1-3). Namun, jati diri sejati umat Tuhan ada pada karya penebusan Kristus yang menjadikan semua orang percaya sebagai anak-anak Allah dan ahli waris surgawi (ayat 4-7).
Salah satu wujud kebebasan di dalam Kristus adalah tidak lagi ada diskriminasi ras, gender, dan status sosial di dalam gereja. Dahulu kita semua adalah hamba dosa, tetapi oleh anugerah Allah kita sekarang adalah anak-anak-Nya. Oleh sebab itu, sebelum kita keluar mengabarkan Injil lintas ras, gender, dan status sosial, kita harus lebih dahulu membereskan prasangka-prasangka seperti itu dari lingkungan gereja dan persekutuan kita.
Renungkan: Salah satu bukti kebebasan sejati di dalam Kristus adalah tatkala kita mampu berkata kepada orang yang paling berbeda dari kita, "Engkau saudaraku."
SH: Gal 4:1-11 - Menyia-nyiakan anugerah (Sabtu, 27 Agustus 2011) Menyia-nyiakan anugerah
Masih banyak orang Kristen di Indonesia yang memercayai kekuatan lain di luar Allah, misalnya kekuatan roh-roh tertentu atau ...
Menyia-nyiakan anugerah
Masih banyak orang Kristen di Indonesia yang memercayai kekuatan lain di luar Allah, misalnya kekuatan roh-roh tertentu atau berupa benda yang sering disebut jimat. Kekuatan ini dipuja sedemikian rupa sehingga diadakan ritual-ritual khusus dengan sesajen yang dijadikan persembahan. Dan itu dilakukan sebagai upaya untuk mencari keselamatan, terutama selama hidup.
Dalam suratnya, Paulus menyebut jemaat Galatia telah berlaku bodoh (Gal. 3:1). Mengapa demikian? Sebelum kedatangan Kristus, setiap orang berusaha mencari keselamatan dengan usahanya sendiri. Orang Yahudi, meski mereka merupakan anak perjanjian (Gal. 3:29), tetapi tampak tidak ada bedanya dengan hamba, karena mereka masih hidup dalam perwalian dan pengawasan hukum Taurat (1, 2). Sedangkan orang Galatia sendiri hidup menghambakan diri pada roh-roh dunia yang lemah dan miskin. Mereka memelihara atau merayakan hari-hari tertentu atau waktu-waktu tertentu lain supaya selamat di dalam hidupnya (9, 10). Padahal Paulus pernah memberitakan kabar baik kepada mereka dengan gambaran yang sangat jelas (Gal. 3:1). Berita itu adalah bahwa kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk membebaskan mereka dari semua tuan yang selama itu membelenggu mereka (Gal. 3:25-29). Dengan demikian mereka beroleh kasih karunia dari Allah, mereka diangkat menjadi anak Allah dan menjadi ahli waris keselamatan kekal yang selama itu mereka cari (4-7). Namun saat itu Paulus khawatir dengan kondisi orang-orang di Galatia (11), karena mereka telah menerima ajaran lain yang tampaknya seperti injil, tetapi bukanlah injil (Gal. 1:6). Akibatnya mereka kembali menghambakan diri kepada roh-roh dunia.
Keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada kita sebenarnya tidak hanya mencakup kehidupan kekal kelak, tetapi juga ketika kita hidup di dunia ini dan kini. Kita tidak lagi perlu mencari keselamatan hidup dengan jimat-jimat atau melakukan ritual pada waktu-waktu tertentu. Karena itu berarti kita menyia-nyiakan anugerah keselamatan dari Tuhan.
SH: Gal 4:1-11 - Mental Budak? (Sabtu, 14 September 2019) Mental Budak?
Ada dua orang ahli bangunan. Mereka diminta untuk membuat kamar mandi. Orang pertama meminta petunjuk secara detail mengenai bentuk kam...
Mental Budak?
Ada dua orang ahli bangunan. Mereka diminta untuk membuat kamar mandi. Orang pertama meminta petunjuk secara detail mengenai bentuk kamar mandi dan interiornya. Lalu, ia pun mengerjakan ala kadarnya sesuai petunjuk. Orang kedua berpikir kreatif mengenai kamar mandi yang fungsional, nyaman, dan enak dipandang.
Seperti pekerja pertama itulah kiranya mental seorang budak. Ia sekadar melakukan perintah. Jika tidak ada perintah, tidak ada petunjuk, maka tidak ada yang dilakukannya. Ia juga tidak punya kreativitas dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Seorang budak terikat oleh berbagai aturan yang tidak membebaskannya.
Seperti itulah keadaan manusia sebelum mengenal Anak Allah yang membawa keselamatan, yaitu sekadar mengikuti perintah. Keadaan baru berubah setelah Anak Allah hadir dan berkarya. Orang yang percaya diangkat sebagai anak, bukan lagi budak atau hamba (7). Sebagai anak, kemerdekaan dan kreativitas pun dimungkinkan. Hal inilah yang dicontohkan pekerja kedua di atas.
Sebagai orang percaya, bisa jadi kita terlalu sering bertanya, "Ini boleh atau tidak?" Sebagai anak, seharusnya itu bukan lagi menjadi pertanyaan kita karena kemerdekaan dan kreativitas yang dikaruniakan oleh Tuhan memampukan kita memilih antara yang benar dan yang salah. Kita tidak lagi mempersoalkan boleh atau tidak, melainkan mana yang memuliakan Tuhan, yang membawa kebaikan, dan yang menunjukkan kualitas sebagai anak-anak Allah.
Itu tidak berarti kita hidup tanpa aturan. Prinsipnya adalah kita jangan sampai terbelenggu oleh aturan yang kaku. Gereja umumnya memiliki berbagai aturan. Semua hal itu dibutuhkan untuk menata kehidupan bersama warga gereja. Aturan itu jangan sampai berbalik memperbudak kita, apalagi sampai mematikan iman. Namun, kreativitas juga harus dibarengi dengan kepekaan mendengar suara Tuhan.
Doa: Tuhan, tolonglah kami menghayati diri sebagai anak Allah sehingga hidup dengan kreativitas yang memuliakan-Mu. [THIE]
Baca Gali Alkitab 2
Kemunafikan dan integritas adalah dua hal yang bertentangan. Kemunafikan adalah kepura-puraan; tidak selarasnya antara kata dan perbuatan. Sementara, integritas merupakan kebalikannya, yaitu kejujuran dan keutuhan sikap dan tindakan. Kedua hal ini merupakan momok yang selalu hadir di mana saja kita berelasi.
Kali ini, kita akan belajar tentang cara Paulus menghadapi kemunafikan. Persoalan ini cukup serius karena Paulus berhadapan langsung dengan Kefas (Petrus), yaitu orang yang dituakan dalam kumpulan rasul.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang terjadi antara Paulus dan Kefas (11-12)?
2. Siapa saja yang turut terseret dalam kemunafikan yang dimaksud Paulus (13)?
3. Apa kecaman Paulus terhadap kemunafikan yang dilihatnya (14)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa yang Anda pelajari dari teladan Paulus saat berhadapan dengan kemunafikan?
2. Belajar dari orang-orang Yahudi yang juga terseret untuk berperilaku munafik, apakah Anda juga pernah terbawa arus untuk berbuat dosa?
3. Dari kecaman Paulus kepada Kefas, bagaimana Anda membedakan kemunafikan dengan integritas?
Apa respons Anda?
1. Dengan pertolongan Roh Kudus, coba lihat ke dalam diri Anda, apakah ada benih kemunafikan tumbuh di sana? Jika ada, bersediakah Anda mengakuinya?
2. Bagaimana kadar integritas Anda dalam keseharian? Adakah hal yang perlu Anda perbaiki?
Pokok Doa:
Agar umat Allah hidup dalam integritas yang kudus dan menjauhi sikap munafik.
SH: Gal 4:8-20 - Diperhamba atau merdeka? (Senin, 13 Juni 2005) Diperhamba atau merdeka?
Jemaat Galatia telah mengenal Allah melalui karya Kristus.
Mereka telah dimerdekakan dari perhambaan dosa dan ilah-ilah...
Diperhamba atau merdeka?
Jemaat Galatia telah mengenal Allah melalui karya Kristus.
Mereka telah dimerdekakan dari perhambaan dosa dan ilah-ilah
lain (ayat 8). Namun, yang menjadi persoalan adalah mereka telah
kembali memperhambakan diri pada roh-roh dunia ini oleh karena
mereka mengikuti ajaran yang menyesatkan itu (ayat 9-10).
Paulus telah berusaha meyakinkan mereka akan kebenaran Injil itu melalui pengalaman iman mereka (ayat 3:1-5) dan melalui ajaran-ajaran Alkitabiah dari Perjanjian Lama (ayat 3:6-4:7). Kini ia hendak menggugah hati jemaat di Galatia melalui relasi yang selama ini terbina baik dan intim antara dirinya dengan mereka (ayat 4:12). Dahulu ketika Paulus pertama kali memberitakan Injil kepada mereka, mereka menerimanya dengan tangan terbuka dan penuh sukacita. Padahal Paulus ketika itu sedang dalam keadaan sakit. Menurut para ahli, mungkin Paulus menderita salah satu dari penyakit ini, rabun mata, malaria, atau epilepsi/ayan. Mereka menerima Paulus dan pemberitaannya karena melihat ketulusan hatinya dalam memberitakan Injil sejati itu. Mereka begitu berbahagia dalam iman yang dikaruniakan Allah kepada mereka (ayat 13-15). Sekarang Paulus hadir melalui suratnya, tetap dalam ketulusan, untuk memberitakan kebenaran. Apakah mereka akan menerima atau malah membenci Paulus (ayat 16)? Mengapa mereka begitu cepat berubah? Oleh karena penghayatan yang salah akan hukum Taurat, mereka kembali diperhamba olehnya. Akibatnya mereka kehilangan relasi yang intim dengan Tuhan dan juga dengan Paulus (ayat 17).
Tanda-tanda orang yang beriman kepada Kristus adalah sukacita, kasih, dan ketulusan terhadap sesama. Sebaliknya, orang yang diperhamba oleh berbagai peraturan agamawi akan hidup dalam belenggu kepura-puraan. Hidupnya tidak bahagia. Apakah Anda orang beriman atau orang yang bertuankan peraturan?
Renungkan: Kemerdekaan rohani datang dari karya Kristus bukan dari upaya taat manusia yang ternoda dosa.
SH: Gal 4:12-20 - Memilih yang benar (Senin, 29 Agustus 2011) Memilih yang benar
Pernahkah Anda diperhadapkan pada dua pilihan yang membingungkan? Lalu manakah yang Anda pilih, yang kelihatan benar atau yang sun...
Memilih yang benar
Pernahkah Anda diperhadapkan pada dua pilihan yang membingungkan? Lalu manakah yang Anda pilih, yang kelihatan benar atau yang sungguh-sungguh benar?
Dalam surat Galatia nyata betul kekhawatiran Paulus akan pilihan hidup jemaat Galatia yang telah dia injili sebelumnya (Gal. 4:11). Paulus tidak menduga bahwa jemaat Galatia, yang dahulu begitu takjub kepada berita yang dibawa Paulus ternyata begitu cepat berubah dan meninggalkan kebenaran yang telah diajarkan oleh Paulus (Gal. 1:6). Kebenaran akan anugerah keselamatan yang mereka terima ternyata tidak betul-betul dipahami secara utuh. Situasi ini membuat mereka mengambil pilihan yang salah bahkan fatal, yaitu ketika ada orang-orang menawarkan ajaran yang salah. Orang-orang tersebut giat berusaha menarik jemaat di Galatia supaya mengikuti ajaran yang mereka tawarkan (17, 18).
Menyadari bahwa Galatia sedang menuju kebinasaan, Paulus menggugah mereka untuk memikirkan kembali jalan yang sudah mereka tempuh. Mereka sudah memulai di dalam Roh, apakah mereka mau mengakhirinya di dalam daging (Gal. 3:3)? Maka dengan penuh kasih, Paulus kembali meminta mereka untuk hidup seperti dirinya. Dulu pun Paulus sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangnya, tetapi setelah mengenal Allah, ia meninggalkan semuanya (Gal. 1:13, 14) karena ia tahu betapa tak ternilainya kasih karunia keselamatan itu. Paulus tidak akan menggantikannya dengan apapun, bahkan sekalipun ia menderita karenanya.
Maka dalam menghadapi ajaran-ajaran yang salah itu, Paulus menasihatkan supaya mereka berdiri teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan oleh siapapun, supaya mereka sungguh-sungguh merdeka, sesuai anugerahkan Kristus kepada mereka (Gal. 5:1).
Di tengah kita pun banyak ajaran yang bertentangan dengan kebenaran Injil. Namun jangan sampai salah memilih ajaran karena akan membuat kita makin jauh dari Tuhan. Marilah kita mengenal Kristus dengan pemahaman yang benar supaya kita bisa memilih ajaran yang benar dan sehat.
SH: Gal 4:12-20 - Manis di Bibir (Minggu, 15 September 2019) Manis di Bibir
Ungkapan "manis di bibir" digunakan untuk menunjuk pada kata atau tindakan baik yang dilakukan hanya di permukaan. Kata-kata atau tind...
Manis di Bibir
Ungkapan "manis di bibir" digunakan untuk menunjuk pada kata atau tindakan baik yang dilakukan hanya di permukaan. Kata-kata atau tindakan baik itu tidak dilakukan dengan tulus, tetapi hanya demi kepentingan sesaat, misalnya agar dipuji, mendapatkan posisi penting, atau sekadar sungkan terhadap seseorang yang berkedudukan sosial lebih tinggi.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Galatia mengenai kondisinya saat memberitakan Injil di Galatia. Ia mengingat bahwa mereka menerimanya dengan penuh sukacita, sekalipun kondisinya lemah dan penyakitan (13). Namun, Rasul Paulus menyayangkan jika kebaikan itu hanya ditunjukkan saat ia berada di tengah-tengah jemaat. Berbuat baik itu suatu keharusan. Namun, akan menjadi lebih bagus lagi ketika perbuatan baik itu dilakukan setiap saat.
Tulisan Rasul Paulus ini mengingatkan bahwa kebaikan merupakan suatu hal yang harus dilakukan senantiasa. Kebaikan bukan sesuatu yang dilakukan sesaat untuk mendapatkan pujian. Kebaikan juga bukan dilakukan sebagai wujud rasa sungkan kepada seseorang. Kebaikan adalah tindakan yang murni dan tanpa pamrih. Kebaikan adalah buah dari kesediaan menyambut orang lain seperti menyambut Kristus sendiri (14).
Pada masa kini, kebaikan sering digunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Itulah sebabnya mengapa orang yang bermain di teras politik praktis senang melakukan politik uang, menyuap, dan membeli suara. Tak jarang pula kebaikan dilakukan untuk menutupi kesalahan. Misalnya, perusahaan yang bantuan sosialnya tinggi, malah justru yang paling merusak lingkungan. Dalam internal keluarga, bisa saja kebaikan dilakukan sekadar sebagai syarat kesopanan dan basa-basi belaka.
Kiranya sebagai orang percaya kita dijauhkan dari "manis di bibir". Kiranya kebaikan itu sungguh-sungguh kita lakukan dengan ketulusan, seperti menyambut Kristus sendiri.
Doa: Tuhan, tolonglah kami agar senantiasa melakukan kebaikan dengan tulus sehingga nama-Mu dimuliakan. [THIE]
SH: Gal 4:21-31 - Hamba atau orangmerdeka? (Selasa, 14 Juni 2005) Hamba atau orangmerdeka?
Tak seorang pun yang bangga menjadi hamba karena seorang hamba
tidak memiliki hak apa pun untuk hidupnya sendiri. Semua...
Hamba atau orangmerdeka?
Tak seorang pun yang bangga menjadi hamba karena seorang hamba
tidak memiliki hak apa pun untuk hidupnya sendiri. Semua orang
ingin merdeka. Orang Yahudi membanggakan kemerdekaan mereka
sebagai keturunan lahiriah Abraham. Namun, Paulus justru
menunjukkan bahwa tidak semua anak-anak lahiriah Abraham adalah
orang-orang merdeka sejati!
Paulus memakai ilustrasi Hagar dan Sara untuk menunjukkan dua macam kehidupan (ayat 22-26). Keduanya memang melahirkan anak-anak bagi Abraham, namun status mereka berbeda. Hagar melambangkan hidup perhambaan. Memang ia melahirkan anak pertama bagi Abraham menurut urutan waktu. Namun, Hagar tetap seorang hamba yang statusnya tidak pernah diubah menjadi istri. Jadi, keturunannya pun tidak akan mewarisi janji Allah bagi Abraham. Hagar melambangkan gunung Sinai, yaitu orang-orang yang hidup di luar anugerah keselamatan, yaitu mereka yang hidupnya menggantungkan diri pada usaha sendiri (=melakukan Taurat). Hagar melambangkan Yerusalem duniawi (ayat 25). Sara melambangkan hidup oleh kasih karunia. Ia mandul, namun oleh anugerah Allah ia menjadi ibu bagi anak-anak perjanjian. Sara melambangkan Yerusalem surgawi, yaitu tempat anugerah Allah dicurahkan (ayat 26-27). Jadi, anak-anak yang lahir dari Sara adalah ahli waris janji-janji Allah semata-mata oleh karena anugerah-Nya (ayat 28). Tidak mengherankan kalau anak-anak Tuhan akan selalu mendapat aniaya dan dengki dari anak-anak hamba yang tidak mendapat hak (ayat 29-30).
Mengandalkan apa pun yang disejajar dengan karya penyelamatan Kristus berakibat pada perhambaan. Orang Kristen menjalankan perintah-perintah Allah bukan sebagai hamba, melainkan sebagai orang merdeka. Ketaatan hamba terpaksa, ketaatan orang merdeka adalah ucapan syukur.
Renungkan: Orang yang sudah dimerdekakan dalam Kristus, namun berpaling lagi kepada perhambaan dosa, menginjak-injak dan menghina Kristus yang telah menebusnya.
SH: Gal 4:21-31 - Anak merdeka atau anak hamba? (Selasa, 30 Agustus 2011) Anak merdeka atau anak hamba?
Dalam upaya menjelaskan kepada jemaat Galatia bahwa keselamatan itu ada karena iman kepada Yesus, Paulus memakai banyak...
Anak merdeka atau anak hamba?
Dalam upaya menjelaskan kepada jemaat Galatia bahwa keselamatan itu ada karena iman kepada Yesus, Paulus memakai banyak ilustrasi dari Perjanjian Lama. Kali ini perbandingan antara Sara dan Hagar. Dua-duanya adalah istri Abraham dan dua-duanya melahirkan putra-putra bagi Abraham. Namun keduanya berbeda secara status.
Hagar adalah hamba Sara, yang diberikan Sara kepada Abraham agar melahirkan putra bagi Abraham. Namun walau Hagar melahirkan Ismael bagi Abraham, status Hagar tetaplah hamba, bukan istri resmi.Sebaliknya Sara adalah istri resmi Abraham dan yang pada akhirnya akan melahirkan Ishak, putra tunggal Abraham dari Sara (Kej. 22:2a).
Paulus memakai kedua wanita yang ada dalam sejarah Israel itu untuk menunjukkan ironi dalam pandangan orang Yahudi yang menuntut Taurat sebagai syarat keselamatan. Orang Yahudi adalah keturunan Abraham lewat Sara, tetapi mereka lupa bahwa Ishak ada karena pilihan dan anugerah Allah, bukan karena tindakan Abraham melakukan Taurat. Ishak adalah anak karena janji. Bila orang Yahudi memaksa untuk melakukan Taurat sebagai cara untuk menjadi umat pilihan, itu berarti mereka diperbudak oleh dosa. Mereka jadi seperti putra seorang hamba yang tidak menerima anugerah Allah karena memilih hidup di luar anugerah tersebut. Sebaliknya, Ismael adalah anak menurut daging. Artinya Ismael lahir karena keinginan manusia mendapatkan "berkat." Dan setiap usaha manusia untuk mendapatkan sesuatu di luar anugerah Allah sesungguhnya merupakan perhambaan dosa! Maka hanya ada satu cara untuk merdeka dari dosa, yaitu percaya kepada Tuhan Yesus!
Paulus berkata kepada jemaat Galatia bahwa mereka adalah anak-anak merdeka, bukan anak-anak hamba wanita. Oleh karena itu jangan mau diperhamba dengan membebani diri dengan tuntutan Taurat. Anak-anak merdeka akan melakukan Taurat bukan sebagai tuntutan, tetapi sebagai cara hidup yang sesuai dengan kemerdekaan yang mereka peroleh dari Kristus! Bagaimana menurut Anda, apakah Anda putra Sara atau putra Hagar?
SH: Gal 4:21-31 - Anak karena Janji (Senin, 16 September 2019) Anak karena Janji
Hidup berdasarkan keinginan sendiri hasilnya akan berbeda dibandingkan mendasarkan hidup pada kehendak Tuhan. Kehendak sendiri bias...
Anak karena Janji
Hidup berdasarkan keinginan sendiri hasilnya akan berbeda dibandingkan mendasarkan hidup pada kehendak Tuhan. Kehendak sendiri biasanya mementingkan hasrat sesaat dan kepentingan pribadi. Sebaliknya, kehendak Tuhan memandu kita pada hal untuk memuliakan nama-Nya.
Rasul Paulus menggunakan kisah Hagar dan Sara sebagai perumpamaan. Anak dari Hagar diperoleh dalam kedagingan karena keinginan manusia untuk memiliki keturunan. Sementara anak dari Sara didapatkan semata-mata karena janji, karena semula Sara mandul (23).
Dengan perumpamaan itu, Rasul Paulus membandingkan antara orang-orang yang memperhambakan diri di bawah hukum dengan orang yang merdeka karena iman kepada Tuhan. Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang percaya adalah anak-anak perjanjian, bukan lagi anak-anak kedagingan. Karena itu, orang-orang percaya tidak sepantasnya bertindak seperti seorang hamba yang tidak merdeka.
Kehidupan orang Kristen seharusnya dijalani seperti halnya anak karena janji. Kita hadir di dunia ini bukan karena keinginan manusia atau kedagingan, melainkan kehendak Tuhan. Karena itu, kehidupan orang Kristen pun harus mencerminkan kehendak Tuhan, bukan malah membelenggu diri pada berbagai perhambaan, seperti tunduk pada aturan yang kaku, menghamba pada uang, takut pada kekuasaan, atau hal lain. Orang Kristen harus siap hidup merdeka seturut kehendak Tuhan sehingga bisa seperti Ishak yang menjadi alat Tuhan untuk memberkati banyak orang.
Segala sesuatu yang dilakukan dan segala pengalaman yang dijumpai harus kita hayati sebagai cara Tuhan menunjukkan karya-Nya dalam dunia. Sebagai anak-anak yang lahir karena janji, marilah kita hidup sebagai orang-orang merdeka yang tidak dikuasai oleh berbagai nafsu duniawi!
Doa: Tuhan, tolonglah kami agar menyadari predikat sebagai anak-anak perjanjian, sehingga bisa menghidupinya dalam kehendak-Mu. [THIE]
Utley: Gal 4:1-7 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:1-71 Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, s...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:1-7
1 Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; 2 tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. 3 Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. 4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. 5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. 6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" 7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.
- NASB NKJV "Sekarang saya katakan"
- NRSV "Yang dimaksud ialah"
- TEV "Tapi untuk melanjutkan"
- NJB "Ijinkan saya katakan ini dengan cara lain"
Paulus menggunakan teknik sastra standar untuk memperkenalkan perluasan pokok bahasan sebelumnya (lih. Gal 3:17; 5:16).
□ "ahli waris" Kebenaran yang besar bahwa orang percaya adalah pewaris Allah di dalam Kristus adalah fokus dari Gal 3:7,16,24-26,29 (lih. Rom 8:17). Penekanan yang sama dilanjutkan dalam Gal 4:1,5,6,7,28-31. Keturunan Abraham yang sesungguhnya bukanlah etnis, namun orang percaya (lih. Rom 2:28-29; Phil Gal 3:3; Kol 2:11).
□ "belum akil balig" Ini adalah istilah Yunani untuk bayi, yang digunakan dalam pengertian
- 1. bayi rohani
- 2. anak yang secara hukum di bawah umur
Dalam budaya Mediterania kuno, ritual perpindahan dari masa kanak-kanak kepada kedewasaan terjadi pada usia yang berbeda dan merupakan acara budaya / agama yang utama
- 1. dalam budaya Yahudi, itu adalah usia 13
- 2. dalam budaya Yunani, itu adalah usia 18
- 3. dalam budaya Romawi, biasanya pada usia 14
Gal 4:2 "tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan" Gal 3:22-25 mengatakan bahwa kami ada "di bawah hukum Taurat," yang digambarkan sebagai: (1) seorang pemenjara yang menahan kami dalam perlindungan (lih. Gal 3:22-23) atau (2) suatu pengasuh remaja (lih. Gal 3:24-25). Namun demikian, dalam pasal Gal 4, metafora ini berubah menjadi "wali" dan "wali amanat." Dalam hukum Romawi, anak-anak dari lahir sampai usia 14 tahun berada dalam tanggung jawab seorang wali yang sah (lih. Gal 3:23-25). Dari usia 14 sampai 25, harta mereka dikelola oleh pengurus (lih. Gal 4:2). Paulus menyinggung kebiasaan Romawi ini dengan menggunakan istilah-istilah yang tepat ini.
□ "sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya" Frasa ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa ayah-ayah Romawi memiliki beberapa pengaruh dalam penetapan waktu transisi anaknya dari masa kanak-kanak kepada kedewasaan. Ini adalah fitur unik dari hukum Romawi. Ini menyiratkan bahwa Allah Bapa memilih waktu saat Putra-Nya akan membawa kedewasaan kita (lih. ay. Gal 4:4).
Gal 4:3 "selama kita belum akil balig" KATA GANTI "kita" ini bisa merujuk kepada
- 1. orang Yahudi yang berada di bawah perwalian Hukum Musa
- 2. orang Yahudi dan bukan Yahudi yang merupakan bagian dari zaman lama sebelum Injil
- 3. kekafiran orang bukan Yahudi dengan semua aturan dan ritusnya
Dalam konteks ini mungkin berhubungan dengan "ahli waris" (ayat Gal 4:1), oleh karena itu, opsi # 2.
- NASB "diikat dalam perbudakan di bawah hal-hal unsur dunia"
- NKJV "berada dalam perbudakan di bawah hal-hal unsur dunia"
- NRSV "kita takluk juga kepada roh-roh dunia"
- TEV "adalah budak dari roh-roh penguasa alam semesta"
- NJB "kami adalah setingkat dengan budak dari prinsip-prinsip unsur dunia ini"
Frasa ini adalah PERIPHRASTIC PLUPERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Konstruksi ini menekankan status tetap kita sebagai anak-anak. "Hal-hal Elemental" [stoicheia] awalnya berarti "berdiri berdampingan berturut-turut." Ini memiliki berbagai arti dalam dunia Yunani-Romawi zaman Paulus:
- 1. ABC dari pelatihan anak atau pengajaran unsur dari pokok bahasan apapun (lih. Ibr 5:12; 6:1)
- 2. dasar komponen alam semesta fisik, air-udara, api, bumi (lih. 2Pet 3:10,12), yang sering didewakan oleh orang Yunani
- 3. hal tubuh surgawi (lih. I Henokh 52:8-9), dan ini adalah bagaimana para bapa gereja awal menafsirkan penggunaannya dalam Kol 2:8,20
Secara erat diidentifikasi dengan # 3 adalah makna tidak langsung bahwa di balik benda-benda langit terdapat kekuatan spiritual, sebuah penggunaan umum yang dapat mempengaruhi penafsiran Gal 4:3,8-10 (lih. malaikat di Kol 2:18-20 dan Gal 3:19). Namun demikian, dalam bukunya Kristus dan Kuasa-kuasa, Hendrik Berkhof menyatakan bahwa kekuatan ini adalah struktur impersonal (seperti politik, demokrasi, kelas sosial, adat-istiadat masyarakat, olahraga, pendidikan, kedokteran, dll) di alam dunia kita yang jatuh yang cenderung menyatukan umat manusia terpisah dari Allah (lih. hal. 32). Penafsiran ini sesuai dengan contoh-contoh alkitabiah. Paulus sedang membuat paralel antara Hukum sebagai pengasuh remaja (lih. Gal 3:22-4:7) dan stoicheia sebagai tuan dari budak (lih. Gal 4:3, lihat catatan di Gal 4:8).
Gal 4:4 "Tetapi setelah genap waktunya," Ini berarti bahwa Allah mengendalikan sejarah dan bahwa Kristus datang dalam waktu Allah (lih. Mr 1:15; Ef 1:10; 1Tim 2:6; Tit 1:3). Banyak komentator telah melihat frasa ini berhubungan dengan
- 1. perdamaian Romawi
- 2. jalan raya, pengiriman Romawi
- 3. suatu bahasa umum di seluruh area
- 4. pencarian agama dan moral dari dunia Mediterania akan Allah yang benar dan untuk persekutuan dengan- Nya
Pernyataan ini berkaitan dengan ayat Gal 4:2, "sampai waktu yang ditetapkan oleh ayahnya." Zaman Baru diresmikan dalam waktu Tuhan dengan peristiwa Kristus, Perjanjian Baru telah datang, Perjanjian Lama (sebagai sarana keselamatan) sudah berlalu dalam Kristus.
□ "Allah mengutus Anak-Nya" "Mengutus" adalah istilah Yunani apostello yang darinya kita peroleh kata "rasul." Frasa yang sama ini muncul di ay. Gal 4:6, di mana Allah Bapa mengirimkan Roh Kudus. Perhatikan bahwa tiga pribadi Trinitas disebutkan dalam ay. 4-6. Meskipun istilah "Trinitas" tidak muncul dalam Alkitab, namun konsepnya disebut berulang-ulang. Lihat Topik Khusus di bawah ini.
Fakta bahwa Allah mengutus Anak-Nya menyiratkan pra-keberadaan dari Anak di surga dan, dengan demikian, Ketuhanan Anak (lih. Yoh 1:1-3,14,18; 1Kor 8:6; Fili 2:6; Kol 1:15-17; Ibr 1:2). Di sinilah konfliknya dengan "monoteisme" Israel (lih. Ul 4:35,39; 6:4; 33:26; Yes 43:10-11; 45:21-22; 46:9; Yer 10:6-7).
□ "lahir dari seorang perempuan" Paulus menekankan kemanusiaan penuh dari Yesus Kristus mungkin karena kecenderungan dari kaum Gnostik docetik (Efesus, Kolose, Surat-surat Pastoral dan I Yohanes) yang menegaskan Ketuhanan Yesus tetapi menyangkal kemanusiaan-Nya. Namun demikian, ada sedikit bukti bahwa bidat ini mempengaruhi penulisan Galatia (lih. ay. Gal 4:3).
Frasa "lahir dari seorang perempuan" pasti akan mengingatkan kaum Yudais akan Kej 3:15 dan Yes 7:14. Penulis kitab Ibrani membuat hal ini menjadi titik utama dalam teologianya (lih. Ibr 2:14,17). Sebuah frase yang sangat mirip yang menekankan kemanusiaan sejati Yesus hanya tanpa sifat dosa, didapati dalam Rom 8:3; Fili 2:7. Kenyataan bahwa Yesus adalah sepenuhnya Allah (Yoh 1:1-14) dan sepenuhnya manusia adalah sebuah kebenaran utama dari Injil Gereja abad pertama (lih. 1Yoh 4:1-3).
Anehnya, kelahiran Yesus dari seorang perawan tidak ditekankan atau bahkan tidak disebutkan di luar dari bagian-bagian mengenai kelahiran Yesus dalam Matius dan Lukas. Mungkin hal itu terlalu mudah untuk disalahpahami dan dihubungkan oleh orang kafir dengan kegiatan mitos dewa-dewa Gunung Olympus.
□ "takluk kepada hukum Taurat." Ini menunjukkan bahwa Yesus lahir di dalam tradisi Yahudi dibawah Hukum Yahudi (lih. Rom 1:3). Tidak ada ARTICLE pada istilah "hukum", tetapi konteksnya menunjukkan bahwa ini pasti menunjuk pada Hukum Musa, yang merupakan stoicheia yang kepadanya Yesus harus tunduk. Yesus juga tunduk pada hukum Romawi. Frasa ini juga bisa berhubungan dengan "kutukan Hukum" pada manusia, yang secara sukarela ditanggung-Nya bersama (lih. Gal 3:10-13).
Gal 4:5 "Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat" "menebus" (AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE) digunakan dalam Gal 3:13 (AORIST ACTIVE INDICATIVE) untuk berbicara tentang Allah yang membeli kembali baik (1) semua manusia dari perbudakan dosa atau (2) orang-orang Yahudi dari Hukum Musa dan bangsa- bangsa dari stoicheia, melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Ini menunjukkan ketidakberdayaan manusia (lih. Rom 1:18-3:31; Ef 2:1-3) dan penyediaan penuh kasih karunia dari Allah (lih. Mr 10:45; Ef 2:4-6). Sulitlah dalam konteks ini untuk mengetahui apakah Paulus berbicara tentang Hukum Musa, Gal 3:19, atau hukum dalam pengertian umumnya yaitu prestasi manusia (lih. Gal 3:21). Lihat Topik Khusus: Menebus / Tebusan di Gal 3:13.
- NASB, NKJV "hingga kita dapat menerima pengadopsian sebagai anak"
- NRSV "hingga kita dapat menerima adopsi sebagai anak-anak"
- TEV "supaya kita diterima menjadi anak"
- NJB "untuk memungkinkan kita untuk diadopsi sebagai anak-anak"
Paulus melanjutkan pembahasan tentang hak istimewa yang diterima orang beriman sebagai ahli waris penuh Abraham melalui iman dalam Kristus. Paulus menggunakan metafora kekeluargaan "adopsi" untuk keselamatan kita, sementara Yohanes dan Petrus menggunakan metafora kekeluargaan "dilahirkan kembali." Metafora adopsi digunakan terutama dalam dua konteks dalam budaya Romawi. Dalam hukum Romawi, pengadopsian sangat sulit. Sebuah prosedur hukum yang panjang, pelik dan mahal, begitu diundangkan adopsi memberikan beberapa hak khusus dan hak istimewa.
- 1. semua hutang dibatalkan
- 2. semua tuduhan pidana dijatuhkan
- 3. mereka tidak bisa secara hukum dihukum mati oleh ayah baru mereka
- 4. mereka tidak dapat dibatalkan hak warisnya oleh ayah baru mereka
Dalam istilah hukum, mereka adalah orang yang sama sekali baru. Paulus sedang menyinggung keamanan orang percaya dalam Kristus dengan menggunakan prosedur hukum Romawi ini (lih. Rom 8:15,23). Ketika seorang ayah di depan publik mengadopsi anak, anak tersebut secara resmi dan secara permanen menjadi ahli warisnya. Juga, metafora ini digunakan dalam upacara resmi anak laki-laki menjadi seorang pria dewasa, yang diadakan pada tanggal 17 Maret setiap tahun.
Gal 4:6 "karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita" Mirip dengan Rom 8:14-17, Paulus menegaskan tindakan kasih karunia Allah dalam mengutus Putra-Nya dan Roh-Nya (para wali baru). Arti yang tepat dari frasa Yunani ini tidak jelas. Apakah Roh merupakan bukti atau hasil dari ke- anak-an? "Melalui Anak-Nya kita menjadi anak-anak" adalah motto dari Gal 2:15-4:31. Sangat menarik untuk dicatat bahwa Roh begitu sering disebutkan dalam pasal Gal 3 dalam hubungan dengan kita menjadi orang Kristen (lih. ay. Gal 4:2,5 & 14). Dia sekarang disebut "Roh dari Anak-Nya." Ini menunjukkan dua karya Roh: (1) menarik kepada Kristus, dan (2) membentuk Kristus dalam kita (lih. Yoh 16:7-15) dari tiga karya Roh (Yoh 14; 15; 16). Yang ketiga
adalah, "membaptiskan orang percaya ke dalam Kristus" (lih. 1Kor 12:13). Pelayanan Anak dan Roh selalu secara erat diidentifikasi (lih. Pengantar Pasal ini, C).
□ "hati" Lihat Topik Khusus berikut.
□ "berseru: ya Abba, ya Bapa!" Frasa ini berisi istilah-istilah baik bahasa Yunani dan bahasa Aram untuk ayah. Istilah Abba adalah kata bahasa Aram untuk hubungan keluarga yang intim antara seorang anak dan ayahnya (lih. Mr 14:36; Rom 8:15), sangat mirip dengan penggunaan kita "Daddy." Ekspresi kekeluargaan seperti ini menyoroti hubungan intim antara Yesus dan Bapa. Karena respon kita terhadap tawaran Allah dalam Kristus, kita memiliki akses intim yang sama kepada Bapa (lih. Rom 8:26-27). Sungguh, kita adalah anak angkat!
Gal 4:7 "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, "berhubung kamu adalah anak" (TEV, NIV). Roh menghilangkan perbudakan dan perhambaan dan menetapkan keanakan kita (lih. Rom 8:12-17). Ini menjamin warisan kita (lih. 1Pet 1:4-5).
□ "oleh Allah" KJV menuliskan "melalui Kristus." Naskah Yunani yang lebih tua memiliki "oleh Allah." Ini menekankan Allah sebagai pencetus dan pemrakarsa dari kasih karunia (lih. Yoh 6:44,65 dan Gal 4:9). Beberapa naskah kuno memiliki variasi, tetapi naskah kuno P46, א, A, B, dan C* memiliki "oleh Allah." Dari semua variasi yang banyak ini, yang satu ini tampaknya menjadi yang paling tidak lazim dan mungkin merupakan sumber dari semua yang lain. UBS4 memberikan hal ini peringkat "A" (pasti).
Utley: Gal 4:8-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:8-118 Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Al...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:8-11
8 Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. 9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? 10 Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. 11 Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.
Gal 4:8 "Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE PARTICIPLE yang menekankan suatu keadaan yang menetap. Meskipun beberapa ahli tafsir modern telah mencoba untuk mengidentifikasi ini dengan latar belakang Yahudi, ini jauh lebih cocok dengan konsep bangsa-bangsa lain yang semula adalah kafir dan terasing dari Allah (lih. Ef 2:12-13; Kol 1:21). Memang benar bahwa semua manusia memiliki potensi untuk mengenal Allah baik melalui penciptaan (Mazm 19:1-5 dan Rom 1:19-20) dan juga suatu saksi moral batiniah (lih. Rom 2:14-15). Pengenalan ini disebut "perwahyuan alamiah," tetapi Alkitab menegaskan bahwa kita semua, orang Yahudi dan bukan Yahudi, telah menolak pengenalan ini (lih. Rom 3:23).
"Kenal" digunakan baik dalam pengertian Ibrani untuk hubungan keluarga interpersonal, intim, dan pengertian bahasa Yunaninya yaitu kandungan pengetahuan, tetapi fokusnya di sini adalah pada pengertian Yunaninya sebagai ay. Gal 4:9 adalah pada pengertian Ibraninya.
□ "kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah" Penyembahan berhala adalah sia-sia dan percuma (lih. Kis 17:29 dan 1Kor 8:4-5). Namun demikian, Paulus menegaskan bahwa di balik kesia-siaan penyembahan berhala ini adalah kegiatan iblis (lih. 1Kor 10:20; Wahy 9:20). Perbudakan manusia oleh Iblis juga tersirat dalam KATA KERJA dari 1Kor 12:2. Paulus mungkin telah merujuk ke salah satu dari beberapa kemungkinan:
- 1. stoicheia dari ay. Gal 4:3,9
- 2. berhala-berhala kafir
- 3. iblis di belakang berhala kafir
- 4. Hukum Yahudi, yang dalam legalisme dan ritualismenya telah menggantikan YHWH
Gal 4:9 "Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah" Unsur waktu dalam ayat Gal 4:8 ini dikontraskan dengan ay. Gal 4:9. Dalam ay. Gal 4:9 Paulus menggunakan satu lagi pertanyaan retoris yang kuat seperti yang ia lakukan di Gal 3:1-5,19,21; 4:15. "Tahu" (ginōskō) dalam ay. Gal 4:9 adalah berbeda, dan mungkin, lebih berkait pada pilihan kata Yunani daripada istilah yang digunakan dalam ayat Gal 4:8 (oida), meskipun sulitlah untuk membuat perbedaan ini dalam bahasa Yunani Koine. Istilah ini secara teologis membawa konotasi Ibrani tentang pengetahuan sebagai hubungan interpersonal (lih. Kej 4:1; Yer 1:5). Hubungan baru mereka tidak didasarkan pada fakta-fakta tentang Allah, tetapi pemrakarsaan Allah akan perjanjian baru melalui Kristus dengan mereka yang telah terasing (lih. Ef 2:11-3:13).
- NASB "bagaimanakah kamu berbalik lagi ke hal-hal mendasar yang lemah dan tidak berharga"
- NKJV "bagaimanakah kamu berbalik lagi pada elemen-elemen yang lemah dan miskin"
- NRSV "bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin"
- TEV "bagaimanakah kamu ingin berbalik lagi kepada roh-roh penguasa yang lemah dan menyedihkan"
- NJB "bagaimanakah kamu ingin kembali ke hal-hal mendasar seperti ini, yang tak dapat berbuat apa-apa dan memberikan apa-apa"
Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE INDICATIVE dari suatu istilah Yunani yang mencerminkan konsep PL (shuv, BDB 996) pertobatan (berbalik kembali). Ayat ini berisi kata stoicheia, seperti dalam Gal 4:3. Mereka mempertukarkan perbudakan kekafiran dengan perbudakan Yudaisme sebagai sarana keselamatan. Baik Yudaisme dan kekafiran tunduk pada stoicheia(lihat catatan pada ay. Gal 4:8)! Struktur dunia yang jatuh ini benar-benar tidak memadai untuk membawa keselamatan.
Stoichea digambarkan sebagai "lemah dan tidak berharga," yang sejajar dengan Kol 2:15,20.
Gal 4:10 "Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun- tahun" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE INDICATIVE yang mewakili tindakan yang terus-menerus, dalam kasus ini, ketaatan agama -pribadi, yang cermat yang mengacu pada kalender agama Yahudi (lih. Kol 2:16). Orang-orang Galatia ini bertukar satu kalender agama (kafir) dengan yang lain (Yahudi). Pemahaman Paulus tentang injil memungkinkannya untuk menerapkan kebenaran tersebut kepada situasi yang berbeda. Situasi di gereja Galatia mensyaratkan Paulus untuk menentang legalisme dan kebenaran atas dasar karya. Namun demikian, dalam Rom 14, Paulus mendorong orang percaya yang kuat untuk tidak menghakimi orang percaya yang lebih lemah yang menghormati hari-hari tertentu (lih. Rom 14:5-6). Dalam Galatia ini adalah masalah pemahaman yang tepat dari Injil, dalam Roma ini menyangkut persekutuan Kristen (lih. 1Kor 8:10).
- NASB "aku kuatirkan kamu, bahwa mungkin aku telah bekerja keras atasmu dengan sia-sia"
- NKJV "Aku takutkan kamu, jangan sampai aku telah bekerja untukmu dengan sia-sia"
- NRSV "Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia"
- TEV "Aku kuatir terhadap kamu! Bisakah semua pekerjaanku untukmu telah sia-sia"
- NJB "Kamu membuatku merasa bahwa aku telah menyia-nyiakan waktuku denganmu"
Beberapa versi modern menerjemahkan ayat ini dalam kaitannya dengan kerja Paulus di antara gereja-gereja Galatia (lih. JB dan Revised English Bible). Namun demikian, ayat ini bisa berkaitan dengan keprihatinan Paulus bagi orang percaya Galatia itu sendiri (lih. TEV). Ada dua kemungkinan.
- 1. Paulus tidak meragukan keselamatan mereka melainkan kegunaan mereka dalam menyebarkan, menjalani, dan menikmati Injil yang secara radikal gratis ini
- 2. Paulus takut mereka menolak kasih karunia demi kinerja manusia (lih. Gal 3:4; 5:2-4)
Utley: Gal 4:12-20 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:12-2012 Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu. Belu...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:12-20
12 Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu. 13 Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. 14 Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri. 15 Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku. 16 Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu? 17 Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka. 18 Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu. 19 Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu. 20 Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.
Gal 4:12 "Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu" KATA KERJA ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) IMPERATIVE. Ayat ini telah banyak ditafsirkan.
- 1. Terjemahan Williams berbunyi "ambillah titik pandang saya," Paulus meminta mereka untuk menerima pandangannya tentang pembenaran oleh iman karena ia satu kali pernah menerima kecenderungan mereka yaitu pembenaran oleh perbuatan (Yudaisme).
- 2. Beberapa orang mengatakan bahwa "karena akupun telah menjadi seperti kamu" adalah singgungan terhadap 1Kor 9:19-23, di mana Paulus menegaskan bahwa ia menjadi segalanya bagi semua orang supaya ia bisa memenangkan beberapa orang. Ketika ia bersama dengan orang-orang Yahudi, dia hidup seperti orang Yahudi. Ketika ia bersama dengan orang bukan Yahudi, dia hidup seperti orang bukan Yahudi. Namun sebenarnya dia telah meninggalkan hukum Taurat sebagai jalan keselamatan. Dia bersifat fleksibel pada metodenya, tetapi tidak pada pesannya.
"Saudara-saudara" ini menunjukkan transisi Paulus ke suatu topik baru. Juga, menyebut mereka "saudara" mengurangi pukulan dari kritiknya yang sangat memukul keras (lih. ay. Gal 4:19; 1:11; 3:15).
□ "Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu." Beberapa orang berpikir bahwa kalimat ini mengekspresikan sebuah pernyataan negatif yang menyiratkan "di masa lalu kamu tidak membahayakanku tetapi sekarang kamu melakukannya." Tetapi orang lain membacanya sebagai sebuah ekspresi yang positif tentang apresiasinya terhadap penerimaan awal gereja Galatia akan dirinya dan pesannya. Frasa ini harus dibaca bersama dengan ay. Gal 4:13-15.
Gal 4:13 "aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku" Penyebutan "pertama kali" ini menyiratkan untuk kedua kalinya sebelum surat ini ditulis. Namun demikian, frasa ini bisa secara ideomatik berarti "secara resmi" seperti dalam 1Tim 1:13. Paulus pergi ke gereja-gereja di Galatia
- 1. untuk suatu waktu penyembuhan dari beberapa penyakit
- 2. karena suatu penyakit ia harus berhenti dan tinggal sementara
Karena (1) ay.Gal 4:14-15; (2) bersama-sama dengan Gal 6:11; dan (3) 2Kor 12:1-10, saya pribadi percaya Paulus sedang menyinggung "duri dalam daging," nya, yaitu penyakit fisik. Dengan kombinasi dari ayat-ayat ini tampaknya bagi saya itu adalah suatu jenis masalah mata yang mungkin dimulai dengan pengalaman Jalan Damaskus-nya (lih. Kis 9) dan menjadi lebih parah oleh penyakit-penyakit pada abad pertama. Kebutaan parsial Paulus mungkin telah disebabkan oleh gangguan mata menjijikkan, Ophthalmia. Untuk "penyakit" (har. "kelemahan daging") lihat Topik Khusus pada Gal 1:16.
- NASB "Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan,"
- NKJV "Dan pencobaanku yang ada di dalam dagingku, tidak kamu rendahkan atau tolak"
- NRSV "meski kondisiku mengujimu, kamu tidak mencemooh atau menghinaku"
- TEV "Tapi kamu tidak membenci atau menolakku, meskipun kondisi fisikku adalah sebuah cobaan yang besar untukmu"
- NJB "Kamu tidak pernah menunjukkan sedikitpun tanda menjadi jijik atau muak dengan penyakit saya yang adalah suatu percobaan untuk Anda"
Banyak orang Yahudi dan bukan Yahudi akan melihat penyakit Paulus sebagai hukuman dari Allah. Fakta bahwa Paulus berada dalam kehendak Tuhan, dan sakit, memaksa kita untuk memikirkan kembali hubungan antara dosa dan penyakit (lih. Yoh 9; Ayub dan Mazm 73).
Kedua KATA KERJA ini mengundang gambar yang kuat. Yang pertama berarti "menganggap baik untuk hal yang tak berarti." Yang kedua berarti "meludahkan." Penggunaan dari KATA KERJA yang kedua ini adalah alasan bahwa beberapa orang menghubungkan penyakit Paulus kepada takhayul di Timur Dekat Kuno tentang "si mata jahat" ( lih. Gal 3:1). Obat ajaibnya adalah "meludah" dan dengan demikian melindungi diri dari mantra nya, yang mungkin menunjuk pada (1) mata yang tampak tidak lazim atau (2) tampak bermata liar (epilepsi).
□ "kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri" Sebuah pernyataan yang kuat, Paulus menyiratkan bahwa mereka benar- benar menerima pesan dari Allah melalui dia, disertai dengan rasa hormat yang besar bagi pelayan yang membawanya. NJB menerjemahkan frase ini sebagai "utusan Allah." Kata "malaikat" dalam bahasa Ibrani dan Yunani juga berarti "utusan."
- NASB "Lalu dimanakah perasaan berkat yang telah kamu miliki"
- NKJV "Lalu apa berkat yang telah kamu nikmati"
- NRSV "Apa yang kamu merasa telah menjadi niat baik"
- TEV "Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu"
- NJB "Apa yang terjadi pada antusiasme yang telah kamu miliki"
Dalam pertanyaan retoris ini, Paulus ingin tahu kemanakah perginya, perasaan positif yang tulus yang dipegang oleh orang-orang Galatia baginya. Terjemahan Phillips berbunyi, "Apa yang telah terjadi dengan roh yang baik darimu?"
□ "bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku." KALIMAT SECOND CLASS CONDITIONAL ini harus dipahami sebagai, "Jika kamu telah mencungkil matamu, yang tidak kau lakukan, kamu akan memberikannya kepadaku, yang tidak kau lakukan." Pembacaan ini mendukung teori bahwa duri dalam daging Paulus (lih. 2Kor 12) adalah penyakit mata.
Gal 4:16 "Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?" Paulus mengkontraskan perubahan radikal hati mereka kepadanya dengan perubahan hati mereka terhadap Injil.
Gal 4:17-18 Dua kesulitan muncul dalam menafsirkan ay. Gal 4:17,18: (1) arti dari frasa "dengan giat berusaha" dan (2) kerancuan dari subyek dalam ay. Gal 4:18. Apakah itu merujuk pada (1) Paulus atau (2) gereja-gereja di Galatia? Dengan kerancuan semacam ini, sebuah interpretasi dogmatis tidaklah tepat, tetapi pengertian umum dari bagian ini tidak terpengaruh. Kaum Yudais menginginkan orang Galatia untuk mengikuti mereka secara eksklusif dan menghargai mereka seperti cara mereka menghargai Paulus sebelumnya.
- NASB "Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu,"
- NKJV "Mereka dengan tekun merayumu"
- NRSV "Mereka membesar-besarkanmu"
- TEV "Orang-orang yang lain itu menunjukkan keprihatinan yang mendalam untukmu"
- NJB "Kesalahannya terletak pada cara mereka untuk mencoba merebut hatimu"
Secara harfiah, ini berbunyi "mereka bergiat untuk kamu." Ini harus merupakan rujukan pada guru-guru palsu, terutama dalam konteks dengan frasa berikutnya, "tapi tidak tulus." "Bersemangat," yang berasal dari akar "membakar," memiliki dua konotasi dalam bahasa Yunani Koine: (1) kasih sayang dari muda-mudi yang jatuh cinta dan (2) kecemburuan terhadap orang lain. Emosi yang kuat ini menandai aktivitas dari guru-guru palsu yang manis-bicara kepada gereja Galatia, tetapi aktivitas mereka berasal dari motivasi yang egois.
- NASB "tapi mereka ingin menutupmu sehingga kamu akan mencari mereka"
- NKJV "mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka"
- NRSV "mereka mau mengucilkan kamu, sehingga kamu membesar-besarkan mereka"
- TEV "Yang mereka inginkan adalah untuk memisahkanmu dariku, sehingga kamu akan memiliki kepedulian yang sama bagi mereka seperti yang mereka memiliki bagimu"
- NJB "dengan memisahkanmu dariku, mereka ingin merebut hatimu untuk diri mereka sendiri" Para guru palsu iri akan kasih sayang yang telah ditunjukkan gereja-gereja Galatia kepada Paulus (lih. ay. Gal 4:13-15). Mereka ingin mengasingkan Paulus sehingga mereka bisa mengambil tempatnya! Ini mungkin menjelaskan ayat Gal 4:18.
Gal 4:18 Paulus terkejut bahwa mereka yang telah begitu baik dan peduli kepadanya telah secara begitu dramatis menjadi bermusuhan (lih. ay. Gal 4:16). Dalam konteks ayat Gal 4:13-20, interpretasi inilah yang paling cocok.
Gal 4:19 "Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi" Paulus sering menggunakan metafora kekeluargaan karena konotasi mereka yang hangat dan peduli. Dia menyebut dirinya seorang ayah dalam 1Kor 4:15 dan 1Tes 2:11 dan di sini, seorang ibu (lih. 1Tes 2:7). Paulus mungkin telah membuat pernyataan bahwa ialah orang tua rohani sejati dari Galatia, bukan kaum Yudais.
□ "sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." "Menjadi nyata" ini [akar kata Yunani morphē] digunakan dalam arti medis untuk perkembangan janin. Morphē bisa merujuk kepada karakter abadi dari sesuatu. Naskah ini merujuk pada kedewasaan mereka di dalam Kristus (lih. Ef 4:13), atau dengan kata lain, keserupaan mereka dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; 2Kor 3:18; 7:1; Gal 4:19; Ef 1:4; 4:13; 1Tes 3:13; 4:3,7; 5:23; 1Pet 1:15). Ini tidak selalu berarti dua pengalaman yang berbeda dari kehidupan Kristen – keselamatan dan kedewasaan– namun kita semua tahu bahwa kedewasaan adalah sebuah pengalaman perkembangan.
Paulus menunjukkan bahwa motifnya dalam mengajar dan berkhotbah kepada gereja-gereja Galatia sama sekali berbeda dari motivasi guru-guru palsu yang mencari-diri sendiri.
Gal 4:20 "Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain," Paulus berharap mereka bisa merasakan pemeliharaan kebapaan yang ia rasakan untuk mereka. Hatinya bersemangat untuk mereka, meskipun halaman yang tercetak tampak dingin dan keras.
- NASB, NRSV "karena aku telah habis akal menghadapi kamu"
- NKJV "karena aku memiliki keraguan tentang kamu"
- TEV "Aku begitu kuatir tentang kamu"
- NJB "Aku tidak tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan"
Kata Yunani untuk "jalan" dengan suatu ALPHA PRIVATE dapat diterjemahkan dalam setidaknya dua cara.
- 1. Living Bible menuliskan "Terus terang aku tidak tahu apa yang harus dilakukan"
- 2. terjemahan Phillips berbunyi "Secara jujur aku tidak tahu bagaimana harus berurusan dengan kamu" Terjemahan-terjemahan idiomatik yang berbeda ini mengungkapkan kefrustrasian Paulus dalam berurusan dengan gereja-gereja Galatia.
Utley: Gal 4:21--5:1 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:21-5:121 Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? 22 ...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 4:21-5:1
21 Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? 22 Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? 23 Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji. 24 Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar — 25 Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab — dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. 26 Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita. 27 Karena ada tertulis: "BERSUKACITALAH, HAI SI MANDUL YANG TIDAK PERNAH MELAHIRKAN! BERGEMBIRA DAN BERSORAK-SORAILAH, HAI ENGKAU YANG TIDAK PERNAH MENDERITA SAKIT BERSALIN! SEBAB YANG DITINGGALKAN SUAMINYA AKAN MEMPUNYAI LEBIH BANYAK ANAK DARI PADA YANG BERSUAMI." 28 Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. 29 Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini. 30 Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "USIRLAH HAMBA PEREMPUAN ITU BESERTA ANAKNYA, SEBAB ANAK HAMBA PEREMPUAN ITU TIDAK AKAN MENJADI AHLI WARIS BERSAMA-SAMA DENGAN ANAK PEREMPUAN MERDEKA ITU." 31 Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka. Gal 5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Gal 4:21 "Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat?" Paulus menggunakan penulisan Musa untuk memerangi kesalahan yang berdasarkan atas Musa. Ayat ini menyimpulkan pemikiran dari ayat Gal 4:7. Ayat Gal 4:8-20 adalah satu lagi seruan pribadi dan emosional oleh Paulus. Konsep "keanakan" dan "ahli waris" dalam Gal 4:7 dan "benih" dalam Gal 3:15-18 adalah pendahulu untuk tipologi ini.
Gal 4:22 "Abraham mempunyai dua anak" Abraham memiliki lebih dari dua anak laki-laki, tapi yang dibicarakan di sini dikontraskan: anak pertamanya, Ismael, yang dicatat dalam Kej 16, dan anak keduanya, Ishak, yang dicatat dalam Kej 21. Inti dari tipologi ini adalah bahwa yang satu dilahirkan secara alami oleh seorang gadis budak dan yang lainnya dilahirkan dengan cara adi kodrati sesuai dengan janji Allah oleh seorang wanita merdeka, istrinya. Penekanan diseluruh konteks ini adalah, seperti dalam ay. Gal 4:23, pada janji Allah dibandingkan dengan usaha manusia.
Gal 4:23-24 Orang-orang Yahudi akan setuju dengan tipologi Paulus sampai ayat Gal 4:23, di mana ia mengatakan bahwa dalam pengertian usaha manusia, orang-orang Yahudi benar-benar merupakan keturunan Ismael, sementara Gereja adalah keturunan Sarah yang sejati dari "janji."
Gal 4:24 "suatu kiasan" Ini bukan "kiasan (alegori)" seperti yang digunakan oleh Philo, Klemens atau Origenes, melainkan tipologi. Paulus melihat situasi saat ini sebagai beranalogi dengan dua anak-anak Abraham; yang satu oleh adat social, yang satu lagi oleh janji Illahi. Yang satu sesuai dengan kebenaran karya (Ismail), yang lain dengan kasih karunia yang gratis (Ishak)! Bagi Paulus, Taurat tidak bisa menyelamatkan, tetapi telah menjadi pidana mati pada manusia yang berdosa (lih. Kol 2:14). Hanya di dalam Kristuslah keselamatan sejati bisa ditemukan. Inti iman PL tidak ditemukan dalam Hukum Musa tetapi iman Abraham.
Gal 4:25 "Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab" Ada dua cara menafsirkan "adalah" di sini: (1) "itu mewakili" atau (2) ada beberapa jenis hubungan etimologis populer antara Hagar dan Gunung Sinai. Nama "Hagar" sangat mirip bunyi ucapannya seperti istilah Ibrani untuk "batu" (metonymy untuk gunung). Kebanyakan komentator memilih opsi # 1. Hagar mewakili Hukum Musa yang diberikan di Gunung Sinai dan, dengan demikian, Yudaisme.
Arabia adalah sebutan geografis yang jauh lebih luas di zaman Paulus dari zaman sekarang ini.
□ "ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak- anaknya" Metafora ini di sini adalah antara sistem Yudaisme saat ini yang berpusat di Yerusalem dan kota eskatologis, yang akan datang, Yerusalem Baru. Kota ini, tidak dibuat dengan tangan, ada secara abadi di surga (lih. Ibr 11:10; 12:22; 13:14 dan Wahy 21:2,10).
Perhatikan bahwa Paulus membuat Yerusalem di atas berlaku untuk Gereja. Tulisan-tulisan apostolik NT mengubah fokus dari PL (Yahudi vs Yunani) kepada orang percaya vs tidak percaya. PB mengorientasikan ulang janji-janji geografis PL dari Palestina ke surga (Yerusalem duniawi vs Yerusalem surgawi). Perubahan mendasar dari fokus inilah yang memungkinkan kitab Wahyu merujuk pada (1) orang percaya, bukan orang Yahudi atau (2) sebuah kerajaan yang universal, bukan kerajaan Yahudi.
Gal 4:26 "merdeka" Kemerdekaan di sini menunjuk pada orang percaya sebagai dilepaskan dari kewajiban baik Yudaisme (yaitu, bebas dari kutuk, lih. Gal 3:13) dan kekafiran (stoicheia). Kemerdekaan tidak berhubungan dengan orang percaya menjadi memimpin-diri sendiri, namun
- 1. kita bebas untuk melayani Allah (lih. Rom 6)
- 2. kita bebas dari tirani yang mengerikan dari diri yang jatuh
Dengan kata lain, orang percaya bebas "untuk melayani" dan bebas dari "diri." Ini adalah kebebasan ganda! Kita secara sukarela bersedia melayani Bapa dan keluarga sebagai putra dan putri, bukan budak dan pelayan!
Gal 4:27 Ini adalah sebuah kutipan dari Yes 54:1. Dalam konteks ini merujuk pada pemulihan kota Yerusalem setelah pembuangan Babel. Yerusalem Baru disebutkan secara khusus dalam pasal Yes 65; 66. Paulus memproyeksikan pemahaman eskatologis ini ke dalam tipologi nya.
Gal 4:28 Orang percaya dalam gereja-gereja Galatia adalah keturunan sejati Abraham oleh iman (lih. Rom 2:28-29).
Gal 4:29 Paulus mengaitkan semua pengikut sejati Yesus dengan keturunan sejati Ishak melalui janji Allah. Meskipun PL tidak secara khusus menyebutkan penganiayaan (yaitu, tradisi Yahudi), namun PL menyebutkan sikap angkuh Hagar terhadap Sarah yang tak punya anak (lih. Kej 16:4-5), serta juga penganiayaan Sarah atas Hagar (lih. Kej 16:6). Para rabi menafsirkan Kej 21:9 sebagai Ismael yang mengejek Sarah dan anaknya. Naskah Ibraninya sendiri berbunyi "bermain" atau "tertawa" (BDB 850, KB 1019). Kemungkinan Paulus sedang merujuk pada permusuhan di kemudian hari antara orang Yahudi dan bukan Yahudi.
Frasa terakhir dari ay. Gal 4:29, "demikian juga sekarang ini," menyiratkan bahwa keturunan fisik (yaitu, anak-anak dari Perjanjian Musa) dari Abraham masih menganiaya anak-anak rohani (yaitu, anak-anak iman) dari Abraham. Ada konflik di antara ke dua gunung ini!
Gal 4:30 "Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "USIRLAH HAMBA PEREMPUAN ITU BESERTA ANAKNYA," Ini adalah sebuah kutipan dari Kej 21:10 (mengutip Sarah, Peil IMPERATIVE, BDB 176, KB 204). KATA KERJA Yunaninya
adalah AORIST ACTIVE IMPERATIVE yang berarti untuk "mengusir gadis budak" dan dalam konteks Galatia berarti "menendang keluar Yudais!"
Kitab Suci dipersonifikasikan (lih. Yoh 7:42; Rom 9:17; Gal 3:8;\\, Yak 2:23; 4:5). Ini mungkin merupakan suatu cara metaforis untuk merujuk pada Bapa atau Roh yang berbicara, yang akan menjadi cara untuk menunjuk pada "inspirasi" (lih. Mat 5:17-19).
Gal 4:31 "Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka" Ini adalah ringkasan dari argument tersebut. Kita yang percaya pada Yesus Kristus adalah ahli waris penuh dari janji Abraham dan bukan hanya mereka yang berasal dari ras Israel, atau Israel alami. Kebenaran yang sama ini diungkapkan dalam Rom 9; 10; 11.
Galilah: Gal 4:1-7 - Ahli Waris dan Anak Galatia 4:1-7 Sub Tema: Ahli Waris dan Anak
Begini: Selama seorang ahli waris masih belum dewasa, Tidak ada perbedaan sedikitpun antara dia dengan s...
Galatia 4:1-7 Sub Tema: Ahli Waris dan Anak
Begini: Selama seorang ahli waris masih belum dewasa, Tidak ada perbedaan sedikitpun antara dia dengan seorang budak, walaupun dia tuan atas semuanya, melainkan dia tetap di bawah wali-wali keluarga dan kepala-kepala pelayan, sampai saat yang ditentukan oleh bapanya. Begitu juga dengan kita, Ketika kita masih belum dewasa Kita berada di bawah perbudakan pada prinsip-prinsip dasar dari dunia ini, Tetapi setelah genap waktunya, Allah mengutus AnakNya, lahir dari seorang perempuan, lahir di bawah Hukum Taurat, supaya Dia boleh menebus mereka yang ada di bawah Hukum Taurat, supaya kita boleh diadopsi sebagai anak-anak laki-laki. Dan karena kalian adalah anak-anak laki-laki, Allah sudah mengutus Roh Anak laki-laki-Nya ke dalam hati kita, Yang berseru: “Ya Bapa, ya Ayah” Sehingga kau bukan lagi budak, melainkan seorang anak laki-laki, dan kalau seorang anak laki-laki, maka engkau juga seorang ahli waris melalui Allah.
ay. 1 Begini: - Frase lego de (saya berkata sekarang) biasanya menandai bahwa penulis mengembangkan sesuatu yang mulai dia bicarakan, jadi boleh diterjemahkan: Begini,Nah, “Yang dimaksud ialah” (TB), “Tetapi perlu saya tegaskan” di BIS agak berlebihan.175 Jadi Paulus sudah mulai bicara sedikit mengenai status kita sebagai anak-anak Allah dan ahli-ahli waris, di sini dia mengembangkan pikiran tersebut dan juga kembali membicarakan peran Roh Kudus yang dia bukakan di 3:1-5.176
Selama seorang ahli waris masih belum dewasa – Ahli waris (kleronomos) menggambarkan anak orang kaya, yang menunggu masa kedewasaannya, di mana dia boleh hidup tanpa pengawasan dan penghimpitan di bawah orang lain. Ada banyak teori mengenai maksud kata nepios (anak/belum dewasa/akil balig/di bawah umur). Kata ini boleh berarti balita, anak, anak yang belum puber, orang yang belum siap menerima hak dan kewajiban sebagai orang dewasa menurut hukum.177 Barangkali definisi yang terakhir yang paling tepat.
Tidak ada perbedaan sedikitpun antara dia dengan seorang budak, Walaupun dia tuan atas semuanya – Lukisan ini menarik karena menggambarkan seseorang yang dilihat dari luar, sama saja dengan seorang budak (doulos), tetapi sebenarnya mempunyai status tinggi. Semua yang ada pada orang tuanya adalah milik dia, tetapi dia belum mempunyai hak untuk mengurusnya.178
ay. 2 Melainkan – Kata alla menunjukkan kontras yang jelas antara statusnya dan kenyataannya.
Dia tetap di bawah wali-wali keluarga dan kepala-kepala pelayan – Kata epitropos menggambarkan orang yang diberi hak mewakili orang tua dari seorang anak. Boleh diterjemahkan pengawas, tetapi lebih baik dibedakan dengan paidagogos di 3:24-25. Kata oikonomos menggambarkan seorang budak yang diberi kuasa atas rumah tangga di keluarga kaya. Kedua kata ini bersifat jamak. Gambaran ini mengembangkan pikiran tadi, menunjukkan bahwa seorang ahli waris masih harus rela diurus oleh budak-budak di rumah orang tuanya. Wali keluarga memberi pengawasan kepada anak ini, sedangkan kepala pelayan mengurus apa yang keluarganya miliki.179
Sampai saat yang ditentukan oleh bapanya – Hukum Roma menentukan bahwa seorang anak dianggap dewasa saat dia genap 14 tahun, tetapi atas keputusan orang tua, waktu ini boleh diperpanjang. Ada satu naskah wasiat yang menentukan usia 20 tahun, baru anak dari keluarga bersangkutan dianggap tidak lagi di bawah wewenang epitropos.180
ay. 3 Begitu juga dengan kita – Paulus mulai menerapkan ilustrasinya. Kata kita (hemeis) sangat penting diperhatikan di sini, karena apa yang dikatakannya tidak memandang bulu pada orang Yahudi dan juga orang non-Yahudi. Kata ini dipakai tiga kali di ay. 3 ini, dalam bentuk tegas – Sering kali arti kita terdapat dari imbuhan kata saja, tetapi kalau orang ingin menitikberatkannya, kata ganti orang bisa dipakai, seperti hemeis.
Ketika kita masih belum dewasa – Ketidakdewasaan di sini adalah figuratif, yaitu kekanak-kanakan rohani. Tidak ada kaitan dengan jalan hidup orang yang sudah percaya, seperti pemakaian biasa bagi ungkapan itu sekarang. Maksud ilustrasi Paulus ini adalah orang yang belum mengenal Kristus, yang masih terikat pada sistem penyembahan dan hukum yang belum sempurna/matang.
Kita berada di bawah perbudakan pada prinsip-prinsip dasar dari dunia ini – Klausa ini sangat sulit diputuskan artinya. Kata stoikheion berarti bahan/unsur dasar dan boleh menyangkut bahan, pengertian atau prinsip dasar. Kalau diikat pada kata kosmos (dunia) kata stoikeion boleh menyangkut dasar-dasar kelakuan orang, atau kadang-kadang menyangkut dewa-dewi yang terkait dengan tanah, air, api dll.181 Sampai ayat ini, kalau Paulus menggunakan kata hypo (di bawah), itu biasanya menyangkut Hukum Taurat, jadi kalau kita mau konsisten dengan kenyataan itu, kita harus menafsirkan bahwa Paulus bermaksud berkata bahwa orang yang di bawah Hukum Taurat masih mengikuti agama yang ‘dasar’, yaitu masih ‘harus begini, jangan begitu’. Lihat juga Kol 2:20-23. Penafsiran itu memang sesuai dengan pengajaran Paulus sampai saat ini. Masalahnya, Paulus menggunakan kata yang sama di ay. 8-9, yang mungkin mengaitkannya dengan frase “kalian menjadi hamba dari kuasa-kuasa yang dianggapsebagai ilah tetapi sebenarnya bukan Allah sama sekali” (BMK). Satu hal yang menolong kita untuk memutuskan apakah dia bermaksud bahwa mereka di bawah prinsip-prinsip atau ilah-ilah adalah pada kata ganti orang yang dipakai. Di ayat ini, kata ganti orang kita dipakai, sedangkan di bawah, imbuhan pada kata-kata memberi arti kalian. Apakah Paulus bermaksud bahwa orang yang di bawah Hukum Taurat, yaitu orang Yahudi, sebenarnya di bawah kuasa ilah-ilah? Memang dia jelas mengatakan bahwa Perjanjian Baru lebih baik daripada Perjanjian Lama, tetapi Paulus juga percaya bahwa Hukum Taurat diilhamkan Allah, berguna dan bersifat baik. Lihat Rom 7:12, 8, 2 Tim 3:16-17. Jadi lebih baik kita simpulkan (tidak tanpa pergumulan) bahwa maksud Paulus adalah, semua manusia yang belum percaya Yesus, ada di bawah prinsip-prinsip dasar agama yang menyangkut ketaatan. Dasar orang Yahudi untuk ketaatan tersebut adalah Hukum Taurat, yang tanpa Kristus dan tanpa sistem persembahan, hanya mengikat orang. Sedangkan dasar orang non-Yahudi untuk ketaatan itu adalah ilah-ilah yang dimaksudkan di ay. 8. Imbuhan pada frasa emetha dedoulomenoi (dulunya di bawah perbudakan) menunjukkan keadaan yang tidak lagi laku.182
ay. 4 Tetapi setelah genap waktunya – Klausa ini mengingatkan kita bahwa keputusan Allah untuk mengutus Kristus, bukanlah keputusan tergesa-gesa, ataupun lambat. Dia mengutus AnakNya pas pada waktu yang ditentukan. Menarik kalau kita ingat bahwa janji pertama mengenai Kristus diucapkan di Kejadian 3:15,183 ribuan tahun sebelum dia lahir di Betlehem, lalu dikembangkan berulang kali melalui seluruh Perjanjian Lama, sampai tiba saatnya. Dalam hal ini kita melihat kesetiaan Allah dan menjadi lebih yakin lagi bahwa nubuatan-nubuatanNya yang belum digenapi, pasti akan di genapi setelah genap waktunya. Lihat juga perencanaan Allah di Efe 1:3-14 dan sarananya di Kis 2:23.
Allah mengutus AnakNya – Kata exapostello berarti mengutus. Kita bisa melihat dengan jelas bahwa kalau Kristus diutus, Dia tentu ada sebelumnya. Ada banyak bagian Firman Tuhan yang menyatakan fakta ini, terutama Yoh 1:1-18, 8:58, 17:5, 1 Kor 8:6, 10:4, Kol 1:15-17, Rom 8:3, Fili 2:5-9, dll. Jadi klausa ini menegaskan keilahian Kristus. Kedua klausa yang berikut menegaskan bahwa Dia manusia.
Lahir dari seorang perempuan – Klause ini membawa arti yang sederhana – Kristus menjadi manusia sejati. Lihat penggunaan klausa ini di Ayub 14:1 dan Mat 11:11.184 Kata gyne(Perempuan/Ibu) bersifat umum saja dan tidak dipakai mengenai perawan (parthenos) (Walaupun hal itu diberitakan dengan sangat jelas di ayat lain – Luk 1:34-35). Maksud Paulus di sini hanya untuk menegaskan bahwa Yesus adalah manusia, sama seperti Yohanes katakan: “Firman itu menjadi manusia (Sarx = Daging)”. (Yoh 1:14)
Lahir di bawah Hukum Taurat – Klause ini mengembangkan yang tadi, yaitu Dia juga lahir sebagai orang Yahudi dan sebagai orang Yahudi Dia patuh kepada Hukum Taurat. Tetapi tidak seperti orang Yahudi lain, yaitu Dia tidak pernah melanggarnya atau melalaikannya. Lihat 2 Kor 5:21, Ib 4:15, dll.
ay. 5 Supaya Dia boleh menebus mereka yang ada dibawah Hukum Taurat – Klausa ini bisa membingungkan kalau kita terlalu memaksa supaya di bawah Hukum Taurat harus persis sama dengan penggunaan di ayat tadi. Kalau begitu hanya orang Yahudi yang ditebus di ayat ini. Sebenarnya maksud Paulus jelas di seluruh Gal 3 dan 4, di mana semua orang ada di bawah Hukum Taurat dan juga ditebus dari kutuknya karena Kristus. Lihat Gal 3:13, 22, 23-29, dll., dan juga jelas di Rom 2:12-16. Kata exagorazo (menebus) berarti beli ke luar/Beli kembali, yaitu untuk membebaskan melalui pembayaran. Lihat juga Gal 3:13.
Supaya kita boleh diadopsi sebagai anak-anak laki-laki – Kata hina (supaya) ada dua kali di ayat ini, sama seperti di 3:14. Di ay. 5 ini klausa yang pertama menjadi sarana untuk klause yang kedua – Kita menjadi anak-anak Allah karena Kristus menebus kita.185 Kata huiothesia adalah kata buatan yang berarti mengadopsi sebagai anak laki-laki. Kalau Paulus bicara mengenai status kita sebagai anak-anak Allah, dia sering menggunakan kata huios yang berarti anak laki-laki, (3:26, 4:6-7, dll.) bukan untuk mengesampingkan kaum hawa (3:28), melainkan untuk menggambarkan hak semua orang percaya, yang menjadi ahli-ahli waris di dalam Kristus. Tidak masalah kalau diterjemahkan anak-anak saja, tetapi penting kita mengerti muatan dari kata ini. Yang sangat indah kalau kita melihat ay. 4 dan 5 ini adalah “Kristus, Sang Anak, menjadi manusia supaya manusia boleh menjadi anak-anak.”186 Sistem pengadopsian yang digambarkan tentu dari budaya Roma, karena tidak ada yang mirip di budaya Yahudi. Dalam budaya Roma ada beberapa kaisar yang mengadopsi anak yang tidak ada hubungan keluarga, secara khusus supaya mereka menjadi kaisar saat ayah tiri meninggal. Kaisar Agustus, yang berkuasa ketika Kristus lahir, diangkat sebagai anak dari Kaisar Julius, sehingga menggantinya ketika Kaisar Julius dibunuh.187 Status yang diberikan seperti ini sangat mirip dengan bahasa Paulus di sini. Kalau dalam budaya Yahudi, yang berkaitan dengan pengajaran Paulus ini adalah bahasa ‘menjadi anak Allah’. Kita lihat kenyataan ini di Keluaran 4:22, Yer 31:20, 14, dll.
ay. 6 Dan karena kalian adalah anak-anak laki-laki – Klause ini tentu mengembangkan pikiran tadi. Kata adalah bersifat terus menerus,188 menyatakan keadaan sebagai anak-anak Allah.
Allah sudah mengutus Roh AnakNya ke dalam hati kita – Perhatikan Tritunggal dalam klause ini. Kata exapostello (mengutus) adalah sama dengan mengutus di ay. 4. Roh AnakNya tentu menyangkut Roh Kudus, sebagaimana Paulus menyebutnya di surat lain juga. (Rom 8:9, Fili 1:19) Hal ini sesuai dengan nubuatan Kristus di Yoh 14:16-17 “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran...” Yang lain di situ adalah kata allos, yang berarti lain, tetapi sejenis. Jadi Roh Kudus mewakili dengan sempurna oknum yang kedua dari Tritunggal, sama seperti Kristus mewakili Sang Bapa dengan sempurna (Yoh 14:8-11) dan tentu hal ini yang dimaksudkanNya di Mat 28:20b “Aku menyertai kamu…” Ke dalam hatimengingatkan pada nubuatan di Yeh 36:26-27 dan juga Yer 31:31-34, di mana dinubuatkan bahwa pelayanan Roh Kudus dikaitkan dengan hati yang baru.189 Kata kardia berarti jantung, tetapi secara figuratif menggambarkan pusat kepribadian/emosi orang, sama seperti kata hati dalam bahasa Indonesia.
Yang berseru: “Ya Bapa, ya Ayah” – Menarik kalau kita membandingkan ayat ini dengan Rom 8:15 di mana melalui Roh kita berseru. Sebenarnya kenyataan ini tidak bertolak belakang. Seruan Roh Kudus di dalam diri kita menjadi seruan kita, di mana Dia meyakinkan kita bahwa kita benar-benar dijadikan anak Allah. Kata Bapa, yang secara literal diterjemahkan Abba, diambil langsung dari bahasa Aram, yang dipakai oleh orang Yahudi pada waktu itu. Yang harus ditanyakan di sini adalah, mengapa sampai istilah bahasa Aram dipakai di antara orang-orang non-Yahudi dari Galatia ini? Menurut penelitian kata Abba ini dipakai Kristus apabila Dia bicara dengan Sang Bapa. Lihat Mar 14:36 yang langsung menggunakan kata tersebut dan juga di Mat 6:9 dan 26:39 di mana itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani.190 Kata Abba biasanya dipakai sebagai nama kesayangan dari seorang anak kepada bapanya. Kalau begitu, kita boleh menyimpulkan bahwa maksud Paulus adalah untuk menegaskan bahwa sama seperti Kristus berserukepada BapaNya, kita yang percaya boleh juga, dengan keyakinan yang sama bahwa Allah adalah Bapa kita.
ay. 7 Sehingga kau bukan lagi budak, melainkan seorang anak laki-laki, dan kalau seorang anak laki-laki, maka engkau juga seorang ahli waris– Ayat ini adalah kesimpulan dari pengajaran yang dimulai di 3:6, jadi kata jadi (TB) dengan akurat menerjemahkan kata hoste, yang biasanya berarti sehingga/supaya. Perhatikan kata ganti kau/engkau. Paulus sengaja menggunakan kata ganti tunggal supaya bicara secara pribadi-pribadi di Galatia dan menegaskan kebenaran ini. Mereka masing-masing bukan orang percaya kelas dua. Mereka sudah dijadikan anak-anak Allah yang kekasih.191
Melalui Allah – Frase dia Theou ini melahirkan cukup banyak debat antara ahli-ahli Alkitab sejak abad pertama.192 Walaupun kita sudah melihat Kristus sebagai sarana (3:13-14), Iman sebagai sarana (3:14, 26), Roh Kudus sebagai sarana (4:6), tetapi kita juga harus melihat hati dan tindakan dari Allah Bapa di belakang semuanya ini: Allah yang membenarkan (3:8), Allah yang memberi janjiNya kepada Abraham, yang juga dimaksudkan untuk kita (3:6, 14, 18), Allah yang mengutus AnakNya (4:4), Allah yang mengutus juga RohNya (4:6) dan Allah yang ingin merangkul orang berdosa sebagai anak-anakNya. (4:6) Terpujilah Dia! Lihat juga Efe 1:3-14 dan kali ini perhatikan perencanaan Allah.
- Apakah saudara sudah merasakan perubahan dari masa perbudakan di mana ‘jangan ini, jangan itu’ pada status sebagai anak Allah? Apakah ada sukacita?
- Apa kesan saudara melihat karya Kristus, di mana Dia menjadi manusia sejati, hidup di bawah Hukum Taurat, bahkan mati untuk saudara?
- Apa kesan saudara melihat rencana Allah di belakang semuanya itu?
- Apakah saudara hidup dalam keyakinan bahwa Allah sudah menjadi Bapamu?
- Apakah sukacita saudara cukup sering diucapkan kepadaNya?
Galilah: Gal 4:8-11 - Keprihatinan Paulus Galatia 4:8-11 Sub Tema: Keprihatinan Paulus
Nah, dulu, ketika kalian belum mengenal Allah, Kalian diperbudak kepada mereka yang pada hakekatnya buk...
Galatia 4:8-11 Sub Tema: Keprihatinan Paulus
Nah, dulu, ketika kalian belum mengenal Allah, Kalian diperbudak kepada mereka yang pada hakekatnya bukan ilah-ilah. Tetapi sekarang kalian sudah mengenal Allah, atau lebih baik, sudah dikenal oleh Allah, Bagaimana sampai kalian mulai berbalik lagi kepada prinsip-prinsip dasar dunia, yang lemah dan tidak berharga, yang kepadanya kalian mau menjadi budak sekali lagi? Hari-hari, bulan-bulan, musim-musim dan tahun-tahun kalian memelihara dengan teliti! Saya takut mengenai kalian. Jangan-jangan percuma saya bekerja susah payah bagikalian!
ay. 8 Nah, dulu – Kata alla biasanya menunjukkan kontras yang tegas sehingga diterjemahkan sebaliknya/melainkan/akan tetapi, tetapi di sini fungsinya sedikit berbeda karena menarik perhatian pada kontras antara bagian 4:1-7 dan keadaan mereka sebelum selamat (dulu) dan situasi sekarang. Itu sebabnya kata nah mungkin paling cocok.
Ketika kalian belum mengenal Allah – Kata oida di sini ataupun kata ginoskonanti, yang biasanya diterjemahkan tahu/mengenal, kalau ditujukan pada orang, tidak menyangkut pengetahuan, melainkan pengenalan pribadi. Semua orang tahu bahwa Allah ada karena sangat jelas dalam ciptaanNya (Maz 19:1-7), tetapi mereka menolak Allah dan memutuskan untuk menyembah ilah-ilah (Rom 1:18-32). Frase belum mengenal Allah identik dengan belum percaya. Lihat 1 Tes 4:5, 2 Tes 1:8, Tit 1:16. Sifat dari kata mengenal menunjukkan keadaan total yang berdampak193 dan barangkali dampak yang dimaksudkannya adalah perbudakan. Jadi di sini Paulus menarik perhatian mereka kepada keadaan mereka dulu supaya mereka sadar bahwa, dengan menerima ajaran ‘baru’ tadi, mereka sebenarnya kembali kepada bentuk agama yang primitif.
Kalian diperbudak kepada mereka yang pada hakekatnya bukan ilah-ilah – Kata douleuo adalah kata kerja dari kata doulos, yang berarti budak. Sifatnya adalah masa lalu yang tidak terlalu ditekankan dan juga bicara keadaan, bukan bahwa mereka memperhambakan diri sendiri.194 Bahasa perbudakan ini membawa pikiran mereka kembali kepada Gal 3:22-23, 4:3, tetapi oleh karena Paulus bicara kepada mereka pribadi, kali ini dia menyebut apa yang sebenarnya mereka sembah, dia tidak lagi bicara secara umum seperti kita perhatikan di 4:3. Kata theos di sini bersifat jamak, yaitu allah-allah, yang lebih jelas artinya kalau diterjemahkan ilah-ilah. Jadi maksud Paulus bukan untuk menegaskan bahwa ilah-ilah ini bukan Allah, karena tidak ada kata theos yang bersifat tunggal di teks asli. Maksudnya adalah apa yang mereka sembah itu bukanlah ilah-ilah yang dibicarakan di dongeng-dongeng Roma dan Yunani, melainkan roh jahat. Lihat Ul 32:17, 1 Kor 8:4-6, 10:20-22.195
ay. 9 Tetapi sekarang kalian sudah mengenal Allah – Nun de (tetapi sekarang) menunjukkan kontras dengan nah dulu di ayat tadi. Dan di sini kita lihat bahwa Paulus tidak meragukan keselamatan mereka. Mereka sudah mengenal Allah, yaitu sudah menjadi selamat. Hal ini penting supaya kita tidak salah menafsirkan 5:1. Kata ginosko (mengenal) yang dipakai di sini dan bukan oida seperti di ay. 8, dan walaupun muatan dari kata itu tidak persis sama, ada banyak kesamaan, sehingga kita boleh menafsirkan bahwa maksudnya sama di sini.196 Dalam pikiran orang Yahudi, kata mengenal bersifat cukup intim, bahkan boleh dipakai sebagai pelembut untuk hubungan intim suami-istri. Lihat Kej 4:1 (yada – Bs Ibrani, ginosko – Bs Yunani) – diterjemahkan bersetubuh di TB – Sehingga maksud Paulus terikat juga pada hubungan seorang anak kepada bapanya lagi (Gal 4:6), dan bukan hanya fakta bahwa dia tidak masuk neraka.197 Sifat dari kata mengenal adalah masa lalu,198 walaupun bicara mengenai masa kini, jadi maksudnya sudah menjadi kenal.
Atau lebih baik, sudah dikenal oleh Allah – Sesuai kebiasaannya, Paulus kembali menegaskan peran Allah dalam keselamatan. Lihat penjelasan di Gal 4:7 dan juga Roma 8:28-39, 1 Yoh 4:10. Hal ini tidak berarti bahwa manusia tidak mengenal Allah, tetapi pengenalan ini hanya menjadi mungkin karena Allah mau mengenal kita dan menyediakan jalan melalui Kristus. Sifat dari kata dikenal persis sama dengan mengenal tadi, tetapi berbentuk pasif,199 jadi dikenal lagi. Seperti kita lihat tadi, ini menyangkut hubungan, bukan pengetahuan, karena Allah selalu tahu mengenai semua orang.
Bagaimana sampai kalian mulai berbalik lagi kepada prinsip-prinsip dasar dunia – Pertanyaan ini bersifat tegas, karena Paulus sangat kaget dan pusing bahwa mereka terpengaruh oleh kalangan sunat. Kata berbalik bersifat terus menerus di masa kini,200 menunjukkan sesuatu yang sedang terjadi – mulai berbalik. Prinsip-prinsip dasar dunia adalah sama dengan apa yang dilihat di ay. 3, walaupun dasarnya berbeda. Dulu mereka hidup menurut ‘jangan ini, jangan itu’ karena kepercayaan pada animisme, tetapi sekarang mereka mulai tergoda kembali kepada prinsip-prinsip yang sama, tetapi yang dasarnya ‘agama’ Yahudi. Lihat penjelasan di ay. 3.
Yang lemah dan tidak berharga – Kata asthenes berarti lemah atau tidak berkuasa, yaitu tidak dapat menyelamatkan. (3:21-22) Kata ptokhos, secara literal berarti miskin, tetapi kalau figuratif, berarti tidak berguna, tidak bernilai atau tidak berkuasa. Mereka perlu mengerti kelakuan mereka, dibandingkan dengan apa yang sudah disediakan Allah bagi mereka.
Yang kepadanya kalian mau menjadi budak sekali lagi? – Kata mau dan juga menjadi budak bersifat terus menerus di masa kini,201 sama seperti berbalik tadi. Menggarisbawahi bahwa hal ini sedang terjadi. Dia tegaskan hal ini lagi di 5:1.
ay. 10 Hari-hari, bulan-bulan, musim-musim dan tahun-tahun – Paulus tidak bicara terlalu spesifik mengenai persis apa yang mereka pelihara, tetapi kalau dibanding dengan apa yang dikatakannya di Kol 2:16, mungkin Harimenyangkut Hari Sabat, Bulan menyangkut perayaan Bulan Baru (Bil 28:11-15), musim/masa menyangkut Hari-Hari Raya, yang biasanya berlangsung cukup lama (Im 23) dan walaupun tidak dijelaskan di Kolose, mungkin Tahun menyangkut Tahun Sabat (Im 25:1-22).202 Menarik di sini bahwa para pengajar dari Yerusalem itu tidak puas kalau orang Galatia disunat saja, rupanya itu hanya permulaan dari peraturan-peraturan yang akan dibebankan pada orang-orang yang baru percaya ini. Tidak percuma Paulus tegaskan bahwa “setiap orang yang menyunatkan dirinya…wajib melakukan seluruh hukum Taurat.” (Gal 5:3)
Kalian memelihara dengan teliti! – Kata paratereo (memelihara dengan teliti) bersifat terus menerus di masa kini,203 menunjukkan bahwa mereka sudah mulai mempraktekkan perayaan-perayaan tersebut.
ay. 11 Saya takut mengenai kalian– Kata fobeo (takut) bersifat terus menerus,204 menyatakan keadaan hati Paulus. Beginilah hati orang yang layak menjadi pemimpin jemaat. Hatinya peka terhadap pergumulan orang dan waspada terhadap keadaan orang percaya yang dia layani. Lihat juga 28-29, 1 Tes 3:5, Fili 2:20.
Jangan-jangan percuma saya bekerja susah payah bagi kalian! – Frase me pos (kalau mungkin/jangan-jangan) dipakai juga di Gal 2:2. Memang ada potensi untuk orang-orang yang sudah percaya ini, merusakkan jalan keselamatan untuk generasi berikut, karena Injil dijadikan keliru dan asing. Kata kopiao berarti bekerja sampai benar-benar lelah. Lihat juga Rom 16:6, 12, 1 Kor 15:10, 12:16, Kol 1:29, 1 Tes 5:12, 1 Tim 4:10, 5:17.205 Memang Paulus bekerja keras dalam pelayanannya. Lihat 2 Kor 11:23-27. Tentu dia mau supaya investasinya berbuah di wilayah Galatia, tetapi dia juga tahu bahwa tidak ada jerih payah yang sia-sia kalau dibuat dalam Tuhan. (1 Kor 15:58) Kata eike berarti kosong/sia-sia. Paulus banyak menggunakan istilah ini bersama kenos (dipakai di Gal 2:2) yang sangat mirip artinya. Lihat juga 1 Kor 15:14, Fili 2:16, 1 Tes 3:5. Hal ini dikaitkan dengan Gal 3:4.206
- Apa keadaan saudara sebelum mengenal Allah? Coba ingat perbudakannya.
- Sejak percaya, apakah saudara merasakan kebebasan dari ketentuan-ketentuan dulu yang mengikat?
- Apakah ada sukacita karena dicari dan dikenal oleh Allah?
- Apakah ada godaan untuk saudara mencari rasa aman di hadapan Allah dengan ketaatan?
- Apakah saudara rasa dipedulikan oleh pemimpin jemaat?
- Kalau saudara melayani sebagai pemimpin jemaat, apakah bisa ikut merasakan dengan keprihatinan Paulus?
Galilah: Gal 4:12-20 - Pengalaman Paulus Bersama Mereka Galatia 4:12-20 Sub Tema: Pengalaman Paulus Bersama Mereka
Saya mohon kepada kalian, saudara-saudara, jadilah seperti saya, karena saya sudah menjad...
Galatia 4:12-20 Sub Tema: Pengalaman Paulus Bersama Mereka
Saya mohon kepada kalian, saudara-saudara, jadilah seperti saya, karena saya sudah menjadi seperti kalian. Dulu kalian tidak berbuat yang kurang baik pada saya Karena kalian tahu bahwa saya pertama kali memberitakan injil kepadamu karena ada penyakit di tubuh saya, dan walaupun penyakit saya menjadi pencobaan bagi kalian, kalian tidak menghina atau menolak saya, sebaliknya kalian menerima saya seolah-olah saya malaikat dari Allah, atau seperti saya Yesus Kristus sendiri! Kemanakah kebahagiaan kalian?? Saya bersaksi kepada kalian bahwa, kalau memungkinkan, kalian siap mencungkil matamu dan memberikannya kepada saya pada waktu itu.
Jadi bagaimana? Apakah saya sudah menjadi musuh kalian karena bicara benar kepadamu? Mereka membujuk rayu kalian tetapi tidak dengan niat baik melainkan untuk memisahkan kalian (dari saya) Mereka mau supaya kalian setia mencari mereka Memang bagus kalau orang mencari kita dengan giat, kalau niatnya baik, asal selalu begitu dan bukan hanya kalau saya ada bersama kalian. Anak-anakku, yang membuat saya rasa seolah-olah saya mengalami sakit bersalin lagi sampai Kristus terbentuk di dalam diri kalian. Saya rindu supaya bisa hadir dengan kalian sekarang dan mengubahkan nada suara saya, karena saya habis akal mengenaikalian!
ay. 12 Saya mohon kepada kalian, saudara-saudara – Dalam bagian ini Paulus mulai bicara secara pribadi kepada mereka. Memang dia terganggu bahwa Injil dibuat keliru dan bahwa doktrin yang kurang sehat mulai tersebar, tetapi, seperti diperhatikan di ayat tadi, fokus Paulus ada pada saudara-saudara ini, yang dia kasihi. Dia tahu dampak-dampaknya kalau mereka kembali kepada Hukum Taurat, seolah-olah dibuat benar karenanya. Mereka tentu hancur, entah karena putus asa, atau mungkin juga karena menjadi sombong. Jadi dia mohon kepada mereka. Kata deomai berarti minta secaraurgen/mohon/mendesak,207 jadi di sini kita lihat bahwa hatinya tergerak.
Jadilah seperti saya – Perintah ini sebenarnya adalah kata pertama dalam kalimat ini, menunjukkan pentingnya dan juga dikuatkan oleh klausa Saya mohon kepada kalian. Sifatnya terus menerus208 menunjukkan proses, atau pentingnya mereka tetap seperti Paulus.
Karena saya sudah menjadi seperti kalian – Tidak ada kata ginomai (menjadi) lagi di sini, karena sudah jelas dari konteks apa yang dimaksudkannya. Yang bisa membingungkan adalah, dalam hal apa mereka perlu menjadi seperti Paulus. Apakah dalam hal kasih, seperti kita lihat di 2 Kor 6:11-13. Memang konteks di sana juga mirip. Mungkin lebih baik kita menafsirkannya sesuai apa yang baru dibahas, yaitu bahwa mereka tidak lagi di bawah Hukum Taurat. Kalau begitu kita sudah tahu bahwa Paulus tentu telah menjadi seperti mereka (1 Kor 9:19-23). Kalau begitu kita perlu perhatikan betapa ironisnya kalau Paulus, sebagai orang Yahudi sejati, menanggalkan identitasnya dan kebiasaan-kebiasaannya demi kebaikan mereka, supaya dia boleh menjangkau mereka, lalu ketika mereka masih baru percaya, mereka mulai ingin menjadi seperti orang Yahudi.209 Bukan main! Jadi ‘seperti Paulus’ dalam konteks ini berarti ‘orang percaya yang selamat oleh iman saja’.
Dulu kalian tidak berbuat yang kurang baik pada saya – Klause ini sedikit sulit ditafsirkan artinya berkaitan dengan isi yang disebut tadi. Kemungkinan besar, Paulus mulai terharu karena mengingat hati mereka terhadap dia. Dulu kalian tidak berbuat yang kurang baik, bersifat masa lampau dan kemungkinan besar bicara mengenai cerita di ay. 13.
ay. 13 Karena kalian tahu – Sifat dari kata ini menunjukkan pengetahuan yang pasti, dan berdampak,210 yaitu mereka masih ingat.
Bahwa saya pertama kali memberitakan Injil kepadamu karena ada penyakit di tubuh saya – Frase astheneian tes sarkos secara literal berarti kelemahan/penyakit di daging. Ada banyak khayalan yang muncul mengenai penyakit ini. Ada yang menganggap bahwa dia ke sana untuk pemulihan dari luka-luka akibat penganiayaan, yang tentu menjadi kemungkinan. Ada juga yang berpikir mungkin dia kena malaria di Pamfilia, karena di wilayah itu ada banyak rawa-rawa, lalu dia naik ke Antiokhia di Pisidia karena lebih sejuk (Ketinggiannya 3600 kaki di atas permukaan laut). Ada juga yang menebak bahwa mungkin dia menderita penyakit mata, yang sangat masuk akal kalau kita perhatikan bahwa orang Galatia siap memberi mata mereka sendiri kepada Paulus.211 Memang tebakan-tebakan ini tidak terlalu menolong. Yang paling penting adalah Allah yang mengarakan Paulus ke sana melalui penyakit ini dan akibatnya luar biasa bagi orang Galatia.
ay. 14 Dan walaupun penyakit saya menjadi pencobaan bagi kalian – Rupanya penyakit yang Paulus derita, menjijikkan bagi orang Galatia. Barangkali kalau dia sakit mata berat, sehingga ada nanah yang ke luar terus, hal ini sulit untuk mereka lihat. Pada waktu itu, penyakit yang menonjol dianggap sebagai tanda bahwa orang tidak berkenan kepada dewa-dewi.212 Kata peirasmos mempunyai dua arti, yaitu godaan, atau pencobaan. Godaan biasanya menyangkut ketertarikan hati kepada dosa, sedangkan Pencobaan menggambarkan tekanan dari luar yang menguji iman orang. Mungkin definisi yang kedua, pencobaan, yang lebih tepat di sini.213
Kalian tidak menghina atau menolak saya – Jadi walaupun kondisi Paulus cukup menjijikkan bagi mereka, orang Galatia tidak bereaksi sesuai budaya mereka. Kata exoutheneo berarti menghina atau menganggap rendah, sedangkan kata ekptyo adalah kata buatan yang berarti meludah (ptuo) ke luar (ek) (Hanya dipakai 1 kali di Alkitab). Pada waktu itu orang meludah karena: a. Ada yang dilihat yang membuat mereka marah dan menganggap hina seseorang, atau b. Mereka meludah untuk mengamankan diri dari guna-guna, seperti dibahas di 3:1. Memang mereka dari latar belakang animis, sehingga tentu ada kemungkinan mereka menganggap Paulus terkutuk dan tidak mau ikut dikutuk, tetapi mungkin lebih aman kalau kita menyimpulkan bahwa ada kemungkinan mereka menganggap hina saja.
Sebaliknya kalian menerima saya seolah-olah sayamalaikat dari Allah, atau sepertisaya YesusKristus sendiri! – Kata alla(sebaliknya) lagi di sini menunjukkan bahwa respon mereka tidak terpikirkan Paulus. Mereka menyambut dia dengan begitu hangat sehingga dia rasa seolah-olah mereka memperlakukannya seperti malaikat. Kata malaikat juga boleh berarti pemberita dan sebenarnya, pemberitaan adalah tugas yang sering mereka lakukan. Jadi ini cukup terkait dengan pelayanan pemberitaan Paulus, tetapi kadar hormat sangat tinggi. Apalagi kalau mereka memperlakukan dia seperti Kristus sendiri. Memang Paulus mewakili Kristus dalam pemberitaan Injil, (2 Kor 5:20) tetapi dia tentu terharu kalau mereka menunjukkan penghargaan yang terlalu tinggi kepadanya. Lihat juga Mat 18:5, 25:31-46, 1 Tes 2:13.
ay. 15 Kemanakah kebahagiaan kalian?? – Kata makarismos menggambarkan suatu “keadaan di hati, akibat situasi yang baik, kesenangan, diberkati.”214 Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Paulus bicara mengenai kebahagiaan mereka akibat Injil, yang sudah menjadi keliru, atau kesenangan mereka dalam hubungan dengan dia sebagai bapa rohani. Mungkin dalam konteks ini lebih baik kita simpulkan bahwa kesenangan ini menyangkut perasaan mereka kepada Paulus.
Saya bersaksi kepada kalian bahwa, kalau memungkinkan, kalian siap mencungkil matamu dan memberikannya kepada saya pada waktu itu. – Mereka begitu menghargai Paulus, sebagai orang yang membawa Kabar Baik, sehingga mereka siap berkorban bagi dia, entah ditafsirkan secara literal atau tidak. Paulus menggambarkan hubungan yang sangat akrab. Kata martyreo biasanya diterjemahkan bersaksi dalam konteks Injil, tetapi di sini maksudnya menyatakan/mengaku.
ay. 16 Jadi, bagaimana? Apakah saya sudah menjadi musuh kalian – Kata hoste (Jadi, bagaimana?) biasanya digunakan dalam pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang menyatakan fakta, bukan mencari informasi.215 Kita juga lihat di sini bahwa sifat dari kata menjadi (ginomai) menggambarkan situasi yang sudah terjadi dan dampak-dampaknya masih dirasakan.216 Jadi melihat semuanya itu, kita harus menyimpulkan bahwa hati orang Galatia, yang dulu sangat terbuka pada Paulus, yang mengasihi dan menghargai dia, sudah berubah. Kata ekhthros(musuh) cukup tegas. Nanti kita akan lihat di ayat berikut, semangat dari kalangan sunat untuk memenangkan orang Galatia, tetapi rupanya, salah satu dari siasat mereka adalah menjelekkan nama Paulus, dan mereka mulai berhasil dalam upaya tersebut – Paulus sekarang dianggap musuh mereka!
Karena bicara benar kepadamu? – Menarik kalau kita memikirkan kira-kira kapan dia bicara benar sehingga mereka menganggap dia musuh. Masalanya adalah sangat sedikit waktu berlalu sejak mereka percaya, jadi kapan dia sempat ke sana lagi atau mengirim pesan? Tentu bukan surat ini yang dimaksudkan karena sifat dari kata menjaditadi bicara masa lampau. Mungkin lebih baik disimpulkan bahwa ajaran yang pertama dia sampaikan yang dimaksudkannya di sini, yaitu bahwa dia menyampaikan Injil kasih karunia, dan Injil itulah yang dijelekkan oleh kalangan sunat sehingga orang Galatia rasa ditipu oleh Paulus.
ay. 17 Mereka membujuk rayu kalian – Kata zeloo boleh berarti mencari dengan giat atau mencari dengan sangat, tetapi dalam konteks di mana orang dicari, kata ini menggambarkan cara orang membujuk rayu calonnya, atau mengesankanorang supaya mencari pengikut.217 Jadi kalangan sunat ini bermulut manis dengan orang Galatia.
Tetapi tidak dengan niat baik – Kalau bersikap baik kepada orang, sering kali hal yang baik, tetapi orang-orang ini tidak begitu.
Melainkan untuk memisahkan kalian (dari saya) – Kata alla (melainkan) lagi menunjukkan kontras yang tegas. Di teks asli tidak jelas apakah maksud dari memisahkan adalah memisahkan dari Allah atau dari Paulus dan pengaruhnya. Sebenarnya kalau orang mencari pengikut, mereka tidak berusaha memisahkan orang dari Allah, karena mereka menganggap diri benar dan berkenan kepadaNya. Melihat klausa berikut ini, jelas bahwa mereka mau supaya orang Galatia hanya mendengar mereka, sehingga mereka menjelekkan nama Paulus supaya mereka tidak lagi mendengar dia. Manipulasi seperti ini yang sering menandai pengajar sesat.
Mereka mau supaya kalian setia mencari mereka – Setia mencari mereka adalah kata zeloo lagi, yang kalau menyangkut sikap seorang murid kepada gurunya menggambarkan kesetiaan kepadanya.218 Sangat menarik kalau membandingkan klausa ini dengan peringatan Paulus kepada para penatua dari Efesus di Kis 20:29-30:
Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dantidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yangdengan ajaran palsumerekaberusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. (TB)
Sangat penting bahwa orang-orang yang kita muridkan merasa diri pengikut Yesus, bukanlah pengikut kita. Contoh Paulus seperti itu. Lihat 1 Kor 3:1-9.
ay. 18 Memang bagus kalau orang membujuk kita, kalau niatnya baik, asal selalu begitu dan bukan hanya kalau saya ada bersama kalian – Ayat ini sulit diterjemahkan. Kata membujuk di sini adalah kata zeloo lagi, tetapi kali ini rupanya dia bicara mengenai dirinya, ketika dia memenangkan orang Galatia, Jadi maknanya begini: Memang bagus kalau orangmembujuk kita, kalau niatnya baik, asal selalu begitu dan bukan hanya kalau saya yang melakukannya.219 Jadi Paulus tidak iri hati karena orang Galatia dibujuk oleh pengajar lain. Dia senang kalau ada pengajar yang baik, yang berbaik hati kepada mereka dan membangun mereka, tetapi bukan itu yang sedang terjadi. Kita sudah lihat di ayat tadi bahwa niat dari kalangan sunat tidak baik.
ay. 19 Anak-anakku – Frase tekna mou (anak-anakku)220 boleh digunakan untuk menyatakan kasih yang dalam dan boleh juga menjadi semacam teguran karena orang bertindak secara kurang dewasa. Mungkin lebih baik kita menyimpulkan bahwa Paulus mau bicara akrab dengan mereka di sini.221 Frase ini, secara tematis, terikat pada saya rindu di ay. 20. Seperti di contoh aliran percakapan berikut:
Anak-anakku, yang membuat saya rasa seolah-olah sayamengalami sakit bersalin lagi sampai Kristus terbentuk di dalam diri kalian. Saya rindusupaya bisa hadir dengan kaliansekarang dan mengubahkan nada suara saya, karena saya habis akal mengenai kalian!
Yang membuat saya rasa seolah-olah saya mengalami sakit bersalin lagi – Klause ini sangat singkat di bahasa asli, hous palin odino, yang secara literal berbunyi yang untuknya saya sakit bersalin lagi. Ada dua tujuan dari perkataan ini, pertama, Paulus ingin mengatakan bahwa mereka ada di hatinya, sehingga kalau mereka bergumul, dia ikut bergumul. Yang kedua adalah teguran bagi orang Galatia, di mana mereka sudah lahir baru pada waktu Paulus memberitakan Injil yang benar kepada mereka, tetapi sekarang rasanya seolah-olah mereka perlu diinjili lagi. Seperti sudah kita lihat, Paulus yakin mengenai keselamatan mereka, jadi di sini dia menegur saja, dan berkata bahwa kelakuan mereka tidak sesuai dengan pengakuan mereka.
Sampai Kristus terbentuk di dalam diri kalian – Paulus mengubahkan ilustrasinya sekarang. Tadinya dialah yang menderita sakit bersalin, tetapi di klause ini orang percaya di Galatia yang hamil. Kata morfoo sering digunakan untuk menggambarkan perkembangan seorang bayi/janin di dalam kandungan ibunya. Jadi inti dari ilustrasi ini adalah, Paulus rindu supaya pengaruh Kristus berkembang menjadi begitu besar dalam hati mereka masing-masing, sehingga mereka tidak mungkin mengalami kemunduran lagi.222
ay. 20 Saya rindu supaya bisa hadir dengan kalian sekarang – Kata thelo (rindu/mau) di sini bersifat terus menerus di masa lampau,223 yang, walaupun tentu kaku dalam bahasa Indonesia, menggambarkan kerinduan yang sering muncul, tetapi rasanya terhambat.
Dan mengubahkan nada suara saya – Dalam surat ini Paulus bicara sangat tegas kepada saudara-saudaranya ini, tetapi dalam hatinya dia rindu supaya mereka bisa mendengar suaranya dan melihat mukanya dan sadar bahwa Paulus bicara begitu karena dia sangat mengasihi mereka dan prihatin untuk pertumbuhan mereka. Hal yang sama juga dia rasakan mengenai orang Korintus. (2 Kor 7:8-13)
Karena saya habis akal mengenai kalian! – Sama seperti di Gal 4:11, Paulus mengakhiri bagian ini dengan ungkapan penuh dengan frustrasi. Tindakan mereka memang tidak masuk akal.224
- Apakah saudara menghargai orang-orang yang pertama membawa Injil kepadamu?
- Apakah sudah ada yang giat untuk mengalihkan doktrin yang saudara pegang?
- Apakah saudara mendengarkan orang yang menjelekkan nama baik orang?
- Periksalah hatimu apakah saudara menjadi pengikut orang, atau pengikut Allah.
Galilah: Gal 4:21-31 - Contoh dari Hagar dan Sarai Galatia 4:21-31 Sub Tema: Contoh dari Hagar dan Sarai
Katakan kepada saya, hai orang-orang yang mau hidup di bawah Hukum Taurat: Tidakkah kalian men...
Galatia 4:21-31 Sub Tema: Contoh dari Hagar dan Sarai
Katakan kepada saya, hai orang-orang yang mau hidup di bawah Hukum Taurat: Tidakkah kalian mengerti Hukum Taurat? Karena ada tertulis bahwa Abraham mempunyai dua anak laki-laki, yang satu dari perempuan yang adalah budak dan yang satu dari perempuan yang merdeka. Tetapi anak dari budak perempuan, lahir menurut daging, sedangkan anak dari yang merdeka, lahir menurut janji. Hal-hal ini merupakan pembicaraan simbolis, karena kedua perempuan ini merupakan dua perjanjian:
Yang satu berasal dari Gunung Sinai, yang melahirkan anak-anak perbudakan, itulah Hagar. Nah, si Hagar merupakan Gunung Sinai di tanah Arab, dia boleh disamakan dengan Yerusalem di masa kini, karena dia, serta anak-anaknya, diperbudak. Tetapi Yerusalem yang ada di Atas adalah merdeka, dan dia adalah ibu kita Karena ada tertulis “Bersukacitalah hai si mandul, yang tidak melahirkan. Berserulah keras dan bersorak-soraklah hai yang tidak sakit bersalin, karena yang mandul mempunyai lebih banyak anak daripada yang bersuami.” Nah, kalian, saudara-saudara, adalah anak-anak dari janji, sama seperti Ishak, tetapi sama seperti anak yang lahir dari daging menganiaya yang lahir menurut Roh pada waktu itu, begitu juga sekarang. Tetapi apa yang dikatakan Tulisan Suci? “Usirlah budak perempuan dan anak laki-lakinya, Karena anak dari budak perempuan tidak akan menerima warisan bersama anak dari perempuan yang merdeka.” Oleh karena itu saudara-saudara, kita bukan anak-anak dari budak perempuan, melainkan anak-anak dari perempuan yang merdeka.
Bagian Firman Tuhan ini mengakibatkan banyak debat antara ahli-ahli Alkitab, karena kelihatannya Paulus menggunakan cara penafsiran yang biasanya dianggap tidak sah dalam bidang hermenetik (Ilmu Penafsiran), yaitu penafsiran Alegoris, di mana detil-detil dari suatu cerita atau perumpamaan diberi arti simbolis yang berbeda daripada maksud alaminya.
Cara penafsiran alegoris/simbolis tidak mulai dalam kekristenan ataupun dalam ajaran Yahudi, melainkan dalam filsafat orang Yunani pada abad yang keenam sebelum Masehi. Pada waktu itu para filsuf Yunani dan secara khusus Theogenes, menganggap bahwa dongeng-dongeng mengenai dewa dan dewi Yunani sangat tidak layak sebagai dasar budaya mereka, karena moralnya bobrok. Masalahnya adalah rakyat sangat senang dengan dongeng-dongeng tersebut. Jadi Theogenes dan teman-temannya mulai menafsirkan cerita-cerita itu secara tidak literal, sehingga historisnya diabaikan dan peristiwa-peristiwa diberi arti simbolis sesuai ajaran filsafat yang ingin disampaikan.
Cara penafsiran ini mulai dipakai dengan Perjanjian Lama oleh Aristobulus pada tahun 160 sebelum Masehi, dan secara khusus oleh Philo yang mungkin 20 tahun lebih tua daripada Paulus. Philo menjadi terkenal karena dia berusaha untuk memadukan ajaran Perjanjian Lama dengan filsafat Yahudi dan dalam proses tersebut, sama seperti filsuf Yunani ratusan tahun sebelumnya, dia menganggap banyak dari Perjanjian Lama tidak layak, atau tidak masuk akal, sehingga dia mengubahkannya dengan penafsiran alegoris/simbolis.225
Jadi kita harus bertanya, apakah tujuan Paulus dengan menggunakan semacam alegori di sini, untuk menyangkal historisnya kisah mengenai Ishak dan Ismael, atau mengubahkan cerita supaya sesuai dengan pendapatnya? Tentu tidak. Sebenarnya dia hanya menggunakan ‘alegori’ ini sebagai ilustrasi.226 Cara ini sering digunakan oleh para Rabi pada masa Paulus dan menurut beberapa ahli Alkitab, ada kemungkinan cara ini dipakai oleh kalangan sunat, yang, tentu menganggap orang Galatia identik dengan Ismael (Orang non-Yahudi).
Memang tidak ada bukti bahwa hal ini pasti terjadi, tetapi mungkin penjelasan tersebut membantu kita mengerti mengapa sampai Paulus menggunakan cara alegoris di sini, sedangkan sangat jarang digunakannya di surat lain. Lihat juga 1 Kor 9:8-12, 10:4, 11.227
Ada cukup banyak pengkhotbah yang menganggap bahwa bagian Firman Tuhan ini memberi izin untuk orang siapa saja menggunakan cara ini terhadap bagian apa saja yang mereka mau. Hal ini tidak benar. Paulus menggunakan cara ini dalam konteks tertentu, dibimbing oleh Roh Kudus sehingga tidak mungkin dia salah dalam penafsirannya. (2 Pet 1:20-21) Kalau orang yang bukan rasul menggunakan dengan bebas cara seperti ini, sering kali mereka membuat tujuan dari penulis kabur, menciptakan arti baru, menetapkan falsafah bahwa ayat-ayat boleh mempunyai lebih dari satu arti dan juga mengutamakan kreativitas atas keakuratan. Itu sebabnya cara ini dianggap tidak sah dan ilustrasi yang Paulus pakai di sini bukan alasan untuk orang lain menggunakannya.
ay. 21 Katakan kepada saya – Perintah ini bersifat terus menerus,228 dan merupakan perubahan tiba-tiba, di mana Paulus mengakhiri ungkapan prihatin tadi dan mulai menantang mereka lagi.
Hai orang-orang yang mau hidup di bawah Hukum Taurat – Kata mau (thelo) adalah penting di sini, karena seperti beberapa kali kita perhatikan, mereka belum seratus persen di bawah Hukum Taurat, tetapi sudah masuk di proses itu. Kata ini bersifat terus menerus,229 menunjukkan sikap hati. Di bawah Hukum Taurat sudah beberapa kali muncul di Pasal 3 dan 4, (3:23, 4:4-5)230 menyangkut usaha mereka untuk mencari pembenaran melaluinya. Paulus kembali kepada pikiran itu dan menggunakan cara lain lagi untuk mendesak supaya mereka tidak terus menempatkan diri di bawahnya.
Tidakkah kalian mengerti Hukum Taurat? – Pertanyaan ini menjadi semacam pendahuluan untuk penjelasan Paulus di bawah. Kata akouo boleh berarti mendengarkan atau juga mengerti.231 Mungkin kata mengerti lebih sesuai penjelasan di ayat-ayat berikutnya.
ay. 22 Karena ada tertulis – Penggunaan kata gegraptai (Ada tertulis – grafo (menulis) dalam bentuk perfek, pasif) adalah menarik di sini, karena biasanya dipakai mengenai kutipan langsung dari Perjanjian Lama, tetapi di bagian ini menyangkut ringkasan dari cerita yang berlangsung dari Kejadian 16-21. Memang masih menyangkut Firman Tuhan, tetapi penggunaannya menarik.
Bahwa Abraham mempunyai dua anak laki-laki– Perhatikan bahwa Paulus tidak banyak menggunakan nama tokoh-tokoh ini. Hanya Hagar yang disebut dua kali dan Ishak satu kali. Tetapi jelas bahwa bagian ini menyangkut Sarah dan Hagar, Ishak dan Ismael.
Yang satu dari perempuan yang adalah budak – Kedua perempuan ini disebut dengan penggunaan artikel (menandai orang tertentu, seperti kata ini atau itu) dalam bahasa asli, jadi mereka ini dianggap terkenal. Kata paidiske dahulu berarti gadis, tetapi lama kelamaan mulai membawa arti budak perempuan yang muda.
Dan yang satu dari perempuan yang merdeka – Tentu Sarah yang dimaksudkan
ay. 24 Tetapi anak dari budak perempuan, lahir menurut daging – Ismael bukanlah anak yang dijanjikan, melainkan anak dari kebijakan manusia, di mana Sarah memberi budaknya kepada Abraham karena dia kurang percaya bahwa Allah bisa menepati janjiNya. (Kej 16:1-16)
Sedangkan anak dari yang merdeka, lahir menurut janji – Janji mengenai Ishak mulai di Kejadian 12:2 di mana Allah berjanji membuat Abram menjadi bangsa yang besar. Janji ini dikembangkan di 15:1-6, lalu ditegaskan di 17:5, 15-21, 18:9-15 dan akhirnya digenapi di pasal 21. Ishak ini bukan hanya anak dari janji, tetapi juga keajaiban dari Allah sendiri, karena lahir dari orang tua yang sudah jauh melewati masa mudanya.
ay. 24 Hal-hal ini merupakan pembicaraan simbolis – Kata hostis (hal-hal ini) bersifat netral jadi menyangkut peristiwa (proses di mana semuanya itu terjadi), bukan orang. Kata allegoreo (simbolis) adalah kata sumber dari alegori. Paulus menggunakan kebiasaan para Rabi pada abad pertama itu, untuk membuat ilustrasi. Dia tetap percaya historisnya kisah kelahiran Ishak. Lihat pembahasan di atas.
Karena kedua perempuan ini merupakan dua perjanjian – Dia mengilustrasikan kedua perjanjian (Lama dan Baru) dengan kisah nyata di Kejadian 16-21.
Yang satu berasal dari Gunung Sinai, yang melahirkan anak-anak perbudakan, itulah Hagar – Gunung Sinai adalah tempat di mana Hukum Taurat diberikan, dan seperti kita lihat di atas, Hukum Taurat memenjarakan dan memperbudak orang. Hagar, sebagai ibu menurut daging, kemungkinan disamakan dengan prinsip-prinsip dasar dunia di atas.
ay. 25 Nah, si Hagar merupakan Gunung Sinai di tanah Arab – Ada pengulangan di sini yang menambahkan beberapa detil. Di klausa ini adalah negara di mana Gunung Sinai terletak, yaitu tanah Arab.
Dia boleh disamakan dengan Yerusalem di masa kini – Lalu kita melihat penambahan lagi di klausa ini yang menyamakan Perjanjian Lama dengan Yerusalem pada masa itu, yang tentu merupakan pusat dari orang yang hidup di bawah Hukum Taurat. Kata Ierousalem yang dipakai di sini bersifat tunggal dan mirip dengan bahasa Ibraninya, sedangkan di Gal 1:17 dan 2:1 dia menggunakan Ierosolyma yang bersifat jamak dan ucapannya dibahasayunanikan. Apabila Paulus mau bicara secara umum mengenai Yerusalem, dia menggunakan versi bahasa Yunani dan kalau bicara secara rohani, dia menggunakan ucapan Ibrani. Lihat contoh di Rom 15:25, 26, 31.232
Karena dia serta anak-anaknya diperbudak – Tambahan di sini menunjukkan bahwa Hagar juga, bukan hanya anak-anaknya, diperbudak. Ingat bahwa pengajaran ini simbolis, jadi tidak menyangkut Hagar sendiri dan perbudakan dia tidak perlu terlalu ditekankan, karena dalam alegori dan juga perumpamaan, maksud utamalah yang harus dimengerti, dan detil-detilnya tidak boleh terlalu dititikberatkan.
ay. 26 Tetapi Yerusalem yang ada di Atas adalah merdeka – Kata Ierousalem lagi, seperti di ayat tadi. Di Atas adalah pelembut untuk Surgawi dalam budaya Yahudi, jadi TB akurat dalam terjemahannya. Lihat juga Yoh 8:23, Fili 3:14, Kol 3:1-2. Yerusalem yang ada di atas digambarkan di Ib 11:10, 14-16, 12:22-24 dan juga di Wah 3:12, 21:2, di mana kota tersebut bicara mengenai keadaan orang percaya di masa depan dan juga menekankan bahwa kewarganegaraan kita di sana sudah menjadi milik kita sekarang. Kata eleutheros (merdeka) menggambarkan kebalikan dari perbudakan tadi. Lihat juga Gal 5:5.
Dan dia adalah ibu kita – Kata eimi(adalah) bersifat terus menerus,233 menunjukkan keadaan yang sedang mereka nikmati. Ibu kita menyangkut Sarah/Yerusalem di Atas, yang menjadi kebalikan dari Hagar/Yerusalem di masa itu.
ay. 27 Karena ada tertulis – Gegraptai lagi, tetapi kali ini menyangkut kutipan langsung dari Yes 54:1 (LXX – PL dalam bahasa Yunani). Kutipan ini menarik karena diambil dari bagian Firman Tuhan (Yes 40-66) yang banyak mencampuri pikiran mengenai pembaharuan Yerusalem/Israel dengan nubuatan-nubuatan tentang kedatangan Sang Mesias. Menarik juga bahwa di dalam bagian tersebut Abraham dan Sarah terikat dengan pembaharuan Yerusalem/Sion. (51:1-3) Jelas bahwa Yerusalem yang dimaksudkan di Yesaya adalah yang diruntuhkan oleh pasukan Babel, dibanding dengan yang akan dibangun baru secara fisik. Tetapi, sesuai caranya di bagian ini, Paulus bicara mengenai Yerusalem pada abad pertama, yang sudah hancur secara moral dan membandingkannya dengan Yerusalem Baru yang ada di Surga.234 Sangat menarik.
“Bersukacitalah hai si mandul, yang tidak melahirkan – Bersukacitalah bersifat tegas235 dan melahirkanbersifat masa kini.236
Berserulah keras dan bersorak-soraklah hai yang tidak sakit bersalin – Kedua perintah ini bersifat tegas.237 Kata hresso berarti bersorak tiba-tiba, menggambarkan perasaan yang tidak bisa ditahan.
Karena yang mandul mempunyai lebih banyak anak daripada yang bersuami.” – Kata eremos berarti tandus,mandul,kosong,atauditinggalkan.238 Pertanyaan yang muncul adalah, yang mana yang dimaksudkan di sini. Apakah menyangkut Yerusalem yang runtuh dan kosong? Tidak cocok. Apakah menyangkut seorang ibu yang ditinggalkan suami? Tentu hal itu tidak terjadi pada Sarah dan konteks menyangkut keturunan yang tidak terduga. Mungkin lebih baik kita simpulkan bahwa tandus ini menyangkut kemandulan Sarah, yang sudah disebut di atas dengan menggunakan kata steira (steril). Kalau begitu Paulus boleh bersyukur karena makin banyak dia menyampaikan Injil, makin banyak dia terlibat dalam penggenapan dari janji Allah mengenai banyaknya anak-anak Abraham.
ay. 28 Nah,kalian, saudara-saudara, adalah anak-anak dari janji, sama seperti Ishak – Kata umeis (kalian) ada tekanan karena posisi di kalimat. Jadi Paulus menegaskan status mereka di bagian ini, yang merupakan kesimpulan dan penerapan dari alegorinya. Dia menggunakan panggilan adelfoi(saudara-saudara) lagi di sini, yang tentu berhubungan dengan ikatan mereka dengan dia di dalam Kristus. Nama Ishak baru disebut di ayat ini. Jadi sama seperti dia lahir karena janji yang Allah tepati, mereka pun, melalui iman, lahir baru sebagai anak-anak Allah menurut janjiNya kepada Abraham. Menarik dan menantang kalau membaca penjelasan Paulus ini – Orang non-Yahudi dijadikan orang Yahudi sejati, karena mempunyai iman yang sama dengan imannya Abraham. Coba perhatikan kesamaan dalam penerapan-penerapannya di sini dan juga di 3:25-29, 4:4-7.
ay. 29 Tetapi sama seperti anak yang lahir dari daging menganiaya yang lahir menurut Roh pada waktu itu, begitu juga sekarang – Kata alla (tetapi) biasanya menunjukkan pikiran yang berlawanan, jadi di sini Paulus tegaskan bahwa walaupun mereka adalah anak-anak Allah, jangan mereka berharap bahwa kehidupan akan mulus-mulus.239 Sama seperti anak menurut janji dianiaya oleh anak menurut daging, orang percaya tidak usah heran kalau status mereka mengakibatkan penganiayaan. Penganiayaan dari Ismael dicatat di Kej 21:9. TB dengan akurat menerjemahkannya main dengan Ishak, tetapi dalam LXX terjemahan membawa arti mengejek,240 bahkan ada tradisi Yahudi yang menganggap bahwa Ismael memanahIshak.241 Begitu juga sekarang menyatakan bahwa sifat dan dorongan dari penganiayaan sekarang, sama saja dengan apa yang dialami Ishak. Menarik memperhatikan bahwa banyak dari penganiayaan masa awal dalam sejarah gereja, dilakukan oleh bangsa Yahudi. Lihat 13-16.
ay. 30 Tetapi apa yang dikatakan Tulisan Suci? – Tetapi adalah kata alla lagi menunjukkan pikiran yang berlawanan.
“Usirlah budak perempuan dan anak laki-lakinya, karena anak dari budak perempuan tidak akan menerima warisan bersama anak dari perempuan yang merdeka.” – Kutipan ini adalah reaksi Sarah di Kej 21:10 melihat Ishak diejek. Yang menarik di sini adalah soal warisan, yang sudah beberapa kali muncul dalam pengajaran Paulus di sini, dan yang paling menonjol. Tidak kelihatan soal penganiayaan lagi, melainkan apakah anak dari daging akan menerima warisan bersama anak dari janji. Maksudnya ini adalah orang yang terwakili oleh Ismael tidak akan menerima warisan keselamatan bersama anak-anak dari janji, yang sudah menjadi ahli-ahli waris di dalam Kristus.242 Paulus cukup tegas melawan kalangan sunat, karena perintah ekballo (usirlah – Lemparkan ke luar) berbentuk tegas243 dan kalau kita memperhatikan bahwa bagian ini ditempatkan langsung di bawah bagian yang bicara mengenai orang-orang yang membujuk mereka mencari keselamatan melalui Hukum Taurat, jelas maksudnya Paulus – Usirlah mereka! Walaupun Paulus menunjukkan anugerah kepada orang yang masih belajar atau bergumul, dia tidak begitu dengan orang yang menyampaikan ajaran sesat atau memberi teladan buruk pada jemaat. Lihat 1 Tim 1:3-11, 20, 5:20-21, 6:3-5. Lihat juga Mat 18:15-20.
ay. 31 Oleh karena itu saudara-saudara – Klause ini menyangkut seluruh alegorinya, bukan hanya ay. 30 saja. Sama seperti penerapan-penerapan yang diperhatikan tadi di ay. 28, yang ini menyimpulkan bahwa mereka benar-benar selamat melalui iman.
Kita bukan anak-anak dari budak perempuan – Perhatikan bahwa Paulus, dengan menggunakan kata ganti kita, berdiri di samping mereka sebagai sesama anak dari perempuan yang merdeka.
Melainkan anak-anak dari perempuan yang merdeka – Kata alla (melainkan) lagi di sini, digunakan 3 kali dalam 3 ayat, menunjukkan pembicaraan bersemangat.
- Apakah ada rasa syukur bahwa saudara adalah anak dari janji?
- Apakah Anda giat dan sukacita dalam menambahkan pada anak-anak Abraham melalui penginjilan?
- Apakah ada yang mengejek?
- Apakah ada yang memutarbalikkan Injil?
- Apa yang harus dilakukan dengan pengajar yang menyesatkan?
Topik Teologia: Gal 4:1 - -- Gereja
Kiasan dan Nama untuk Umat Allah, Gereja
Kiasan dan Nama dalam Perjanjian Baru
Anak-anak Allah
Rom 8:14-15 Gal 3:26-29 Gal ...
- Gereja
- Kiasan dan Nama untuk Umat Allah, Gereja
- Kiasan dan Nama dalam Perjanjian Baru
- Anak-anak Allah
Topik Teologia: Gal 4:4 - -- Allah yang Berpribadi
Allah Aktif dalam Kehidupan Yesus
Mat 1:23 Mat 3:17 Yoh 3:16-17 Yoh 4:34 Yoh 5:19-23,30 Yoh 6:27 Yoh 8:42...
- Allah yang Berpribadi
- Allah Aktif dalam Kehidupan Yesus
- Mat 1:23 Mat 3:17 Yoh 3:16-17 Yoh 4:34 Yoh 5:19-23,30 Yoh 6:27 Yoh 8:42 Yoh 10:17-18 Yoh 13:3 Yoh 16:27 Yoh 17:11 Kis 2:22-24,36 Kis 10:36-40,42 Kis 17:31 Rom 3:25-26 1Ko 15:15 2Ko 5:19,21 Gal 4:4 Efe 1:4-5,9-10 Efe 3:11 Fili 2:9-11 Ibr 1:8-9
- Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
- Mat 3:16-17 Mat 12:18 Mat 12:28 Mat 22:43-44 Mat 28:19 Luk 1:35 Luk 3:21-22 Luk 24:49 Yoh 1:33-34 Yoh 3:34-35 Yoh 14:11-26 Yoh 15:26 Yoh 16:7-15 Yoh 20:21-22 Kis 2:32-33,38-39 Kis 10:36-38 Rom 8:9-11,26-27 Rom 15:16 1Ko 6:15,19 1Ko 12:4-6 2Ko 1:20-22 2Ko 13:13 Gal 4:4,6 Efe 2:13,18,22 Efe 3:14-19 Efe 4:4-6 2Te 2:13-14 Tit 3:4-6 Ibr 9:14 1Pe 1:2 1Pe 3:18 1Yo 4:2,13-14 Yud 1:20-21
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Allah dan Kristus Menebus Kita
- Dia Lahir sebagai Bayi
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kehendak Allah
- Intensi Kehendak Allah
- Kehendak-Nya Disadari di Dalam dan Melalui Kristus
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
- Keselamatan
- Gereja
- Kiasan dan Nama untuk Umat Allah, Gereja
- Kiasan dan Nama dalam Perjanjian Baru
- Anak-anak Allah
Topik Teologia: Gal 4:5 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Klaim Perjanjian Baru atas Keilahian Yesus
Yesus Disejajarkan dengan Allah
Allah dan Kri...
- Yesus Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kehendak Allah
- Intensi Kehendak Allah
- Kehendak-Nya Disadari di Dalam dan Melalui Kristus
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
- Wahyu Melalui Pengalaman Orang Kristen
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Positif, Sikap Allah: Menebus
- Kel 15:2 Maz 19:15 Maz 27:1 Maz 31:6 Maz 34:23 Maz 62:2 Maz 98:2-3 Maz 111:9 Maz 130:7 Yes 12:2 Yes 41:14 Yes 63:16 Yer 30:17 Yeh 37:23 Luk 2:38 Yoh 3:16-17 Yoh 6:39 Kis 20:28 Rom 1:16 Rom 3:22-26 Rom 6:23 1Ko 1:30 1Ko 7:23 2Ko 5:18 Gal 1:3-4 Gal 2:20 Gal 4:4-5 Efe 1:3-7 Efe 4:30 Efe 5:1-2 Kol 1:19-22 1Te 5:9 2Te 2:13,16 1Ti 2:3-6 2Ti 1:8-9 Tit 1:2-3 Tit 2:11,13-14 Ibr 9:11-15 1Pe 1:18-21 1Yo 4:9-10 1Yo 5:11 Wah 5:9-10 Wah 7:10 Wah 9:1
- Keselamatan
- Gereja
- Kiasan dan Nama untuk Umat Allah, Gereja
- Kiasan dan Nama dalam Perjanjian Baru
- Anak-anak Allah
Topik Teologia: Gal 4:6 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
Mat 3:16-17 Mat 12:18 Mat 12:28 Mat 22:43-4...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Tritunggal dalam Pengajaran Perjanjian Baru
- Mat 3:16-17 Mat 12:18 Mat 12:28 Mat 22:43-44 Mat 28:19 Luk 1:35 Luk 3:21-22 Luk 24:49 Yoh 1:33-34 Yoh 3:34-35 Yoh 14:11-26 Yoh 15:26 Yoh 16:7-15 Yoh 20:21-22 Kis 2:32-33,38-39 Kis 10:36-38 Rom 8:9-11,26-27 Rom 15:16 1Ko 6:15,19 1Ko 12:4-6 2Ko 1:20-22 2Ko 13:13 Gal 4:4,6 Efe 2:13,18,22 Efe 3:14-19 Efe 4:4-6 2Te 2:13-14 Tit 3:4-6 Ibr 9:14 1Pe 1:2 1Pe 3:18 1Yo 4:2,13-14 Yud 1:20-21
- Roh Kudus
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
- Wahyu Melalui Pengalaman Orang Kristen
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Bagian dari Tubuh Manusia sebagai Aspek Moral Kemanusiaan
- Organ-organ Internal Manusia
- Hati Manusia (Pikiran yang Terdalam, Mind, Pendapat, Pengertian)
- Keselamatan
- Adopsi ke Dalam Keluarga Allah
- Adopsi
- Jaminan Keamanan Kekal
- Maz 37:23-24 Maz 138:8 Yer 32:40 Yoh 5:24 Yoh 6:37,39-40 Yoh 6:68-69 Yoh 10:27-30 Yoh 16:27,29-33 Yoh 17:8,11 Kis 1:3 Rom 4:9,20-22 Rom 5:1-5 Rom 8:15-17,28-30,33-35,37-39 Rom 11:29 1Ko 1:8 2Ko 1:21-22 Gal 4:6 Efe 1:4-5 Efe 4:30 Fili 1:6 Fili 2:12-13 Kol 2:2 1Te 5:23-24 2Ti 1:12 2Ti 4:18 Ibr 6:11 Ibr 7:24-25 Ibr 10:14 Ibr 10:22-23 Ibr 11:1 1Pe 1:3-5 1Pe 5:10 1Yo 2:1-2 1Yo 3:9,14,18-20 1Yo 4:13 1Yo 5:10-11,13,18 Yud 1:1 Yud 1:24
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Berdoa kepada Allah
- Cara Berdoa
- Berdoalah melalui Perantaraan Roh Kudus
- Gereja
- Kiasan dan Nama untuk Umat Allah, Gereja
- Kiasan dan Nama dalam Perjanjian Baru
- Anak-anak Allah
Topik Teologia: Gal 4:7 - -- Keselamatan
Adopsi ke Dalam Keluarga Allah
Yoh 1:12 Gal 4:4-7
Adopsi
Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dik...
- Pengudusan
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gereja
- Kiasan dan Nama untuk Umat Allah, Gereja
- Kiasan dan Nama dalam Perjanjian Baru
- Anak-anak Allah
Topik Teologia: Gal 4:8 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Allah Dapat Dikenal
Allah Dikenal Melalui Berbagai Cara
Allah Dikenal Melalui Prakar...
- Allah yang Berpribadi
- Yesus Kristus
- Dosa
- Para Pendosa Mengabaikan Allah
- Penyembahan Berhala adalah Kesia-siaan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengetahui Allah dan Mengingat-Nya
- Mengenal Allah
- Nilai Pengenalan akan Allah
- Pengenalan akan Allah Menjadikan Hubungan yang Erat Dengan-Nya
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Teologis dalam Gereja
- Kesalahan-kesalahan Doktrinal
- Legalisme (Agama)
Topik Teologia: Gal 4:9 - -- Allah yang Berpribadi
Allah Dikenal Melalui Prakarsa-Nya
Kej 3:8-9 Kel 33:17 Yer 1:5 Mat 11:27 Rom 1:19 Gal 4:8-9 Efe 1:17 ...
- Allah yang Berpribadi
- Yesus Kristus
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kemerosotan Iman Menghalangi Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengetahui Allah dan Mengingat-Nya
- Mengenal Allah
- Nilai Pengenalan akan Allah
- Pengenalan akan Allah Menjadikan Hubungan yang Erat Dengan-Nya
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Teologis dalam Gereja
- Kesalahan-kesalahan Doktrinal
- Legalisme (Agama)
Topik Teologia: Gal 4:10 - -- Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
Hambatan Pengudusan
Kemerosotan Iman Menghalangi Pengudusan
Ayu 34:26-27 ...
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Kemerosotan Iman Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Teologis dalam Gereja
- Kesalahan-kesalahan Doktrinal
- Legalisme (Agama)
Topik Teologia: Gal 4:13 - -- Gereja
Sakit Penyakit
Gal 4:13-14 Fili 2:26-27
Orang Kristen Berusaha Meniru Orang Percaya yang Setia
1Ko 4:14-17 1Ko 1...
- Gereja
- Sakit Penyakit
- Orang Kristen Berusaha Meniru Orang Percaya yang Setia
Topik Teologia: Gal 4:14 - -- Makhluk-makhluk Supranatural
Para Malaikat Baik
Dosa
Dosa-dosa Terhadap Sesama
Dosa-dosa Kebencian
Penghinaan
...
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Kebencian
- Gereja
- Sakit Penyakit
- Orang Kristen Berusaha Meniru Orang Percaya yang Setia
Topik Teologia: Gal 4:19 - -- Pengudusan
Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
Pengudusan dan Anak
Kita Diperbarui di dalam Kristus
Kita Diubah di ...
TFTWMS: Gal 4:1-7 - Dari Perbudakan Menuju Kedudukan Anak DARI PERBUDAKAN MENUJU KEDUDUKAN ANAK (Galatia 4:1-7)
1 Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda ...
DARI PERBUDAKAN MENUJU KEDUDUKAN ANAK (Galatia 4:1-7)
1 Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; 2 tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. 3 Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. 4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. 5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. 6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" 7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.
Ayat 1, 2. Dalam pasal 3, Paulus menggunakan gambaran seorang anak yang didampingi oleh penuntun atau pengawasnya dalam perjalanannya ke dan dari sekolah. Usai sekolah, ia membantu anak itu—dan bahkan memaksa anak itu, jika perlu—untuk mempersiapkan dan mengulang pelajarannya. Paulus secara tegas menyimpulkan bagian dari suratnya itu dengan deklarasinya bahwa umat Kristen di Galatia, yang kebanyakan adalah orang bukan Yahudi, adalah "anak-anak Allah melalui iman kepada Yesus Kristus." Mereka telah "dibaptiskan ke dalam Kristus" dan merupakan "keturunan, ahli waris Abraham sesuai dengan janji" (3:26-29; NASB).
Paulus punya banyak hal untuk dikatakan tentang keadaan Israel yang masih anak-anak (atau belum akil baliq) ketika berada di bawah hukum Taurat: Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig [nh÷pioß, nēpios], sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba [douvloß, doulos], sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. Paulus tidak perlu mengembangkan pernyataan ini untuk gereja Galatia. Kota-kota mereka telah lama menjadi kota Yunani, dan mereka secara budaya dikondisikan dengan kebiasaan kerajaan Yunani-Romawi.
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang baik memiliki "pengawas" yang menjaga dan membantu dia untuk menguasai bahasa Yunani Koine (umum) zaman itu. Ini adalah salah satu tujuan utama pendidikan dari sebuah keluarga yang mampu membayar seorang penuntun atau penjaga seperti itu. Bocah laki-laki itu diwajibkan untuk menaati penjaganya sampai ia mencapai usia dewasa. Ini adalah saat ayahnya memutuskan bahwa pemuda itu sudah cukup dewasa untuk dianggap bertanggung jawab. Di kalangan orang-orang Yahudi, usia ini akan terjadi pada saat "bar mitzvah" anak itu. Di kalangan orang-orang Romawi, hal itu terjadi pada saat anak itu hampir menginjak usia dua puluh tahun; lalu ia akan diizinkan mengenakan toga dan akan diberi hak-hak istimewa tertentu yang menyertai status barunya sebagai seorang anak muda.
Apakah yang Paulus pikirkan di sini tentang kebiasaan orang Yahudi atau orang Romawi adalah tidak penting. Tujuannya adalah untuk menegaskan bahwa, sampai "waktu yang ditetapkan" (proqesmi/a, prothesmia) oleh seorang bapak, seorang ahli waris ("pemilik [ku/rioß, kurios1] segala sesuatu" di masa depan) tidak banyak berbeda dengan seorang hamba. Bocah laki-laki itu bahkan mungkin ditempatkan di bawah budak-budak tertentu yang diberi wewenang untuk meminta ketaatan dari orang-orang muda yang menjadi tanggung jawab mereka.
Analogi tentang seorang anak dan penuntun atau pengawasnya berfungsi sebagai ilustrasi status Israel di bawah hukum Taurat. Belakangan di dalam pasal ini, Paulus bicara tentang perjanjian Sinai itu sendiri (secara simbolis diwakili oleh Hagar, pelayan perempuan Sara). Dengan menggambarkan Hagar sebagai "hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya" (4:25), ia menunjukkan bahwa bangsa Israel, anak-anak perjanjian tersebut, diperhamba oleh hukum Taurat.
Surat Galatia sering disebut sebagai "piagam kebebasan Kristen" dari Paulus. Ayat-ayat ini yang mengacu kepada perhambaan membantu kita untuk memahami situasi kehidupan di dalam gereja-gereja Galatia ini dan tujuan surat itu secara keseluruhan. Kita harus jangan pernah melupakan kenyataan bahwa guru-guru Yudaisme itu sedang berusaha, dengan sangat berhasil, untuk menumbangkan gereja-gereja ini dan mengikatkan kepada mereka sunat yang diberlakukan oleh hukum Taurat di Gunung Sinai. Di dalam surat ini tidak ditemukan petunjuk, seperti yang pernah diusulkan beberapa komentator, bahwa Paulus di sini sedang memerangi upaya legalistik untuk memperoleh kebenaran dengan usaha sendiri.
Sebelum menyampaikan penerapan Paulus tentang contohnya mengenai anak muda yang belum dewasa, istilah "pengawas" (dari ejpi÷tropoß, epitropos) dan "manajer" (dari oijkono÷moß, oikonomos) harus dipertimbangkan. Kata epitropos diterapkan kepada jajaran kedudukan yang luas dalam literatur Yunani, merentang penuh hingga "gubernur" dan "prokurator."2Meski kata ini muncul hanya tiga kali di dalam Perjanjian Baru, namun kata itu terkait dengan kata ejpitroph/ (epitropē), yang berarti "izin," "komisi," atau bahkan "kekuatan penuh."3Pelbagai definisi ini memberikan wawasan ke dalam otoritas yang dimiliki oleh penuntun atau pengawas itu atas bocah laki-laki yang diserahkan kepada tanggung jawabnya.
Kata oikonomos, yang jauh lebih umum daripada epitropos di dalam Perjanjian Baru, digunakan untuk pengurus rumah tangga yang diberi kuasa oleh pemilik rumah atas tanahnya saat ia sedang bepergian (Luk. 12:42; lihat 16:1, 3 , 8). Secara harfiah, ia adalah "hukum bagi rumah (atau rumah tangga) itu." Istilah ini dulu digunakan oleh Erastus, bendahara kota Korintus (Rom. 16:23), yang prasastinya masih dapat dilihat terukir pada batu-batu jalanan dekat teater besar di kota itu. Istilah itu juga digunakan dalam Perjanjian Baru dalam mengacukan para rasul (1 Kor. 4:1, 2), para penatua (Tit. 1:7), dan orang-orang yang melakukan pelayanan Kristen dalam "mengatur kasih karunia Allah dalam beragam bentuknya" (1 Pet. 4:10; NIV1984).
Ayat 3. Dengan masih mengacu kepada Israel dalam keadaannya yang masih belum akil baliq, Paulus menulis, Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. Dalam 4:9, ia mengatakan bahwa orang-orang bukan Yahudi dari komunitas Galatia sedang berpaling kembali "kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan [mereka] mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya." Ini harus berarti bahwa istilah "miskin" (stoiceiva, stoicheia), sungguhpun mencakup hukum Taurat, namun meliputi banyak hal lagi.
Kata stoicheia, yang selalu digunakan dalam bentuk jamak dalam Perjanjian Baru, dapat mengacu kepada komponen-komponen dasar sistem apa saja. Dalam literatur Yunani, istilah itu digunakan dalam beragam konteks. (1) Stoicheia mengacu kepada huruf-huruf individu yang membentuk abjad, dan (2) kata itu dapat digunakan untuk bagian-bagian dari pidato (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan sebagainya) yang merupakan tata bahasa. (3) Itu juga menandakan bumi, udara, api, dan air. Sejauh menyangkut gagasan orang Yunani tentang zat, ini adalah empat unsur dasar yang membentuk dunia fisik (lihat 2 Pet. 3:10, 12). (4) Stoicheia menunjukkan bintang-bintang individu yang membentuk rasi bintang yang menghiasi langit yang dapat dilihat (lihat 1 Kor. 15:40, 41). (5) Dalam bahasa filosofis dan metafisik orang Yunani, kata itu akhirnya digunakan tidak hanya untuk benda-benda langit, tetapi juga untuk roh-roh miskin yang terkait dengan benda-benda langit ini4dan dengan unsur zat fisik itu sendiri.5
Stoicheia telah diterjemahkan dalam beberapa cara dalam pasal ini. Di sini itu berarti "dasar-dasar" (ASV), "prinsip-prinsip utama" (NIV1984), atau "prinsip-prinsip dasar" (ESV).6Paulus sedang berargumen bahwa Allah menerima dan bahkan menetapkan untuk anak itu (yaitu kaum Yahudi di bawah hukum Taurat) beberapa hal yang tidak tepat bagi orang dewasa (yaitu orang Kristen yang telah dianugerahi dengan Roh yang menjadikan mereka anak Allah).
Meski konteksnya berbeda, pemikiran serupa diungkapkan dalam 1 Korintus 13:11:
"Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."
Paulus sedang mencoba untuk berkomunikasi dengan para murid yang belum dewasa ini di Galatia bahwa hukum Taurat—dengan hiasan lahiriahnya—bersifat lahiriah (lihat Ibr. 9; 10). Peraturan-peraturan dan korban-korbannya yang banyak itu sifatnya "elementer." Hukum Taurat merupakan ilustrasi yang tampak, jelas terlihat yang menunjuk ke depan kepada kerajaan rohani dan pelayanan imamat yang akan datang dalam pribadi dan pelayanan Yesus sang Mesias.
Yesus mempresentasikan pelajaran yang sama kepada perempuan Samaria di sumur itu saat Ia menanya dia mengenai tempat yang tepat untuk menyembah Allah. Apakah di Gunung Gerizim atau di Yerusalem? Pentingnya jawaban Yesus tidak boleh dilewatkan: "… bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.… Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran" (Yoh. 4:21-23; huruf miring ditambahkan). Dengan kata lain, terlepas dari konsep-konsep fisik seperti waktu dan tempat, penyembah sejati akan bangkit di atas bidang hal-hal elementer menuju bidang Roh dan mempersembahkan korban-korban yang nyata, spiritual yang berkenan kepada Allah.
Apakah yang Paulus maksudkan dengan keseluruhan ungkapan "takluk juga kepada roh-roh dunia"? Ia mungkin sedang mengacu kepada batasan-batasan yang melekat pada masa kanak-kanak. Mungkin ia sedang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi itu, ketika masih tanpa Roh yang menetap, dikurung pada alam eksternal. Bulu sayap mereka belum tumbuh, dan mereka dibatasi pada alam fisik yang lebih rendah. Mereka belum mampu membumbung tinggi sampai ke bidang kehidupan yang lebih tinggi yang hanya dapat diakses oleh kuasa Roh.
Ayat 4. Setelah membahas kondisi Israel dalam keadaannya yang elementer atau belum akil baliq di bawah hukum Taurat, Paulus selanjutnya berpaling kepada apa yang merupakan puncak dari semua sejarah manusia: Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Kedatangan Mesias adalah peristiwa puncak dari semua peristiwa yang ada di dalam pikiran Allah, bahkan sebelum awal penciptaan. Maksud abadi Allah untuk "meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya" (Kol. 1:25, 26 ). Ini membawa kita kepada "persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi" (Efe. 1:10).
Konsep "genap waktunya" mendasari sejumlah ungkapan yang berbeda di dalam Perjanjian Baru. Ketika Yesus sedang memulai pelayanan-Nya di dunia, Ia memberitakan, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat" (Mrk. 1:15a). Ketika Ia mendekati waktu kematian-Nya untuk penebusan dosa, Ia berkata, "Waktu-Ku hampir tiba" (Mat 26:18). Paulus menulis bahwa Kristus "telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan" (1 Tim. 2:6). Ia juga mengatakan bahwa "Allah yang tidak dapat berdusta, berjanji sebelum permulaan zaman; namun pada waktu yang dikehendaki-Nya menyatakan firman-Nya dalam pesan itu" (Tit. 1:2, 3; ASV). Yudas mengutip para rasul, yang telah mengatakan, "Menjelang akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek …" (Yudas 18). (semua huruf miring ditambahkan.)
Meski kata yang diungkapkan dengan "waktu" di dalam nas-nas ini kadang-kadang kairo/ß (kairos) dan kadang-kadang cro/noß (chronos), namun gagasannya sama: Allah kita adalah Allah sejarah. Ia adalah Allah yang mengerjakan segala sesuatu bersama-sama dalam makrokosmos perjalanan semua peristiwa manusia sesuai dengan maksud abadi-Nya sendiri. Kata chronos, yang digunakan dalam ayat 4, biasanya mengekspresikan gagasan waktu secara kronologis, sedangkan kairos menggambarkan waktu secara tepat, pantas, atau sesuai (waktu yang tepat). Kairos adalah kata yang digunakan untuk waktu ketika gandum atau buah sudah matang, seperti dalam kisah pohon ara yang tidak berbuah ("sebab memang bukan musim buah ara"; Mrk. 11:13). Ini adalah hukum alam bahwa buah tidak dapat matang sampai buah itu telah mengalami proses tertentu yang melibatkan efek waktu, air, dan sinar matahari.
Pada waktu yang tepat, Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, menyebabkan Dia lahir dari seorang perempuan. Ungkapan ini tidak boleh dianggap enteng, karena ungkapan itu memberi kita misteri besar sekaligus kebenaran penting yang harus diterima oleh iman. Yesus adalah Anak Manusia, julukan diri-Nya yang Ia sukai, dan Anak Allah. Kedua istilah itu menegaskan prinsip bahwa makhluk menghasilkan "menurut jenisnya" (Kej. 1:24, 25; NASB). Sebagai anak dari seorang ibu manusia sejati, Yesus adalah manusia. Paulus menulis, "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus" (1 Tim. 2:5). Sebagai Anak Allah, Ia pada saat yang sama adalah Ilah (Yoh. 20:28; Ibr. 1:8).
Sebagai Mesias dan Anak Allah, Yesus datang "dalam daging" (1Yoh. 4:2) dan karena itu Ia adalah manusia sejati. Ia telah digambarkan sebagai "sungguh Allah, dan sungguh manusia."7Penolakan terhadap Yesus sebagai Anak Allah yang berinkarnasi membuktikan adanya penentangan yang besar terhadap Dia (1Yoh. 4:1-3; 2 Yoh. 7). Kita mungkin tidak akan pernah dapat menjelaskan misteri kelahiran Juruselamat dari seorang anak dara. Meski demikian, jika kita mengaku percaya kepada kesaksian para rasul dan para nabi sebagaimana disaksikan di dalam Kitab Suci, kita harus menerima itu dengan iman. Alkitab menyatakan banyak gagasan yang tidak sepenuhnya kita pahami. Namun begitu, jika kita mau terus merenungkannya, kita mungkin akhirnya dapat memahaminya dengan lebih baik lagi. Yesus "lahir dari seorang perempuan," tetapi Ia dikandung melalui Roh Kudus dari Allah, bahkan oleh "kuasa Yang Mahatinggi." Hal ini terjadi persis seperti yang malaikat sudah beritahukan kepada Maria, sehingga "anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Luk. 1:35).
Dalam penggenapan nubuat Perjanjian Lama (Mik. 5:2), Yesus lahir di Betlehem, kota Daud (Mat. 2:1-6; Luk. 2:1-7). Nama "Betlehem" berarti "rumah roti." Hal ini menarik dalam terang pengajaran Yesus belakangan: "Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia" (Yoh. 6:51). Betlehem tidak luput dari perhatian para imam dan para ahli kitab Yahudi; mereka sadar bahwa beberapa kejadian yang aneh dan mengganggu telah terjadi di sekitar kelahiran Anak tertentu (Mat. 2:1-6). Namun begitu, pada waktu Yesus memasuki pelayanan-Nya, tampaknya pelbagai peristiwa ini telah pudar dari ingatan mereka, dan orang-orang Yahudi itu mengabaikan "tanda-tanda zaman" (lihat Mat. 16:3). Fakta bahwa Yesus dibesarkan di Nazaret di Galilea memisahkan Dia lebih lanjut dari pelbagai peristiwa di Betlehem di Yudea (Yoh. 7:41, 42).
Ketika Yesus datang ke dunia ini, Ia adalah seorang Yahudi yang lahir di bawah hukum Taurat. Teks Yunani (geno÷menon uJpo no/mon, genomenon hupo nomon) tidak memiliki kata sandang pasti (Ing.: "the"; Ind.: itu), sehingga teks itu dapat diungkapkan "lahir di bawah hukum itu." Namun begitu, para penerjemah Alkitab NASB secara benar mengikuti konteks argumen Paulus, yang berpusat pada Kitab Suci Ibrani. Hal ini juga berlaku dalam 4:5. F. F. Bruce mengatakan ungkapan "lahir di bawah hukum Taurat" mengacu kepada fakta bahwa Yesus lahir ketika Perjanjian Lama masih menjadi hukum bagi orang-orang Yahudi, dan Ia adalah bagian dari keluarga yang hidup di bawah hukum Taurat itu. Bruce menulis, "Dengan dilahirkan dari seorang ibu Yahudi, Yesus adalah seorang Yahudi berdasarkan kelahiran dan, dengan demikian, uJpo no/mon [hupo nomon, 'di bawah hukum Taurat']. Ia masuk ke dalam penjara di mana umat-Nya ditahan dalam perbu-dakan untuk membebaskan mereka."8
Sebagai seorang bayi, Yesus disunat pada hari kedelapan dan kemudian dibawa ke bait suci untuk dipersembahkan kepada Allah untuk menggenapi hukum Taurat (Luk. 2:21-24, 39). Ketika Ia berumur dua belas tahun dan orang tuanya pergi ke Yerusalem untuk beribadah, Ia tidak hanya menemani mereka tapi juga—tanpa pengetahuan orang tuanya—tetap tinggal di kota itu saat orang tua-Nya memulai perjalanan pulang mereka ke Nazaret (Luk. 2:42-44). Setelah mencari Yesus dan menemukan Dia, mereka terkejut atas penjelasan-Nya atas perilaku-Nya: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Luk. 2:49). Tampaknya Yesus, bahkan di usia dini-Nya ini, menyadari takdir-Nya sebagai Orang Yang Diurapi Allah. Bagaimanapun, "Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka" (Luk. 2:51a). Dengan cara ini Ia mematuhi perintah kelima, yang dinyatakan dalam Keluaran 20:12: "Hormatilah ayahmu dan ibumu." Yesus menyesuaikan perilaku dan ajaran-Nya dengan perintah hukum Taurat yang sangat jelas itu.
Tidak hanya Yesus "lahir di bawah hukum Taurat," tetapi Ia juga mati di bawah hukum Taurat dan menurut hukum Taurat, untuk memenuhi banyak nubuat seperti yang baru saja disebut.9Dengan menggenapi hukum Taurat, Ia menanggung kutukan hukum Taurat. Ini adalah penegasan Paulus dalam 3:13, 14:
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Bagi orang Yahudi yang ingin mendapatkan hidup yang kekal, hukum Taurat meminta dia untuk memenuhi semua persyaratan Allah (lihat komentar tentang 3:10). Namun begitu, tidak ada orang yang sanggup melakukannya kecuali Yesus sendiri.
Paulus menulis dalam suratnya kepada gereja Roma, Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat [dikai/wma, dikaiōma] digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh (Rom. 8:3, 4).
Apa yang tidak dapat kita lakukan untuk menjadi orang benar di hadapan Allah, Allah sendiri telah melakukannya dengan mengutus Anak-Nya untuk mati sebagai penebusan di kayu salib. Selanjutnya, Ia mencurahkan ke atas kita Roh Kudus untuk memampukan kita dalam usaha kita untuk menyukakan Dia.
Yesus memenuhi persyaratan hukum Taurat dan menggantinya dengan sebuah "perjanjian yang lebih baik" (Ibrani 7:22). Perjanjian ini tidak hanya mengulurkan keselamatan dengan kasih karunia kepada orang percaya tetapi juga mengubah kehendak orang itu dan memotivasi dia melalui Roh yang menetap dalam dirinya. Kita seharusnya memberi Allah pujian, ucapan syukur, pemujaan, dan kemuliaan kita karena orang Kristen tidak berada di bawah hukum Musa! Sebaliknya, kita tunduk kepada "[hukum] Roh, yang memberi hidup [yang]telah memerdekakan [kita] dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut"(Rom. 8:2). Belakangan, dalam surat kepada gereja Galatia, Paulus mengacukan hukum ini sebagai "hukum Kristus," yang didasarkan pada kasih untuk orang lain (Gal. 6:2).
Ayat 5. Yesus datang ke dunia untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat. "Untuk" (i¢na, hina) berfungsi sebagai kata sambung yang menunjukkan "maksud, tujuan, atau sasaran."10Kata kerja "menebus" (ejxagora/zw, exagorazō) diulang dari pasal sebelumnya; kata itu diambil dari pasar dan kadang-kadang menunjukkan tindakan membeli kebebasan budak (lihat komentar tentang 3:13). Dalam 3:13 dan 4:5, Paulus menyatakan bahwa Yesus telah membebaskan manusia "dari kutuk hukum Taurat" dan dari "hukum Taurat" itu sendiri. Yang terutama Paulus maksudkan pastinya adalah orang-orang Kristen Yahudi; mereka pernah berada di bawah hukum Taurat dan kutuknya tapi sekarang tidak, oleh karena Kristus.11Penebusan orang-orang Kristen bukan Yahudi "dari cara hidup [mereka] yang sia-sia" disinggung di tempat lain dalam Perjanjian Baru (1 Pet. 1:17-19).
Klausa bertujuan yang kedua dalam ayat 5 yang mendefinisikan alasan Yesus datang adalah supaya [hina] kita diterima menjadi anak. Setelah membebaskan mereka yang diperbudak di bawah hukum Taurat, Allah bermaksud untuk mengadopsi mereka dan menerima mereka sebagai anak. Ini merupakan pernyataan yang lebih jelas dari apa yang Paulus telah nyatakan dalam 3:23-25 dan 4:1, 2: "Iman telah datang," dan ahli waris itu tidak lagi menjadi anak kecil. "Genap waktunya" telah tiba, dan penebusan telah dilakukan oleh kematian dan kebangkitan Tuhan (4:4, 5; lihat Rom. 4:25). Pengangkatan anak ini telah tersedia bagi semua orang—baik Yahudi maupun bukan Yahudi—melalui iman kepada Yesus Kristus. Paulus menulis dalam 3:26, 27, "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus" (lihat Yoh. 1:11-13).
Ayat 6. Paulus melanjutkan, Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita. Pengadopsian sebagai anak ini lebih daripada sekadar transaksi legal. Dalam memberikan "Roh Anak-Nya"—Roh Kudus— Allah telah menganugerahi anak-anak-Nya dengan kehadiran-Nya yang dinamis. Roh membantu kita—dengan pelbagai cara di luar pengertian kita—untuk melakukan kehendak Bapa kita di dalam dunia ini. Ia membantu saat kita mendekat kepada Allah dengan cara yang sebelumnya mustahil bagi kita. Energi ilahi-Nya melalui kehendak ilahi-Nya memberi kita tuntunan dan kekuatan yang belum pernah kita kenal sebelumnya.
Ini bukan seolah-olah kuasa Roh Kudus tidak tersedia sebelum kematian Yesus untuk penebusan dosa. Berbagai kuasa yang menakjubkan telah diberikan kepada hamba-hamba Allah jauh sebelum zaman injil. Pelbagai contohnya mencakup perbuatan-perbuatan luar biasa yang diadakan melalui Musa dan Yosua, kekuatan fisik Simson, inspirasi puitis dari Daud, dan hikmat luar biasa dari Salomo. Meski Kitab Suci dipenuhi dengan kesaksian tentang kuasa-kuasa mujizatiah yang diperlihatkan dalam dan melalui manusia di dalam kedua perjanjian itu, di sini kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang unik yang tidak tersedia bagi mereka yang hidup sebelum hari Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2 dan pencurahan Roh Kudus.12 Kata-kata Yesus dalam Yohanes 7:37-39 berkontribusi dalam diskusi ini:
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru:
"Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Dari Yohanes 7:37-39, terlihat bahwa Roh yang Yesus acukan bukan kuasa Roh semata, tetapi Roh itu sendiri. Yesus tampaknya sedang bicara tentang sifat-sifat Roh yang berhubungan dengan kehidupan yang berlangsung dari dalam diri orang percaya. Pembaca harus melihat perbedaan penting antara sifat-sifat Roh dan pelbagai karya-Nya yang dilakukan melalui seseorang. Sifat spiritual-Nya—alam spiritual keberadaan-Nya yang terkait dengan manusia yang percaya—berada dalam spiritualitas orang percaya. Perbedaan ini mungkin paling baik dirasakan dalam gereja Korintus, yang "tidak kekurangan dalam suatu karunia [rohani]pun [ca/risma, charisma]," sementara mereka menantikan dengan minat besar "penyataan Tuhan kita Yesus Kristus" (1 Kor. 1: 7). Namun demikian, gereja ini bersifat "manusia duniawi" dan tidak rohani (1 Kor. 3:1-3). Pembacaan sepintas atas surat Korintus memberikan kesan bahwa di dalam gereja itu terdapat kemesuman dan kedagingan yang sangat besar. Lebih buruk lagi, beberapa anggotanya menyetujui dan bermegah atas perilaku semacam itu (1 Kor. 5:1-6).
Dalam 4:6, Paulus bicara tentang Roh yang menetap—bukan manifestasi eksternal pelbagai karunia rohani, namun Roh yang sedang dikirim "ke dalam hati kita." Roh yang menetap ini menggerakkan kita melalui Firman-Nya kepada kesadaran tentang hubungan dekat kita dengan Bapa sorgawi kita. Roh itu membantu kita untuk menyapa Allah sebagai "ya Abba! Ya Bapa!" Dengan cara intim yang sama Yesus melakukan hal itu ketika Ia bergumul untuk menerima kehendak Allah yang kudus, namun menyakitkan. Dalam Markus 14:36, Yesus berseru, "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki." Kata "Abba" berasal dari bahasa Aram, bahasa orang Yahudi yang tinggal di Israel pada abad pertama.
Dalam teks Yunani, berseru (kravzon, krazon) adalah sebuah partisip bergender netral, yang sejalan dengan "Roh" (pneuvma, pneuma) yang bergender netral. Rincian ini seharus-nya tidak diartikan untuk melenyapkan kepribadian Roh. Itu hanya fitur tata bahasa dari bahasa aslinya. Teks itu mengatakan bahwa, meski seruan itu keluar dari hati kita, namun yang sedang melakukan seruan itu adalah Roh. Tidak ada lain selain Roh Kudus, yang menetap di dalam hati kita, yang datang untuk membantu kita dalam ketidakmampuan kita untuk berdoa sebagaimana seharusnya (lihat Rom. 8:26, 27).
Paulus mengajarkan tentang Roh yang menetap dalam nas-nas lain, terutama dalam Roma 8. Ia menyatakan bahwa "Jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus" (Rom. 8:9). Sebaliknya, "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah" (Rom. 8:14). Alih-alih "menerima roh perbudakan yang membuat [kita] menjadi takut" kita malah "telah menerima Roh adopsi sebagai anak-anak. Yang dengan-Nya kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Rom. 8:15; ESV). Roh yang menetap hadir di dalam diri kita, dan Ia berdoa untuk kita "dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan" (Rom. 8:26). Rasul Paulus mengadaptasi analogi tentang adopsi dan status anak, menerapkan hal itu kepada kebangkitan orang-orang kudus: "Kita sendiri, yang telah menerima karunia sulung Roh, mengeluh dalam hati kita ketika kita menantikan dengan penuh gairah pengadopsian kita sebagai anak, penebusan tubuh kita" ( Rom 8:23; NIV).13
Dalam 1 Korintus, Paulus menyebut tentang menetapnya Roh Kudus. Ia menanya orang-orang Kristen di Korintus, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Kor. 6:19). Sebagaimana Roh menetap di dalam gereja (1 Kor. 3:16), yang merupakan bait Allah dan tubuh Kristus (2 Kor. 6:16; Efe. 1:22, 23), tidakkah Ia juga harus menetap di dalam para diri anggotanya yang membentuk tubuh itu (1 Kor. 12:13, 24-27)? Tidak satu pun di dalam nas-nas ini Paulus sedang mengeksplorasi teologi. Sebaliknya, ia sedang menyatakan sebuah fakta yang sangat penting bagi hubungan kita dengan Kristus, pola pikir rohani kita, dan hidup kita menurut Roh.
Roh Kudus menetap di dalam diri anak Allah tidak hanya melalui pengetahuan atau kesadaran seseorang akan Kitab Suci. Kebenaran ini tercermin dalam kata-kata Paulus dalam Roma 8:16: "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah." Setiap kesaksian tentang roh kita hanya dapat dipahami sebagai terjadi dari keyakinan yang tegas, subjektif tentang apa yang kita percaya. Oleh karena itu, tampaknya masuk akal bahwa Roh yang ikut bersaksi (summarture/w, summartureō) adalah apa yang Paulus sedang jelaskan.
Tanpa pribadi dan karya Roh, menjalani kehidupan Kristen tidak akan lebih mudah daripada yang diminta dari para orang Yahudi yang saleh di bawah hukum Taurat Taurat. Bruce berkomentar, Semua yang hukum Taurat minta dengan cara mematuhi kehendak Allah sekarang direalisasikan dalam kehidupan orang-orang yang dikendalikan oleh Roh Kudus dan dibebaskan dari perbudakan mereka terhadap tatanan pelayanan yang lebih tua. Perintah Allah sekarang telah menjadi tindakan Allah yang memampukan.
Ia kemudian mengutip sebuah bait dari nyanyian lama:
Lari … dan bekerja, hukum Taurat memerintahkan, Namun kaki dan tanganku tidak ditemukan; Tapi injil membawa kabar yang lebih manis, Menyuruh aku terbang, dan meminjamkan aku sayap.14
Ayat 7. Paulus mengakhiri diskusi tentang Israel dalam keadaan akil baliqnya. Sekarang ahli waris itu telah dewasa sesuai dengan "saat yang telah ditentukan oleh bapanya" (4:2) dan telah mencapai usia yang dapat bertanggung jawab, sehingga ia tidak lagi berada "di bawah perwalian dan pengawasan" dan oleh karena itu telah lepas dari pelayanan "penuntun" dalam 3:25. Penuntun ini melambangkan hukum Taurat dengan berbagai pembatasan dan kendalinya, dengan berbagai "Engkau harus" dan "Engkau harus jangan"nya. Anak Allah yang sudah dewasa tidak lagi membutuhkan semua ini. Melalui pencurahan Roh yang menandai dirinya anak, ia telah mencapai usia berperilaku yang bertanggung jawab dan dapat membuat keputusan orang dewasa yang berkenan kepada Bapanya dalam situasi apa saja yang mungkin ia hadapi.
Konsep tentang usia dewasa harus ditafsirkan secara dispensasional. Dalam konteks ini, Paulus tidak sedang bicara tentang tibanya kedewasaan seseorang, tapi tentang tahap tertentu dalam sejarah Israel. Ia sedang mengacu kepada "genap waktunya" (4:4), ketika Allah bertindak atas keseluruhan bangsa itu untuk memperkenalkan dinamika Roh Kudus yang memberi kuasa.15Ia melakukan ini "supaya tuntutan [dikaiōma] hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh" (Roma 8:4). Paulus menekankan fakta bahwa berkat-berkat ini harus turun ke atas "pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani" (Rom. 1:16; lihat 2:9, 10). Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa Paulus secara konsisten mengikuti prinsip ini dalam karya penginjilannya.
Kata jadi mengaitkan penerimaan Roh oleh gereja Galatia dalam ayat sebelumnya. Karena Roh membawa kebebasan bagi orang percaya, maka Paulus berkata, kamu bukan lagi hamba, melainkan anak. Meski perbudakan merupakan hal yang biasa terjadi dalam dunia kuno, terutama di Timur Dekat, kebebasan pastinya merupakan kondisi yang paling disukai dari hampir semua orang yang memiliki kesempatan untuk mendapatkannya (lihat Yohanes 8:31-36).16Di antara orang Yunani, seorang budak dapat saja dibebaskan melalui ritus fiktif berupa "manumisi sakral,"17seperti yang terjadi di kuil Apollo di Delphi. Gagasan tentang kebebasan versus perbudakan tidak pernah jauh dari pikiran Paulus saat ia menulis surat ini.
Kebebasan politik bukan fokus rasul itu di sini. Sebaliknya, ia sedang bicara tentang kebebasan rohani dari hukum Taurat dan perbudakan yang terlibat dalam sistem semacam itu yang menuntut ketaatan agar orang dapat dibenarkan di hadapan Allah yang benar. Yang Paulus maksudkan adalah konsep penebusan dan pembebasan, yang keduanya terikat dengan kedatangan Kristus dan misi-Nya di tengah-tengah anak manusia. Namun begitu, itu bukan seakan-akan orang Kristen bebas dari segala kewajiban. Bagi mereka yang telah dibebaskan dari kuk dosa dan hukum Taurat, Paulus berkata, "Sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran" (Rom. 6:17b, 18). Anak Allah, yang melalui kelahiran baru telah menerima karunia Roh Kudus, tidak dibebaskan dari ketaatan melainkan untuk ketaatan, setelah "dengan segenap hati … mentaati." Ia telah menukar kuk dosa dan hukum Taurat dengan kuk ringan dari Yesus, yang telah menangkap kehendaknya dan meminta dia untuk dengan ketaatan yang sukarela melayani dalam kerajaan-Nya (Mat. 11:28-30). Dengan tunduk pada kedaulatan Yesus yang penuh kasih dan murah hati, kita mengalami kebebasan yang dibahas dalam Matius 11 dan Galatia 4.
Berkat murah hati lainnya yang menyertai kasih karunia pengangkatan anak adalah keterlibatan warisan: jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. Latar belakang utama dari "warisan" (klhronomi/a, klēronomia) dan "ahli waris" (klhrono/moß, klēronomos) adalah janji Allah tentang tanah Kanaan kepada Israel, ketika kaum itu mengerang di bawah kuk perbudakan Mesir (Kel. 2:24; 3:17). Allah memanggil keluar "anak sulung" Israel-Nya (Kel. 4:22) dari perbudakan untuk memberkati mereka dengan suatu warisan. Awalnya, Allah telah memberitahu Abraham bahwa keturunannya akan "diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya." Setelah itu, mereka akan dibebaskan dan diizinkan untuk kembali dan mewarisi tanah Kanaan (Kej. 15:13-21). Tanah ini harus dibagi-bagi dengan "membuang undi."18Allah mememerintahkan Musa, "Tanah itu harus dibagikan dengan membuang undi; menurut nama suku-suku nenek moyang mereka haruslah mereka mendapat milik pusaka; seperti yang ditunjukkan undian haruslah dibagikan milik pusaka setiap suku, di antara yang besar dan yang kecil jumlahnya" (Bil. 26:55, 56). Memang tidak pasti bagaimana pengundian itu dilakukan, tetapi dalam hal-hal seperti itu hasilnya ditentukan oleh Allah. Hal ini jelas dari Amsal 16:33: "Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN."
Warisan yang ahli waris miliki di bawah perjanjian baru sifatnya rohani dan sorgawi. Paulus mengacukannya sebagai "Kerajaan Allah" dalam 5:21 (lihat 1 Kor. 15:50; Efe. 5:5). Petrus menggambarkannya sebagai "yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar," yang "yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu" (1 Pet. 1:4).
Jika orang merasa bingung mengenai arti dari kalimat "seorang ahli waris melalui Allah" (NASB), mungkin ini bisa menghibur untuk mengetahui bahwa mereka yang menyalin naskah Yunani mula-mula memiliki masalah dengan hal itu juga. "Melalui Allah" tentunya merupakan bacaan yang terbaik. Namun begitu, dalam salinan-salinan naskah dari akhir abad kedua hingga abad kesembilan dan seterusnya, setidaknya ditemukan delapan varian bacaan: "dari Allah," "oleh karena Allah," "melalui Kristus," "melalui Yesus Kristus," "dari Allah melalui Kristus," "dari Allah melalui Yesus Kristus," dan "dari Allah pada satu sisi dan ahli waris bersama Kristus pada sisi lainnya." Beberapa bacaan ini tidak muncul dalam naskah-naskah Yunani tapi direpresentasikan dalam pelbagai versi seperti Latin Lama, Siria, Koptik, Etiopia, dan Gothik. Pelbagai variasi ini menjadi saksi bagi fakta bahwa, selama berabad-abad, para penyalin dan para penerjemah sedang berjuang keras untuk membedakan arti "melalui" dalam konteks ini. Bacaan "dari Allah" tampaknya lebih masuk akal bagi para pembaca mula-mula dibandingkan "melalui Allah." Mungkin, sebagai penjelasan, beberapa guru menulis "dari" atas bacaan aslinya atau pada bagian pinggir naskah yang ia sedang gunakan; dan lalu mereka yang menyalinnya kemudian menyisipkan kata itu ke dalam teks itu sebagai koreksi atas suatu kesalahan (tanpa menyadari bahwa itu hanya sebuah penjelasan).19
TFTWMS: Gal 4:8-20 - Permohonan Pribadi Paulus PERMOHONAN PRIBADI PAULUS (Galatia 4:8-20)
Seraya Paulus melanjutkan argumentasinya tentang keunggulan iman kepada Kristus, ia menyisipkan sebuah per...
PERMOHONAN PRIBADI PAULUS (Galatia 4:8-20)
Seraya Paulus melanjutkan argumentasinya tentang keunggulan iman kepada Kristus, ia menyisipkan sebuah permohonan pribadi yang terdiri dari dua bagian. Pertama, rasul itu memperingatkan orang-orang Kristen di Galatia untuk jangan kembali kepada keadaan perhambaan rohani. Di bawah pengaruh guru-guru Yudaisme, beberapa orang Kristen bukan Yahudi melakukan hal ini dengan memikul kuk hukum Taurat (4:8-11). Kedua, ia meminta mereka untuk menerima dia dan pesannya dengan sukacita, seperti yang pernah mereka lakukan ketika ia pertama kali mengabarkan injil kepada mereka (4:12-20).
TFTWMS: Gal 4:8-11 - Orang-orang Galatia Kembali Kepada Perbudakan Rohani Orang-Orang Galatia Kembali Kepada Perbudakan Rohani (Galatia 4:8-11)
8 Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada all...
Orang-Orang Galatia Kembali Kepada Perbudakan Rohani (Galatia 4:8-11)
8 Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. 9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? 10 Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. 11 Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.
Ayat 8. Setelah menunjukkan kebodohan orang yang memilih kutuk hukum Taurat daripada berkat pembenaran oleh iman kepada Kristus (lihat 3:24, 25), Paulus mengenang keadaan orang-orang Galatia itu sebelum mereka menjadi Kristen. Karena banyak dari mereka adalah orang bukan Yahudi, ia mengenang kembali waktu dahulu, ketika [mereka] tidak mengenal Allah. Kondisi itu juga merupakan bentuk perhambaan, karena mereka tidak hanya tunduk kepada penyembahan berhala tetapi juga kepada takhayul sia-sia dan moral bejad pada umumnya dari dunia kafir (Rom. 1:18-32). Dalam suratnya kepada gereja Efesus, rasul Paulus menggambarkan orang-orang seperti itu sebagai "tanpa pengharapan" dan "tanpa Allah di dalam dunia" (Efe. 2:12).
Ketika ia membahas tema perhambaan dan kebebasan, Paulus mencoba untuk menunjukkan kepada gereja Galatia tentang keadaan ironi mereka. Mereka baru saja dibebaskan dari perhambaan kepada "roh-roh dunia yang lemah dan miskin" (4:9) dan telah diberi kebebasan baru di dalam Kristus, dengan segala berkat dan hak istimewanya. Namun begitu, mereka telah beralih kepada jenis perhambaan yang sama destruktifnya dengan mematuhi hukum Taurat (lihat 4:3). Bagaimanakah mereka dapat melakukan hal bodoh seperti itu (3:1-5)? Lagi pula, Allah telah menjadikan mereka anak-anak-Nya dan bukan hamba, dan mereka telah menjadi ahli waris dari warisan kekal (4:7; lihat 4:1). Rasul Paulus tidak dapat mengerti mengapa mereka mau kembali kepada perhambaan. Pada dasarnya, ia bertanya, "Setelah dibebaskan dari satu penjara, maukah engkau dengan sukarela masuk ke dalam penjara lainnya?"
Dalam keadaan mereka sebagai orang bukan Yahudi pra-Kristen, orang-orang Galatia ini telah memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah. Bahasa Paulus di sini mengingatkan kita kepada apa yang ia tulis dalam 1 Korintus 8:5, 6 tentang "yang disebut … banyak allah" milik orang kafir dan "satu Allah" milik orang Kristen dan Yahudi. Meski ayat-ayat itu relevan, namun terjemahan NASB atas ayat itu yang mendahului ayat-ayat tersebut sangat disayangkan: "Kita tahu bahwa tidak ada hal seperti halnya berhala di dunia, dan bahwa tidak ada Allah selain yang esa" (1 Kor. 8:4 ; huruf miring ditambahkan). Tentu saja, manusia di dunia kuno memiliki dan menggunakan berhala. Paulus sedang mengacu kepada fakta bahwa berhala bukan apa-apa di dunia ini. Ia mengatakan hal ini dalam konteks memakan daging yang dikorbankan kepada berhala. Pada hakekatnya tidak ada yang salah dengan memakan daging itu; daging itu tidak dapat mencemari atau secara rohani melukai orang Kristen yang memahami hal ini dan tahu apa yang ia sedang lakukan. Namun begitu, jika hati nurani seseorang masih terikat kepada berhala itu—baik hati nurani orang itu atau orang lain—ia akan berbuat baik jika tidak makan daging itu (1 Kor. 10:25-29). Di sisi lain, Paulus sama sekali tidak mengabaikan pengaruh dari "apa yang disebut … banyak allah" atau dari apa yang terlibat dalam pengorbanan semacam itu. "Apa yang disebut … banyak allah" ini sama sekali tidak memiliki kesamaan dengan Ilah.
Ayat 9. Meski orang-orang Kristen non-Yahudi ini pernah menjadi penyembah berhala, namun mereka telah mengenal Allah, atau lebih baik, … dikenal [oleh] Allah. "Mengenal" adalah terjemahan dari kata Yunani ginw÷skw (ginōskō), yang dapat juga diungkapkan sebagai "menyetujui" atau "mengakui."20Penerjemah harus memilih di antara makna-makna itu dalam konteks ini, pilihan yang mana saja adalah pilihan yang layak (lihat Maz. 1:6; LXX; 1 Kor. 8:3). Frasa "mengenal" menunjuk kepada orang-orang bukan Yahudi ini yang berpaling kepada Allah dalam perubahan hidup mereka. Selain itu, frasa "dikenal [oleh] Allah" akan mengacu kepada keadaan mereka yang dikenal atau diterima oleh Allah sebagai umat-Nya.21Hubungan ini dinyatakan dalam bentuk keadaan mereka sebagai anak dalam 4:6, 7.
Karena umat Kristen Galatia itu telah mendapatkan kebebasan yang luar biasa di dalam Kristus, maka Paulus bertanya, Bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Istilah "roh-roh dunia yang miskin" (stoiceiva, stoicheia) diulang dari 4:3. Dalam ayat itu, hal itu ada kaitannya dengan orang-orang Yahudi, yang berada di bawah hukum Taurat, yang "takluk juga kepada roh-roh dunia." Mereka selama ini telah diperhamba kepada prinsip-prinsip hukum Taurat yang bersifat daging dan miskin.
Dalam 4:9, Paulus mengatakan bahwa orang-orang Kristen Galatia yang bukan Yahudi telah berada dalam "perbudakan" (KJV) kepada "roh-roh dunia yang lemah dan miskin" yang berkaitan dengan penyembahan berhala dan kehidupan mesum mereka sebelumnya. Skenario serupa disajikan dalam Roma 1-3, di mana orang-orang bukan Yahudi dan orang-orang Yahudi digambarkan berada di bawah kekuasaan dosa dan membutuhkan Juruselamat. Dalam Roma 3:1, 2, Paulus mengantisipasi pertanyaan "Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?" Ia melanjutkan dengan menjawab sendiri pertanyaan itu: "Banyak sekali, dan di dalam segala hal.
Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah." Tetap saja, akses kepada firman Allah tidak secara otomatis selalu berarti akses kepada Allah. Dalam konteks yang sama, Paulus bertanya lebih jauh, "Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa" (Rom. 3:9). Hanya Kristus yang dapat menyediakan akses kepada Allah dan kepada bidang spiritual (Rom. 3:21-26). Hanya Ia yang dapat membebaskan manusia dari perhambaan dosa yang telah menjadi nasib setiap orang yang belum "mengenal" dan "dikenal oleh Allah" dalam pribadi Kristus.
Inilah maksud Paulus ketika ia bicara kepada orang-orang Kristen yang telah menerima ajaran sesat dari guru-guru Yudaisme. Dengan mengikatkan hukum Taurat kepada orang Kristen non-Yahudi, guru-guru palsu ini sedang "melemparkan [mereka] ke dalam kebingungan dan mencoba untuk memutarbalikkan injil Kristus" (Gal. 1:7; NIV).
Rasul Paulus memperingatkan mereka untuk jangan "berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin." Kata Yunani untuk "lemah" (ajsqenh/ß, asthenēs) adalah bentuk kata sifat dari kata Yunani untuk "sakit" (asqe/neia, astheneia). Dalam 4:13, Paulus menggunakan istilah yang terakhir ini dalam pengertian harfiah untuk menunjukkan "penyakit tubuh"nya. Astheneia berasal dari kata sqe/noß (sthenos), yang berarti "kuat." Awalan a (a) adalah silabel yang sifatnya meniadakan seperti "tak," jadi kata itu setara dengan "tak kuat" dan dapat diterjemahkan "lemah", "rapuh," atau "sakit." Paulus mengatakan bahwa hal-hal elementer atau mendasar dari hukum Taurat yang orang-orang Kristen Galatia bukan Yahudi ini sedang dituntun untuk mematuhinya adalah sama tidak berkuasanya untuk menyelamatkan seperti halnya allah-allah palsu mereka dahulu, berhala-berhala yang dahulu mereka percayai.
"Miskin" (ptwco/ß, ptōchos), atau "menyedihkan" (NIV), mengandung gagasan kemiskinan. Yesus menggunakan kata yang sama ketika Ia berkata, "Karena orang-orang miskin selalu ada padamu" (Mat. 26:11a). Bagaimanakah orang miskin yang berjuang untuk tetap hidup dapat berharap untuk membeli penebusan? Manusia tidak memiliki apa pun yang dapat ia persembahkan kepada Allah, apa pun nilainya, sebagai tebusan bagi jiwa yang berdosa. Kita bernyanyi, "Apakah yang dapat menghapus dosaku? Tidak ada kecuali darah Yesus."22Begitu juga halnya dengan semua "hal-hal elementer yang lemah dan miskin" dari hukum Taurat. Ratusan ribu hewan tak bercacat yang dipersembahkan di mezbah perjanjian lama tidak akan pernah dapat sepenuhnya menghapus dosa orang-orang Yahudi. Penulis kitab Ibrani menulis, Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.… Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa (Ibr. 10:1-4).
Itulah sebabnya mengapa kita bicara tentang orang-orang bukan Yahudi yang meninggalkan satu penjara (penyembahan berhala dan kemesuman) dan berbaris menuju penjara lainnya (perhambaan kepada hukum Taurat)—dan melakukannya dengan sukarela! Betapa ironis! Tidak heran jika Paulus menggunakan bahasa yang sangat keras dalam surat itu: "Hai orang-orang Galatia yang bodoh" (3:1); "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?" (3:3). Kebenaran oleh hukum—hukum apa saja—akan menjadi pencapaian diri manusia dan kebenarannya sendiri. Kebenaran di dalam Kristus, bagaimanapun, adalah kasih karunia yang murah hati dari Allah kita, yang membawa kebebasan dari perhambaan di bawah hukum Taurat.
Ayat 10. Konteks ini tidak memberikan petunjuk bahwa orang-orang Kristen bukan Yahudi ini sedang digoda untuk kembali kepada kebiasaan-kebiasaan agama pagan mereka sebelumnya. Sebaliknya, mereka sedang dituntun untuk menerima upaya guru-guru Yudaisme untuk menjadikan mereka orang Kristen Yahudi yang baik, menurut anggapan mereka sendiri. Oleh karena itu, untuk menentukan apa yang Paulus maksudkan dengan hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun, kita melihat kepada hukum Taurat dan bukan kepada agama Yunani-Romawi pada waktu itu.
Secara umum, pembagian waktu berfungsi untuk tujuan yang bermanfaat. Pembagian itu pertama kali ditemukan di dalam Kitab Suci dalam kisah penciptaan. Menurut Kejadian 1:14, "Berfirmanlah Allah: 'Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun.'"
Ketika Perjanjian Lama dipertimbangkan bagi latar belakang Paulus mengenai "hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun," beberapa nas yang muncul melibatkan kemah suci atau penyembahan di bait suci. Penetapan hari-hari suci dan pelbagai festival keagamaan ditemukan dalam kitab Imamat 23, yang memberikan banyak rincian tentang korban-korban dan saat-saat yang tepat bagi persembahan itu. Kemah suci pertama kali didirikan sebagai titik pusat ibadah Israel. Belakangan, Salomo membangun bait suci di Yerusalem untuk mempersembahkan korban "pada hari-hari Sabat dan bulan-bulan baru, dan pada perayaan-perayaan yang ditetapkan TUHAN" (2 Taw. 2:4). Menurut perintah Allah, korban harus dipersembahkan "pada hari-hari Sabat, pada bulan-bulan baru, dan tiga kali setahun pada hari-hari raya: pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun" (2 Taw. 8:13). Jika Israel yang memberontak tidak mau bertobat, Allah menyatakan, "Aku akan menghentikan segala kegirangannya, hari rayanya, bulan barunya dan hari Sabatnya dan segala perayaannya" (Hos. 2:11). Seperti yang Salomo telah lakukan, Hizkia memerintahkan kerajaan Yehuda untuk membuat korban bakaran "pada hari-hari Sabat dan pada bulan-bulan baru dan pada hari-hari raya, yang semuanya tertulis di dalam Taurat TUHAN" (2 Taw. 31:3).
Penggunaan istilah-istilah semacam itu oleh Paulus dalam Galatia ada kaitannya dengan pelbagai peraturan yang, walaupun penting dalam perjanjian lama, tapi tidak memiliki konsekuensi bagi orang Kristen di bawah perjanjian baru. Rasul itu menunjukkan kesabaran terhadap hati nurani yang lemah dari mereka yang, dengan alasan kebiasaan lama, masih terikat kepada konsep-konsep semacam itu; ia juga dalam Roma 14:1-15:3 menasihati saudara yang kuat untuk menenggang mereka. Konteks dalam Roma tidak mengungkapkan apakah Paulus sedang membicarakan orang-orang bukan Yahudi yang baru saja menjadi Kristen atau tentang orang-orang Yahudi. Kepeduliannya adalah bagaimana makan makanan tertentu dan merayakan masa-masa khusus mempengaruhi hati nurani saudara yang lemah. Ia menulis, Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja.… Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri (Rom. 14:2-5).
Kecuali ketika mereka berhubungan dengan orang yang hati nuraninya lemah— baik hati nuraninya sendiri maupun hati nurani orang lain—hal-hal eksternal duniawi semacam itu tidak memiliki kepentingan apa pun terhadap esensi injil yang rohani. Paulus menyatakan bahwa "Kerajaan Allah bukan soal makan dan minum, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus" (Rom. 14:17; NIV). Ia juga menulis, "Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka" (1 Kor. 9:22).
Sungguh sangat menarik membandingkan Galatia 4:10 dan Kolose 2:16, 17:
Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (Huruf miring ditambahkan.)
Inilah nas Perjanjian Baru yang paling paralel dengan contoh-contoh yang dikutip dari 2 Tawarikh. Penamaan waktu oleh Paulus sangat sesuai dengan ritual-ritual Perjanjian Lama yang dijadwalkan setiap minggu ("hari Sabat"), setiap bulan ("bulan baru"), dan setiap tahun ("hari raya"). Selanjutnya, perkataan "hanyalah bayangan" memberitahu kita bahwa ritual-ritual ini hanyalah sebuah gambaran nubuat tentang zaman injil yang akan datang (lihat Ibr. 8:5; 10:1). Hal ini dengan tegas menghilangkan gagasan bahwa selama ini Paulus mungkin sedang bicara tentang apa saja yang berhubungan dengan paganisme. Masalahnya adalah Yudaisme, yang oleh para penyusup Yahudi, dengan sangat berhasil, disuntikkan ke dalam injil sebagai persyaratan bagi pemuridan orang Kristen. Ini, kata Paulus, adalah pemutarbalikan injil dan bukan injil (kabar baik) sama sekali (Gal. 1:6, 7).
Ayat 11. Dengan mengingat kecenderungan Yudaisme terhadap gereja Galatia, Paulus berkata, Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia. Ia khawatir bahwa mereka mungkin akan menukar kebebasan rohani mereka di dalam Kristus dengan kebenaran yang didasarkan pada kepatuhan terhadap hukum Taurat. Pikiran yang serupa muncul dalam 2 Korintus 6:1, di mana rasul itu menasihati orang-orang percaya di Korintus "supaya [mereka] jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah." Orang dapat mematuhi injil Kristus dan kemudian hidup sedemikian rupa untuk menolaknya—baik sebagai penganut Yudaisme atau sebagai seorang libertini. Dalam kondisi apa pun, ia menjadi "lepas" atau "terasing" (NIV) dari Kristus (Gal. 5:4).
Paulus tidak ingin berpikir bahwa "susah payah[nya] untuk [gereja Galatia] telah sia-sia." Kata "susah payah" (kopia÷w, kopiaō) berarti "bekerja keras," "membanting tulang," "berusaha keras," atau "berjuang." Itu mengacu kepada jenis pekerjaan sulit yang membuat seseorang "menjadi lelah" atau "letih."23Gereja-gereja di Galatia telah didirikan selama perjalanan misi yang pertama oleh Paulus dan Barnabas (Kisah 13; 14). Orang-orang ini terus memberitakan injil, meski mereka dianiaya. Di Listra, Paulus bahkan pernah dilempari batu dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat (Kisah 14:19). Tentu saja, ia tidak ingin segala pengorbanan pribadi ini menjadi "sia-sia" (eijkh◊Ø, eikē), yaitu, "tanpa tujuan."24
TFTWMS: Gal 4:12-20 - Kecemasan Paulus Terhadap Perilaku Gereja Galatia Kecemasan Paulus Terhadap Perilaku Gereja Galatia (Galatia 4:12-20)
12 Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun te...
Kecemasan Paulus Terhadap Perilaku Gereja Galatia (Galatia 4:12-20)
12 Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu. 13 Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. 14 Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri. 15 Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku. 16 Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu? 17 Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka. 18 Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu. 19 Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu. 20 Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.
Dalam 4:12-20, Paulus menyampaikan sebuah permohonan yang berapi-api yang, seperti dalam pasal 1 dan 2, adalah otobiografi yang menyegarkan. Ia secara persuasif menyapa "anak-anaknya" yang dengan siapa ia "menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam [mereka]" (4:19). Paulus, guru yang pernah menjadi murid cemerlang dari Rabbi Gamaliel (1:14; Kisah 22:3) dan telah hidup "menurut mazhab yang paling keras dalam agama[nya]" (Kisah 26:5), menjadi tak berdaya, memohon anak-anaknya yang kekasih di dalam iman untuk mengikuti teladannya.
Ayat 12. Rasul itu membuka himbauannya dengan kata-kata ini: Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku. Alkitab NASB, bersama dengan beberapa versi lainnya, menerjemahkan kata kerja itu sebagai "ikutlah sama" (lihat NKJV; NIV; NRSV; NCV; ESV). Namun begitu, dalam teks Yunani, gi÷nesqe (ginesthe) berbentuk present imperative dari gi÷nomai (ginomai) dan harus dengan benar diungkapkan dengan "jadilah" (lihat KJV). Dapat dikatakan bahwa Paulus tidak akan mendesak orang untuk terus menjadi seperti apa adanya mereka, dan mungkin itulah yang menjadi pemikiran para penerjemah. Namun begitu, banyak contoh tentang arti "teruslah menjadi" muncul dalam tulisan-tulisan Paulus: "Karena itu aku menasihati kamu, jadilah peniru aku" (1 Kor. 4:16; NASB). "Karena itu, jadilah peniru aku, sama seperti aku juga menjadi peniru Kristus" (1 Kor. 11:1; NASB). "Karena itu jadilah peniru Allah, seperti anak-anak yang kekasih" (Efe. 5:1; NASB). Penggunaan tata bahasa ini menunjukkan bahwa ketika Paulus berkata, "Teruslah meniru aku," ia benar-benar berkata, "Jangan berhenti meniru aku."
Peniruan teladan para rasul adalah tema yang muncul berulang kali di dalam surat-surat Perjanjian Baru kepada orang Kristen.25Paulus tahu kekuatan teladan, termasuk teladannya sendiri. Pemberitaan injil itu sangat kuat dalam pemberitaannya sendiri, namun secara khusus itu sangat kuat bila dihias dengan gambaran hidup seseorang yang mempraktikkan apa yang ia beritakan. Paulus adalah duta besar Tuhan Yesus Kristus yang diberi kuasa secara penuh. Bukan hanya kata-katanya itu berkuasa, karena berasal dari Allah, tapi juga hidup dan teladannya. Ini terlihat dari apa yang ia tulis kepada gereja di Filipi: "Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu" (Flp. 4:9).
Paulus melanjutkan dengan mengatakan, Sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu. Alkitab NASB memberi huruf miring pada kata-kata yang tidak muncul dalam teks asli Yunani. Dalam ayat 12, teks itu sebenarnya berkata, "Menjadi seperti aku adanya, karena aku juga sudah menjadi seperti kamu adanya." Dalam bahasa Yunani dan Ibrani kuno, kata kerja "menjadi" sering dihilangkan ketika dianggap sudah jelas dan dengan demikian tidak perlu. Para penerjemah, bagaimanapun, kadang-kadang bertanya-tanya tentang kerangka waktu "menjadi." Apakah itu di masa lalu, masa kini, atau masa depan? Selanjutnya, jika itu di masa lalu, masa lalu (Ing.: tense) seperti apakah yang sedang diungkapkan?
Di sini teks Yunani itu secara harfiah mengatakan, "Jadilah seperti aku, karena aku juga seperti kamu." Karena pada frasa terakhir tidak terdapat kata kerja, aturan tata bahasa Yunani meminta bahwa, supaya masuk akal, bentuk tertentu "menjadi" harus disisipkan. Bentuk yang manakah yang harus dipilih? Apakah Paulus sedang melihat ke belakang kepada saat pertemuan pertamanya dengan orang-orang Galatia dan cara mereka menerima dia, atau apakah ia sedang memikirkan sesuatu yang lebih dekat dengan saat penulisan teks itu? Faktanya adalah bahwa ini sepenuhnya merupakan masalah penafsiran, dan dengan demikian keputusan kita sama sekali tidak mudah, seperti secara jelas ditunjukkan melalui diskusi tentang ayat ini oleh para komentator. Hampir semua yang dapat kita lakukan adalah mencari petunjuk, entah dalam konteksnya atau jika tidak mungkin dari apa yang kita ketahui tentang pendekatan umum dan cara operasi Paulus. Ketika R. Alan Cole memperkenalkan pembahasannya tentang ayat tersebut, ia menulis bahwa "klausa pembukaan adalah teka-teki pertama. Secara harfiah itu berbunyi 'Jadilah seperti aku, seperti aku juga (telah menjadi) seperti kamu.'"26
Tata bahasa yang tidak menentu ini mungkin merupakan cerminan dari keadaan emosi Paulus. Faktor-faktor seperti itu memang mempengaruhi gaya, tidak hanya dalam bicara di depan umum tapi juga dalam ceramah tertulis. Pada intinya, dua pandangan telah diusulkan untuk menjelaskan apa yang mungkin telah mendorong himbauan Paulus untuk "Jadilah seperti aku." (1) Ia sedang mendesak gereja Galatia sebagai anak-anaknya dalam iman untuk terus meniru dirinya sebagai teladan mereka. Ia tidak ingin mereka dipikat oleh usaha guru-guru Yudaisme untuk memualafkan mereka dengan meruntuhkan kepercayaan mereka kepada dirinya. Dalam kasus ini, Paulus akan sudah mengikuti praktiknya yang biasa untuk menasihati keturunan rohaninya agar tetap terus mengikuti teladannya sebagai bapak rohani mereka. (2) Ia ingin mereka membuang hambatan yang menghalangi mereka untuk menerima pelbagai peringatan (dengan pelbagai akibatnya), yang ingin ia coba komunikasikan dengan mereka. Dalam kasus ini, ia berkata, "Tetaplah terus menjadi seperti aku dulu ketika kita pertama kali bertemu, jangan biarkan perbedaan etnis atau agama sebelumnya menghalangi kita untuk menjadi satu di dalam Kristus."
Pilihan manapun yang kita terima, pesan Paulus pada dasarnya sama. Ia sudah selalu menerima orang-orang Kristen Galatia sebagaimana ia sudah menerima semua orang Kristen bukan Yahudi, tidak membedakan antara pengangkatan mereka sebagai anak-anak Allah dan anak-anaknya sendiri. Jika ini benar, klausa kedua dapat diungkap- kan "karena aku juga dulu sama seperti kamu." Dengan kata lain, "Aku sama sekali tidak membuat perbedaan tentang etnis, cara hidup sebelumnya, penampilan fisik, atau hal lainnya."
Rasul itu lebih lanjut menyatakan, Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu. Mengenai pernyataan ini, pandangan Bruce secara khusus menarik. Ia membuat perbandingan dengan 2 Korintus 6:11-13, di mana Paulus mencurahkan hatinya kepada orang-orang Kristen yang tidak puas di Korintus, dengan bicara kepada mereka sebagaimana seorang ayah akan bicara kepada anak-anaknya. Dalam konteks itu, Paulus meyakinkan orang-orang Kristen Korintus bahwa ia tidak pernah berbuat salah kepada satu orang pun dari mereka (2 Kor. 7:2), sama seperti ia meyakinkan orang-orang Kristen Galatia bahwa tidak seorang pun dari mereka yang telah berbuat salah kepada dia. Bruce menyimpulkan, "Di antara teman seharusnya jangan ada kecurigaan tentang melakukan kesalahan pada kedua pihak."27
JB Lightfoot mengulas bahwa setidaknya ada dua arti yang berbeda yang telah ditetapkan kepada kata-kata ini: (1) "[Kamu] tidak pernah melawan aku sebelumnya; jangan melawan aku sekarang" dan (2) "Aku tidak punya alasan untuk mengeluh." Karena lebih menyukai arti yang terakhir karena "lebih baik pengadaptasiannya dengan konteksnya," Lightfoot mengusulkan bahwa "penjelasan yang sebenarnya tersembunyi di bawah keadaan yang tidak diketahui yang tentang itu … Paulus singgung."28
Bila kita memiliki terlalu sedikit informasi tentang rincian sebuah teks untuk memastikan penafsiran kita, maka kita harus mengakui keterbatasan kita. Dalam keadaan seperti ini, kesimpulan kita hanya dapat dianggap sementara. Kalimat deklaratif sederhana (seperti yang terjadi di sini) atau kata-kata pendek yang paling umum (atau tidak adanya kata-kata itu, seperti yang terjadi sebelumnya dalam ayat ini) dapat menimbulkan masalah paling besar. Tidak pasti mengapa pernyataan sederhana Paulus itu muncul di sini dalam diskusi itu. Apakah ia sedang melihat kembali kepada waktu kontak pertamanya dengan orang-orang Galatia, atau apakah ia sedang berurusan dengan peristiwa yang lebih baru (yang baik dirinya maupun mereka tidak mengetahuinya dengan baik, tapi yang tentang itu kita hanya dapat menerkanya)?
Setelah mempertimbangkan apa yang orang lain telah tulis tentang pernyataan Paulus, kita merasa cenderung untuk berpendapat bahwa ayat-ayat yang langsung mengikutinya mungkin mengandung jawaban itu dengan baik. Jika diasumsikan bahwa kunjungan pertama Paulus ke Galatia merupakan kerangka acuan awalnya dan bahwa apa yang segera terjadi berikutnya merupakan gambaran yang jelas dari gambar itu di dalam kerangka itu, maka banyak kesulitan yang dirasakan dalam teks kita mungkin dapat terpecahkan dengan sendirinya, dengan membiarkan aliran konteksnya muncul secara cukup alami dan secara relatif tidak rumit.
Lebih dari sekali dalam surat ini, Paulus menggunakan apa yang gereja Galatia anggap sebagai teguran keras dan menyakitkan. Pada intinya, ia berkata, "Bagaimana kamu bisa begitu? Berani-beraninya kamu bersikap begitu bodoh setelah aku dengan sangat jelas menggambarkan kepada kamu penyaliban Tuhan kita Yesus!" (lihat 3:1). Bagaimana bisa orang-orang Kristen ini, yang telah melihat kasih Allah yang mengalir dari luka-luka Yesus, berpaling dari Dia dan memikul kuk hukum Taurat? Alih-alih menyelamatkan mereka, hukum Taurat akan mendorong mereka kembali ke dalam perhambaan, sedikit berbeda dari perhambaan yang pernah mereka alami sebelum mereka mengenal Kristus. Alih-alih membawa kehidupan, hukum Taurat akan membawa kematian kepada mereka.
Dengan mengingat latar belakang ini, hubungan antara 4:12 dengan 4:13-16 dapat diungkapkan dengan cara berikut:
Aku minta, saudara-saudara, jadilah seperti ketika aku tiba di Galatia. Karena meski kami orang Yahudi dan kamu orang bukan Yahudi, aku adalah salah satu dari kamu, dengan mengabaikan semua perbedaan tersebut. Kamu sama sekali tidak berbuat salah terhadapku, tapi sebaliknya, seperti yang kamu ketahui, itu karena penyakit fisikku sehingga aku pertama kali memberitakan injil kepada kamu. Meski penyakitku sangat menjijikkan bagi kamu sehingga kamu tergoda untuk menolak aku, namun kamu tidak melakukannya. Sebaliknya, kamu menerima aku seolah-olah aku adalah seorang malaikat Allah atau, bahkan lebih lagi, seolah-olah aku adalah Yesus Kristus itu sendiri! Apakah yang sekarang terjadi dengan sukacita sejati yang pernah kamu rasakan sebelumnya? Karena aku bersaksi bahwa tidak ada bantuan yang terlalu besar yang mungkin telah kamu berikan kepadaku. Faktanya, seandainya mungkin, kamu pasti telah mencungkil matamu sendiri dan memberikannya kepadaku! Dapatkah itu benar-benar terjadi bahwa, setelah semua ini, aku sekarang telah menjadi musuhmu karena aku bersikap jujur kepada kamu tentang orang-orang yang sedang mencoba untuk menjauhkan kamu dari kami?
Diakui, ini hanya suatu ungkapan, tapi itu menjelaskan semua unsur yang terkandung di dalam teks aslinya. Bisa jadi itu dapat membantu untuk membedakan alur argumen Paulus dalam konteks yang lebih luas. Segala sesuatu yang Paulus katakan dalam 4:13-15 merupakan kilas balik kepada waktu pertemuan pertama Paulus dengan orang-orang Galatia. Tampaknya 4:12 juga merupakan bagian dari kilas balik itu. Jika demikian, terjemahan terbaik atas ayat ini adalah "Jadilah seperti aku dulu [pada pertemuan pertama kita], karena aku juga seperti kamu [dalam menerima kamu pada waktu itu]." Mengenai situasi yang segera menyusul, Paulus akan sudah menghimbau mereka untuk menerima dia dalam keadaannya saat itu, dengan mengetahui bahwa tidak ada ayah yang akan secara sukarela menyesatkan atau menyakiti anak-anaknya yang kekasih. Sebaliknya, ayah alami akan selalu, dalam setiap tindakan, berusaha untuk membahagiakan mereka (lihat Luk. 11:11-13; 1 Kor. 4:14-16).
Ayat 13. Paulus mengingatkan gereja Galatia bahwa ia pertama kali telah memberitakan Injil kepada [mereka] oleh karena [ia] sakit pada tubuh[nya]. Kata Yunani untuk "sakit" adalah ajsqe÷neia (astheneia), yang berarti "kelemahan," "sakit," atau "penyakit." Apakah sifat penyakit Paulus itu? Pertanyaan ini telah menghasilkan spekulasi yang banyak sekali, namun tidak ada konsensus bersama yang telah dicapai. Saran utamanya mencakup malaria, epilepsi, penyakit mata, atau efek penganiayaan yang terus berlanjut. Masing-masing pandangan ini akan dibahas secara singkat.
Pertama, Paulus mungkin terjangkit malaria pada perjalanan misi yang pertama. William M. Ramsay berpendapat bahwa ia menderita demam malaria kronis di dataran rendah Pamfilia, kira-kira pada waktu Yohanes Markus meninggalkan misi tersebut dan kembali ke Yerusalem (Kisah 13:13). Akibatnya, Paulus mencari bantuan di Antiokhia Pisidia, yang terletak di ketinggian yang lebih tinggi (Kisah 13:14). Ramsay menggambarkan bagaimana demam malaria yang kumat itu dapat melumpuhkan, membuat seseorang merasa seperti "gemetar dan melemah tidak berdaya."29
Kedua, penyakit Paulus mungkin adalah epilepsi. Gagasan ini berasal dari kata kerja di ayat berikutnya, yang berarti "meludah" (lihat komentar tentang 4:14). Kenneth L. Boles menjelaskannya seperti ini: "Gerak tubuh yang tidak ramah ini adalah cara umum untuk menangkal pelbagai efek dari mata jahat atau roh jahat yang dianggap bertanggung jawab atas perilaku aneh seperti epilepsi."30
Ketiga, Paulus mungkin menderita masalah mata, yang umum terjadi di dunia kuno. Beberapa nas menyiratkan bahwa rasul itu mengalami kesulitan melihat. Ia pernah dibutakan oleh penglihatan Kristus di jalan menuju Damsyik dan itu berlangsung selama tiga hari (Kisah 9:8, 9). Meski Ananias memulihkan penglihatannya (Kisah 9:17, 18), beberapa orang menduga bahwa ia memiliki bekas luka permanen dari kejadian itu. Belakangan dalam Kisah Para Rasul, Paulus tidak mengenali imam besar (Kisah 23:5), mungkin karena ia tidak dapat melihat dia dengan jelas. Dalam konteks sekarang, Paulus menyatakan bahwa orang-orang Galatia akan sudah "mencungkil mata [mereka] dan memberikannya kepada [dia]" (4:15). Bahasa itu dapat mengisyaratkan bahwa masalah medisnya terkait dengan matanya. Akhirnya, Paulus biasanya mendiktekan surat-suratnya kepada seorang juru tulis dan kemudian menulis salam penutup dengan tangannya sendiri (2 Tes. 3:17). Meski "huruf-huruf besar" yang ia gunakan dalam surat Galatia mungkin adalah untuk penekanan, ada kemungkinan juga bahwa huruf-huruf itu adalah akibat ketidakmampuannya untuk melihat dengan baik (Gal. 6:11).
Keempat, bisa jadi penyakit Paulus itu terkait dengan penganiayaan yang dideritanya. Ia pernah dilempari batu di Listra (Kisah 14:19) dan menanggung berbagai hukuman lainnya selama karir misionarisnya (2 Kor. 11:23-27). Kesulitan dengan pandangan ini adalah bahwa perajaman itu terjadi menjelang akhir perjalanan misi Paulus yang pertama, sebelum ia kembali melalui kota-kota di Galatia dan kembali ke Antiokhia. Selanjutnya, sebagian besar kesulitan yang disebutkan di dalam 2 Korintus 11 tampaknya terjadi di kemudian hari, setelah surat kepada gereja Galatia ditulis.
Pandangan terakhir adalah bahwa Paulus menderita jenis kelemahan psikologis tertentu. Kata Yunani yang diterjemahkan "tubuh" (sa/rx, sarx), atau "daging" (KJV), mengandung beragam nuansa makna. Kata itu dapat mengandung arti kondisi psikologis atau tubuh, seperti kecenderungan kepada dosa (Rom. 6:19), ketakutan, atau kegelisahan (2 Kor. 7: 5). Meski Paulus tidak kebal terhadap pencobaan semacam itu (1 Kor. 2:3; Efe. 6:19, 20), konteksnya sekarang ini tampaknya menyingkirkan penafsiran semacam itu.
Apapun kondisinya, itu adalah sesuatu yang gereja Galatia bisa anggap menjijikkan, seperti yang 4:14 jelaskan. Bagaimanakah hal itu mendorong usaha awal Paulus untuk menginjili daerah itu? Salah satu kemungkinannya adalah bahwa tujuannya terletak di luar Galatia, namun ketika tiba di sana ia jatuh sakit dan terpaksa meluangkan waktu untuk memulihkan diri. Karena Paulus sangat giat dalam penginjilan, ia akan menggunakan kesempatan ini sebagai kesempatan untuk memberitakan kabar baik tentang keselamatan di dalam Kristus, bahkan jika itu berarti bahwa mimbarnya adalah tempat tidur.
Ayat 14. Meski Paulus mengalami keadaan tubuh yang merupakan pencobaan bagi orang-orang Galatia itu, namun mereka tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan. Kondisi fisik atau penampilan Paulus benar-benar membuat saudara-saudara ini diuji. Paulus sadar bahwa penyakit ini dapat menyebabkan mereka bereaksi dengan kebencian. Kata Yunani yang diterjemahkan "pencobaan" (peirasmo/ß, peirasmos) adalah kata yang sama yang Matius gunakan dalam melaporkan instruksi Yesus tentang cara berdoa: "Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat" (Mat. 6:13).31
Kata "hina (ejxouqenew, exoutheneō) secara beragam diterjemahkan sebagai "memperlakukan dengan penghinaan," "memandang rendah," "menganggap sepi," dan "menolak." Kata yang diterjemahkan "hina" (ejkptu/w, ekptuō) bahkan memiliki konotasi yang lebih kuat. Arti harfiahnya adalah "meludah"; tindakan semacam itu akan dilakukan sebagai "ungkapan penghinaan" atau untuk "menangkal roh-roh yang bermusuhan."32Para pakar kamus percaya bahwa makna harfiah ini telah pudar di zaman Paulus ke dalam konsep penghinaan yang lebih halus. Meski begitu, penutur asli bahasa Yunani hampir tidak dapat memvisualisasikan makna aslinya, apakah kata itu ditulis atau diucapkan.
Alih-alih menolak Paulus, orang-orang Galatia itu malah telah dengan sukacita menerima dia—kenyataannya, sebagai seorang malaikat Allah. Memang dimungkinkan untuk menerjemahkan a¡ggeloß (angelos) sebagai "utusan" di sini, karena ini adalah arti dasar kata itu. Angelos dapat digunakan untuk manusia yang diutus dengan pesan dari satu orang ke orang lain. Misalnya, kata itu muncul dalam Kejadian 32:3-6 (LXX), di mana Yakub mengirim utusan untuk mendahului rombongannya kepada saudara laki-lakinya yang mengasingkan diri, Esau. Dalam Lukas 9:51-53, hal itu terjadi ketika Yesus mengirim beberapa utusan untuk mencari tahu apakah sebuah desa Samaria tertentu bersedia untuk menerima Dia saat Ia melakukan perjalanan menuju Yerusalem. Kata itu dapat digunakan untuk manusia yang diilhami, seperti yang terjadi pada Yohanes Pembaptis dan para nabi lainnya (Mat. 11:7-10). Angelos paling sering mengacu kepada makhluk roh yang muncul dalam bentuk manusia, melayani sebagai utusan Allah (lihat Ibr. 1:14; 13:2).
Tampaknya cara paling wajar untuk memahami "malaikat Allah" adalah sebagai utusan sorgawi, makhluk perantara rohani seperti yang disebut dalam Ibrani 1:14. Oleh karena itu, terdapat perkembangan di dalam pemikiran Paulus: (1) Orang-orang Galatia itu tidak memperlakukannya sebagai manusia biasa, dan mereka juga tidak terpukul oleh kelemahannya. (2) Sebaliknya, mereka menerima dia seolah-olah ia adalah malaikat Allah yang dikirim dari sorga. (3) Lebih daripada itu, mereka menyambut dia seolah-olah ia adalah Kristus Yesus sendiri yang hidup di tengah-tengah mereka dalam daging.
Ayat 15. Setelah merenungkan sambutan hangat gereja Galatia, Paulus bertanya, Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Pertanyaan penting ini berfungsi sebagai cara masuk kembali yang lugas ke dalam situasi saat ini yang menyakit-kan. Paulus mendapatkan pendirian saudara-saudaranya itu berubah-ubah, setelah membalik perasaan awal mereka terhadap dia oleh karena guru-guru Yudaisme itu. Selanjutnya, penerimaan mereka terhadap perhambaan kepada hukum Taurat telah menyebabkan mereka kehilangan kebahagiaan rohani mereka. Kata Yunani yang diterjemahkan "bahagia" (makarismo÷ß, makarismos), atau "sukacita" (NCV; CJB), berhu-bungan dengan kata "berbahagia" (maka÷rioß, makarios) yang digunakan dalam Ucapan Bahagia (Mat. 5:1-12).
Pada suatu waktu, gereja Galatia pernah menunjukkan kasih yang besar untuk Paulus, yang menulis, Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku. "Mata" kemungkinan digunakan di sini sebagai ilustrasi tentang apa yang sangat berharga. Penafsiran ini didukung oleh ungkapan Alkitab "biji mata-Nya" (Ula. 32:10) dan "biji mata" (Maz. 17: 8; lihat Ams. 7:2; Zak. 2:8). Paulus sedang menekankan bahwa saudara-saudara Galatia itu dengan rela mengorbankan sesuatu karena kasih mereka kepada dia.
Sementara Paulus sedang bicara secara kiasan, namun penulis Yunani Lucian pada abad kedua Masehi menceritakan sebuah kejadian harfiah tentang pengorbanan mata seseorang untuk seorang teman. Cerita ini melibatkan dua orang Skit. Salah satu dari mereka, Dandamis, melepaskan matanya untuk menebus temannya yang ditawan, Amizoces. Setelah dibebaskan, Amizoces tidak tahan melihat Dandamis yang buta, jadi ia juga mengeluarkan matanya sendiri.33
Ayat 16. Setelah menekankan persahabatannya dengan orang-orang Galatia, Paulus menanya mereka, Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu? Meski kata benda "kebenaran" (ajlh/qeia, alētheia) sering muncul di dalam Perjanjian Baru, namun kata kerja terkait yang Paulus gunakan untuk "mengatakan kebenaran" (ajlhqeu/w, alētheuō) hanya muncul di sini dan di Efesus 4:15. Ini juga bisa diterjemahkan "bersikap jujur." Paulus berkeras bahwa ia dengan jelas sedang menyatakan kebenaran kepada gereja Galatia; tidak ada makna tersembunyi yang harus dicari dalam apa yang ia katakan. Ia harus berterus terang tentang orang-orang yang "telah masuk menyelusup" (lihat Yudas 4). Guru-guru Yudaisme ini sedang memberitakan injil yang sama sekali bukan injil (lihat Gal. 1:6, 7; 5:11, 12; 6:12, 13). Paulus dengan tegas menentang guru-guru palsu itu yang telah bekerja sendiri ke dalam gereja-gereja Galatia dan merongrong pekerjaannya.
Ayat 17. Paulus terus bicara tentang guru-guru Yudaisme itu, akar seluruh masalah: Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka. Bagian pertama dari ayat ini dapat diterjemahkan dengan cara ini: "Mereka sangat giat untuk kamu, bukan dengan cara yang baik." Alkitab NKJV telah mengungkapkannya: "Mereka dengan giat ramah terhadap Anda, tapi untuk hal yang tidak baik." Konteksnya menunjukkan bahwa guru-guru Yudaisme menggunakan unsur psikologis eksklusivitas untuk menarik para pengikut kepada ajaran-ajaran mereka. Pada bagian kedua ayat itu, "mau mengucilkan kamu" (ejkklei÷w, ekkleiō) muncul lebih dulu dalam teks Yunaninya. Urutan kata ini membuat ungkapan itu menjadi tegas dan memberi bobot lebih lanjut kepada gagasan eksklusivitas.
Namun begitu, Paulus tidak menyebutkan dari siapa orang-orang Galatia itu dikucilkan. Apakah dari para Penjaga hukum Taurat, yang sedang mencoba untuk membuat orang-orang Galatia itu berkeinginan menjadi bagian dari kelompok mereka? Apakah dari persekutuan dengan gereja pada umumnya? Apakah dari Paulus dan pengaruh dari pemberitaan dan ajarannya?34Ide terakhir ini didukung oleh Alkitab NIV, yang memasok sebuah obyek: "Apa yang mereka inginkan adalah mengasingkan kamu dari kami, sehingga kamu dapat berusaha dengan giat untuk mereka" (huruf miring ditambahkan).
Guru-guru Yudaisme itu tidak ingin mengucilkan orang-orang Galatia bukan Yahudi dari gereja atau lingkaran persekutuan mereka sendiri—setidaknya tidak secara permanen. Sebaliknya, tindakan mereka itu merupakan tipuan untuk menarik orang-orang Kristen Galatia untuk menerima kuk hukum Taurat. Mereka mempromosikan diri mereka sebagai orang-orang Kristen "asli," yang menekankan bahwa mereka adalah orang Yahudi sejati, bersunat—anak-anak Abraham yang sebenarnya. Orang-orang Yahudi telah memualafkan orang dengan cara ini dari generasi ke generasi. Yesus memberitahu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, "Kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri" (Mat. 23:15). Jika kata-kata Paulus dalam Galatia 1:8, 9 tampak sulit, pastinya mereka tidak lebih sulit daripada kata-kata dari Tuhan sendiri dalam konteks yang serupa dalam Matius 23.
Ayat 18. Meski menentang sikap giat yang sesat dari guru-guru Yudaisme dan orang-orang yang telah terpengaruh oleh mereka, Paulus menjelaskan bahwa tidak semua sikap giat adalah buruk: Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu. Ungkapan "giat berusaha" menerjemahkan bentuk zhlo÷w (zēloō)35yang muncul dalam teks Yunani baik sebagai middle voice (yaitu, bertindak untuk atau mengenai diri sendiri) atau passive voice (yaitu, ditindak atas). Namun begitu, sebagai bentuk passive, kata ini mungkin berarti "digerakkan untuk giat" dan dengan demikian kita memiliki arti yang active: "usaha giat yang nyata" atau "menjadi giat." Meski kebanyakan versi bahasa Inggris menerjemahkan kata itu secara pasif, beberapa mengungkapkannya secara aktif. Sebagai contoh, Alkitab NKJV menulis "Adalah baik untuk menjadi orang yang giat," dan Alkitab NIV menulis "Memang bagus untuk menjadi orang yang giat." Alternatif-alternatif yang memungkinkan ini tampaknya sesuai dengan konteksnya dengan lebih baik. Oleh karena itu, kita dapat membaca ayat ini sebagai berikut: "Sekarang memang baik menjadi orang yang giat bagi kebaikan terus-menerus, dan bukan saat aku hadir bersama kamu."
Penekanan khusus bergantung pada kata "terus-menerus," berbeda dengan "ketika aku hadir bersama kamu." Perbedaan lain dibuat dalam ayat 17 dan 18, antara apa yang tidak baik dan apa yang baik. Hal ini tercermin dalam terjemahan Alkitab NIV: "Orang-orang itu giat berusaha untuk memenangkan kamu, tapi bukan untuk kebaikan. … Memang baik untuk menjadi orang yang giat, asalkan tujuannya adalah baik…" (huruf miring ditambahkan). Orang-orang Galatia sudah dengan senang hati menerima Paulus dan kabar baik yang telah ia beritakan kepada mereka dalam perjalanan misi yang pertama (Kisah 13; 14). Namun begitu, setelah kepergiannya, kesetiaan mereka beralih kepada guru-guru Yudaisme dan pesan sesat mereka, yang melibatkan perhambaan kepada hukum Taurat. Sebaliknya, Paulus ingin mereka selalu giat berusaha untuk injil yang sejati, bahkan dalam ketidakhadirannya (lihat Flp. 1:27).
Ayat 19. Dua ayat berikutnya dalam surat ini mengungkapkan isi hati penulis seperti yang tidak terdapat dalam nas lain di dalam seluruh Kitab Galatia. Seperti yang telah dicatat sebelumnya, surat ini ditulis dalam keadaan emosi yang tinggi. Surat itu dapat digambarkan, pada kenyataannya, sebagai sedang ditulis dalam keadaan antara terkejut dan bingung (istilah terakhir adalah perasaan Paulus sendiri dalam 4:20). Jika kita benar mengenai surat itu sebagai tulisan Paulus yang paling awal dan juga menempatkannya secara kronologis di antara perjalanan misi yang pertama dan sidang Yerusalem (antara Kisah 14:26 dan 15:6), maka beberapa pengamatan dapat dilakukan tentang situasi itu Terlepas dari pengorbanan, bahaya, dan penderitaan yang luar biasa yang Paulus telah alami—bahkan pernah dilempari batu dan dibiarkan sekarat (Kisah 14:19)—ia dan Barnabas telah kembali ke Antiokhia dengan keadaan sukacita yang tidak diragukan lagi. Mereka telah berhasil dalam usaha awal mereka untuk "membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman" (Kisah 14:27). Lalu datanglah guru-guru Yudaisme (Kisah 15:1). Ini bukan orang-orang Yahudi yang tidak percaya yang telah memulai sebagian besar penderitaan Paulus dalam perjalanan misi yang pertama. Sebaliknya, mereka adalah orang Kristen Yahudi, menjadi Kristen dari tahun-tahun awal penginjilan ketika usaha semacam itu terbatas pada umat perjanjian lama Allah. Setelah mendengar pembelaan Petrus mengenai pertobatan Kornelius, bahkan mereka yang pernah menentang dia akhirnya menyadari kebenaran dan "memuliakan Allah, katanya: 'Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup'" (Kisah 11:18).
Namun demikian, bagi banyak murid Yahudi, kebenaran yang telah diwahyukan kepada Paulus (dan Petrus) masih belum jelas. Mereka terus membuat perbedaan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi di dalam Kristus dan menolak gagasan bahwa sunat dan peraturan-peraturan lain yang diberikan melalui Musa tidak relevan lagi sekarang. Bagi Paulus, sebagai utusan khusus Kristus kepada bangsa-bangsa lain, kebenaran ini tampak sangat jelas sekali. Ia dipenuhi dengan kegeraman atas cara guru-guru Yudaisme itu merongrong pekerjaannya.
Latar belakang ini menjelaskan ledakan keterkejutannya saat ia secara langsung menyebut anak-anak Galatianya sebagai "Hai orang-orang Galatia yang bodoh" (3:1). Ini hanya satu contoh dari penyebutan langsung dalam surat itu. Kata "saudara-saudara"
(ajdelfoi÷, adelphoi) digunakan sembilan kali sebagai bentuk sapaan dalam surat itu.36
Dalam 4:19, Paulus mengacukan orang-orang Kristen Galatia sebagai anak-anakku (te÷kna mou, tekna mou). Naskah-naskah kuno lainnya memiliki varian bacaan tekni÷a mou (teknia mou),37yang dapat diterjemahkan "anak-anak kecilku" (NKJV; NRSV; ESV) atau "anak-anakku tersayang" (NIV; NLT; GNT). Inilah satu-satunya istilah sayang di dalam keseluruhan surat itu.
Paulus pastinya sangat mencintai anak-anak rohaninya. Bahasa yang ia digunakan dalam ayat 19 untuk menggambarkan hubungan mereka sungguh menyentuh: … aku menderita sakit bersalin lagi, [pa/lin wjdi/nw, palin ōdinō] sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu. Gambaran tentang seorang ibu dalam proses melahirkan ini adalah salah satu gambaran paling emosional dalam semua Kitab Suci. Gambaran di sini mengingatkan kita kepada himbauan Paulus kepada "anak-anak kekasihnya" di Korintus untuk meniru dia. Ia menulis, Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi. Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! (1 Kor. 4:14-16).
Alkitab KJV mengatakan bahwa rasul itu telah "memperanakkan" mereka. Dalam suratnya kepada Filemon, Paulus juga mengacukan secara kiasan perannya dalam membawa seseorang kepada iman sebagai "memperanakkan." Ia menulis, "[Aku] mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang ku[peranakan] selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus" (Filem. 10). Dalam cara yang sama, kata kerja yang muncul dalam kedua teks ini, genna÷w (gennaō), sering digunakan secara kiasan baik tentang Allah dan Roh Kudus (Yoh. 1:13; 3:6, 8; Ibr. 1:5; 5: 5; 1 Yoh. 4:7; 5:1). Bertentangan dengan apa yang beberapa orang telah klaim, kata kerja gennaō juga digunakan bagi tindakan melahirkan oleh seorang perempuan, tetapi biasanya hanya dalam arti harfiah. Misalnya, ini digunakan untuk Elizabeth (Luk. 1:13), Maria (1:16), dan kaum perempuan pada umumnya (Luk. 23:29). Meski istilah yang paling sering digunakan untuk perempuan yang "melahirkan" adalah ti÷ktw (tiktō), kedua kata Yunani itu digunakan untuk perempuan. Dalam kasus kelahiran Yohanes Pembaptis, kedua kata itu digunakan secara sinonim dalam ayat yang sama (Luk. 1:57). Namun begitu, peran laki-laki dalam menjadi ayah dari seorang anak selalu dinyatakan dengan kata gennaō.
Gagasan lain yang menarik tentang bahasa Paulus dalam 4:19 adalah bahwa ia, sebagai seorang laki-laki penulis, menggunakan gambaran feminin "menderita sakit bersalin." Ini bahkan menambahkan lebih banyak kelembutan pada sapaannya kepada "anak-anak kecil"nya dalam bagian pertama ayat itu. Paulus di tempat lain menggunakan gambaran feminin: "Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, … karena kamu telah kami kasihi" (1 Tes. 2:7, 8). Nas dalam Galatia ini jauh lebih jelas, dan kemunculannya dalam surat yang bermuatan negatif menyebabkan nas itu jauh lebih menonjol lagi. Beberapa ayat kemudian, dalam Galatia 4:27, Paulus mengutip sebuah nas dari Yesaya 54:1, yang berisi dua istilah yang menggambarkan proses kelahiran: tiktō ("melahirkan") dan ōdino ("sakit bersalin" atau "menderita sengatan bersalin"). Dalam penerapan literal mereka, kedua istilah itu hanya digunakan untuk wanita, dan istilah yang terakhir mengungkapkan rasa sakit yang luar biasa.
Dari semua ini, jelaslah bahwa Paulus bukan intelektual yang tidak berperasaan seperti yang telah digambarkan oleh banyak orang. Beberapa orang bahkan mengklaim bahwa rasul itu, yang tidak pernah menikah, tidak menghargai kaum perempuan. Mereka mengatakan ini karena cara ia menangani pernikahan dan perceraian. Beberapa orang lain tersinggung oleh ajarannya bahwa istri harus tunduk kepada suami mereka (lihat 1 Kor. 14:34, 35; Efe. 5:22-24; 1 Tim. 2:11-15; Tit 2:3-5; 1 Pet. 3:1-6).
Siapa pun yang membaca Galatia 4:19, 20 tanpa merasakan gejolak yang dahsyat di dalam jiwa Paulus harus mencari masalahnya di dalam hatinya sendiri, bukan di dalam hati Paulus. Inilah salah satu nas paling emosional dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Emosi itu muncul dari realisasi penuh Paulus atas tujuan utama dari semua usaha penginjilannya, yaitu bahwa "Kristus [sedang[ dibentuk; NASB" dalam diri orang-orang yang telah ia bantu untuk menjadi orang Kristen.
Maksud abadi Allah dalam mengungkapkan diri-Nya melalui manifestasi duniawi Anak-Nya, Yesus dari Nazaret, adalah untuk menghasilkan "Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!" (Kol. 1:27). Paulus menyatakan hal ini kepada orang-orang Kristen di tempat lain, namun orang-orang Kristen Galatia telah diperkenalkan kepada pengharapan yang sama. Mereka telah mempercayai injil dan telah dibaptis. Mereka mengenal "pengharapan akan kemuliaan," karena Paulus tidak akan pernah menghilangkan doktrin penting ini dari pemberitaannya.38Namun begitu, orang-orang Kristen Galatia itu telah dialihkan dari pengharapan mereka kepada Yesus oleh mereka yang mengikatkan hukum Taurat ke atas mereka.
Pembentukan Kristus tidak terjadi dalam kehidupan orang-orang Kristen baru ini. Pertumbuhan rohani melibatkan dimensi seperti kemurnian dan kekudusan pribadi; hidup untuk orang lain dengan menunjukkan kepedulian yang aktif; perhatian penuh kasih sayang untuk mereka; dedikasi terhadap maksud dan kehendak Allah dalam menjangkau orang-orang yang sesat; dan kerelaan untuk menderita bagi kepentingan Kristus. Hal itu membutuhkan pengalihan kesenangan seseorang kepada "perkara yang di atas" (Kol. 3:1, 2) dan menjauhkan diri dari hal-hal yang menjauhkan seseorang dari menjalani kehidupan yang kudus. Singkatnya, orang Kristen yang memiliki Kristus yang terbentuk dalam dirinya mencakup semua hal yang memotivasi dan mengarahkan kehidupan Yesus, yang datang "untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Luk. 19:10).
Hasrat Paulus yang dalam dan penuh gairah untuk melaksanakan pelayanannya adalah cerminan Roh dan kemuliaan Yesus, yang dengan sukarela menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan orang lain. Paulus memberitahu gereja Korintus bahwa ia dan rasul-rasul lainnya adalah pelayan dari "sebuah perjanjian baru," yang berbeda dengan Musa, pelayan perjanjian lama. Ia berkata, "Dan kita, yang dengan muka yang tidak berselubung mencerminkan kemuliaan Tuhan sedang diubah ke dalam keserupaan-Nya dengan kemuliaan yang semakin besar…" (2 Kor. 3:18; NIV1984).39Dengan Musa, kemuliaan itu berkurang dan, di bawah tabir penutup, memudar. Namun begitu, semakin sering para rasul itu memproklamirkan pesan Kristus, semakin sering mereka "diubah" (metamorfo/w, metamorphoō) atau "bermetamorfosis" ke dalam gambar-Nya. Apakah tujuan mereka dalam memproklamasikan pesan ini? "Kristus ada di tengah-tengah kamu, pengharapan akan kemuliaan"!
Dalam diri anak-anak Galatia yang Paulus kasihi, perkembangan keserupaan ini sedang dimentahkan. Oleh karena itu, ia sekarang sekali lagi dipaksa untuk menjalani sakit persalinan sampai Kristus terbentuk di dalam mereka. Melakukan tur penginjilan dan membaptis sejumlah orang ke dalam Kristus, yang merupakan kelahiran baru adalah satu hal. Bertekun, "[mengajar] mereka melakukan segala sesuatu" yang Kristus telah perintahkan (Mat. 28:20) dapat menjadi hal lain lagi. Melalui proses pemuridan ini, para mualaf ini menjadi wadah Kristus yang hidup, yang secara teguh memiliki dan dimotivasi oleh "pengharapan akan kemuliaan".
Ayat 20. Paulus mengakhiri permohonan pribadinya dengan mengatakan, Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu. Humoris Oklahoma yang terkenal Will Rogers dikenal karena mengatakan bahwa semua yang ia tahu adalah apa yang ia baca di surat kabar. Banyak orang saat ini, ketika ditanya bagaimana mereka tahu apa yang mereka sedang bicarakan, akan menjawab bahwa mereka membacanya di buku atau lewat daring. Bagi orang zaman dulu, situasinya sangat berbeda: Dokumen-dokumen tertulis, menurut mereka, tidak akan pernah memiliki bobot "suara yang hidup." Fakta ini, bagaimanapun, tampaknya tidak terkait dengan apa yang Paulus sedang katakan di sini. Sebaliknya, sudah jelas bahwa sebelumnya, ketika Paulus pertama kali bertemu dengan orang-orang Galatia, sebuah hubungan yang kuat dan penuh kasih telah terbentuk (4:15). Ia percaya bahwa jika ia bisa hadir lagi bersama mereka, situasinya akan berbeda. Jika mereka mau sekali lagi mendengarkan kepedulian "suara hidup"nya yang penuh gairah, ia mungkin dapat menghidupkan kembali gairah kasih mereka sebelumnya untuk dia. Kehadirannya akan membantu mereka untuk menyadari bahwa setiap nasihat, setiap peringatan, setiap teguran yang ia sudah tulis kepada mereka berasal dari kasih seorang ayah kepada anak-anak rohaninya (lihat 2 Yoh. 12; 3 Yoh. 4, 13, 14).
TFTWMS: Gal 4:21-31 - Kiasan Tentang Hagar Dan Sara KIASAN TENTANG HAGAR DAN SARA (Galatia 4:21-31)
21 Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan huk...
KIASAN TENTANG HAGAR DAN SARA (Galatia 4:21-31)
21 Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? 22 Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? 23 Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji. 24 Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar—25 Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab—dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. 26 Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita. 27 Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami." 28 Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. 29 Tetapi seperti dahulu, ia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini. 30 Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu." 31 Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.
Ayat 21. Paulus memulai dengan mengatakan, Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? Karena orang-orang Galatia itu telah disesatkan oleh guru-guru Yudaisme dan mendasarkan iman mereka pada hukum Taurat Musa, maka Paulus berpaling kepada saksi utamanya untuk menunjukkan kesalahan jalan mereka. Saksi ini adalah "hukum Taurat" itu sendiri. Ia tidak mengarahkan kata-katanya kepada guru-guru Yudaisme itu, tetapi kepada orang-orang Galatia. Secara khusus, yang ia maksudkan adalah para anggota bukan Yahudi dari gereja-gereja ini yang sudah jatuh di bawah pengaruh guru-guru Yudaisme. Harus jangan diasumsikan bahwa saudara-saudara ini tersesat disebabkan oleh kecacatan karakter tertentu yang mereka miliki. Mungkin pendirian mereka mudah digoyahkan; beberapa orang bahkan telah menyifatkan mereka sebagai plin-plan. Namun begitu, pengaruh persuasif dari guru-guru Yudaisme, mentor mereka yang terbaru, harus jangan diremehkan. Mereka mengaku mengabarkan Firman Allah yang asli, hukum Taurat. Orang-orang Galatia itu ingin "berada di bawah hukum Taurat" hanya karena mereka sudah yakin bahwa alur perbaikan ini memang perlu dilakukan untuk menyukakan Allah.
Tidak diragukan lagi, Paulus sendiri setidaknya telah mendasarkan beberapa pemberitaannya pada hukum Taurat. Saat guru-guru Yudaisme itu datang dan menunjukkan bahwa ada banyak hal di dalam hukum Taurat yang Paulus tidak beritakan, kepercayaan umat Kristen Galatia terhadap Paulus (yang tidak lagi berada di tengah-tengah mereka) telah diguncang sedemikian rupa sehingga menciptakan krisis iman sungguhan. Lagi pula, bukankah Yesus sendiri mengatakan bahwa "keselamatan datang dari orang Yahudi" (Yoh. 4:22)? Ini tidak menyiratkan bahwa Paulus akan sudah mengutip persis kata-kata Yesus ini kepada orang-orang Galatia itu. Namun begitu, sebagai rasul yang terilham, ia sudah dapat mengetahui kutipan tersebut melalui pengilhaman (lihat Kisah 20:35; 1 Kor. 11:23-25; 15:3-8; Gal. 1:11, 12).
Kata Yunani untuk "mendengarkan" (ajkou÷w, akouō) dapat juga diterjemahkan "menangkap suara" (KJV; NKJV). Dalam banyak contoh, Kitab Suci digambarkan sebagai sedang bicara, seperti dalam ungkapan "Kitab suci digenapi yang mengatakan" (Yak. 2:23; NASB) dan "Bukankah Kitab Suci mengatakan …?" (Yoh. 7:42; NASB). Suara Kitab Suci didengar sama pastinya dengan suara saksi hidup, mungkin karena pada zaman kuno Kitab Suci biasanya dibacakan dengan suara keras. Dengan menyebutkan hukum Taurat, Paulus sedang menantang, "Bawalah saksi utamamu. Marilah kita dengarkan apa yang ia harus katakan untuk membela kamu. Kamu akan segera mengetahui bahwa ia, pada kenyataannya, adalah saksi utama kami." Kita harus ingat bahwa "hukum Taurat" adalah lebih daripada sekedar perintah biasa atau kumpulan peraturan dan ketetapan hukum, yang pelanggaran terhadapnya mengakibatkan denda atau hukuman yang sepadan.
"Hukum Taurat" (no÷moß, nomos) disebutkan dua kali: "Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat?" (huruf miring ditambahkan). Dalam kemunculan pertamanya dalam bahasa Inggris, seperti juga dalam bahasa Yunani, kata sandang pasti "the" tidak ada. Dari sini, beberapa orang menyimpulkan bahwa Paulus sedang bicara tentang hukum pada umumnya sebagai sistem hukum atau pembenaran berdasarkan jasa. Namun begitu, dalam bahasa Yunani sebuah kata benda yang langsung didahului oleh sebuah preposisi biasanya dianggap sebagai hal yang pasti meski tidak ada kata sandangnya. Oleh karena itu, meski teks asli tertulis "di bawah hukum," itu tidak harus berarti bahwa Paulus sedang bicara tentang hukum pada umumnya atau pembenaran oleh hukum.
Selanjutnya, jelas terlihat bahwa kemunculan kedua kata "hukum" dalam ayat 21 mengacu kepada Kitab Suci dalam Kejadian yang menceritakan Abraham, kedua anaknya (Ishak dan Ismael), dan ibu mereka masing-masing (Sara dan Hagar). Konteksnya tidak akan mengizinkan penafsiran lain selain hanya bahwa "hukum" ini adalah Taurat. Karena kemunculan kedua kata "hukum" itu secara jelas mengacu kepada Kitab Suci, tampaknya logis bahwa contoh pertama akan mengacu kepada hal yang sama. Tentu saja, tidak ada aturan tata bahasa yang dapat mencegah hal ini.
Sebenarnya, "hukum" yang Paulus ingin orang-orang Galatia itu dengarkan adalah bukan hukum sama sekali, meski penggunaannya atas istilah itu tidak berbeda dari penggunaan populer zaman kini atau dari para penulis Perjanjian Baru lainnya yang terilham dan bahkan dari Yesus sendiri. Kita bicara, sebagaima mereka, tentang "hukum Taurat dan kitab para nabi"; dan kita mengacukan Perjanjian Lama sebagai "hukum Taurat" dan Perjanjian Baru sebagai "injil." Dalam bagian teks kita ini, penekanannya secara khusus ada pada bagian narasi Pentateukh dalam Kejadian 16-21. Kata Ibrani hr`oT (torah) diterjemahkan "hukum" hampir dua ratus kali dalam Alkitab NASB, tetapi arti tepatnya kata itu adalah "instruksi"40atau "pengajaran,"41bukan "hukum," seperti dalam hukum Musa.
Penggunaan hukum Taurat yang Paulus lakukan dalam 4:21-31 pada mulanya mungkin membingungkan orang-orang yang tidak terbiasa dengan pola pikir oriental dari rabi Yudaisme. Harus diingat bahwa Paulus pernah berguru di kaki Gamaliel (Kisah 22:3) dan bahwa, meski argumentasi semacam ini mungkin tampak aneh bagi kita, tapi itu sudah umum di antara para rabi di zamannya.
Ayat 22. Paulus memperkenalkan ajaran kiasannya dari Kitab Suci dengan menyatakan, Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Pernyataan ini juga didasarkan pada bagian cerita dari Kejadian 16-21, yang menceritakan kisah "perempuan hamba," Hagar, yang melahirkan Ismael anaknya. Kisah itu juga mengungkapkan bahwa "perempuan merdeka," Sara, melahirkan Ishak anaknya. Ishak adalah anak perjanjian yang telah lama dinantikan, yang lahir baginya di masa tuanya.
Ayat 23. Rasul Paulus membedakan kedua anak itu: Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji. Ismael lahir dengan cara yang sepenuhnya normal dari prokreasi manusia, melalui hubungan seksual Abraham dan Hagar, hamba yang Sara berikan kepada Abraham untuk tujuan ini. Secara teknis, tampaknya Ishak dilahirkan oleh Sara dengan cara yang persis sama. Namun begitu, perbedaan yang menentukan terdapat pada lompatan besar iman Abraham, yang percaya kepada harapan di mana, menurut pertimbangan manusia, tidak ada lagi harapan (Rom. 4:18). Ia mempertimbangkan fakta bahwa . . . tubuhnya sudah sangat lemah karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan (Roma 4:19-21).
Penulis Ibrani menjelaskan, Oleh iman Abraham, walaupun usianya sudah lewat—dan Sara sendiri mandul— dimampukan untuk menjadi seorang bapak karena ia menganggap setia Dia yang telah memberikan janji itu. Jadi dari satu orang ini, dan ia adalah orang yang telah mati pucuk, keluarlah keturunan sebanyak bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya (Ibr. 11:11, 12; NIV1984).42
Beberapa kebenaran tertentu menjadi jelas ketika kita mempertimbangkan konteks masing-masing dari Galatia 4:23, Roma 4:18-21, dan Ibrani 11:11, 12. (1) Berbeda dengan kelahiran Ismael "yang menurut daging," Ishak lahir "oleh karena janji" (Gal. 4:23). (2) Di mana tidak ada harapan, Abraham tetap berharap dan "percaya, sehingga ia dapat menjadi bapak bagi banyak bangsa" (Rom. 4:18). (3) Oleh karena iman Abraham kepada Allah dan janji-Nya, maka ia "dimampukan untuk menjadi seorang bapak" dan memiliki "keturunan sebanyak bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya" (Ibrani 11: 11, 12; NIV1984).
Apakah ada unsur "mujizat" yang terlibat dalam kelahiran Ishak yang sebanding dengan kelahiran Yesus? Kita tidak dapat memberanikan diri untuk menjelaskan "mujizat" itu; tapi Galatia 4:29 mengatakan bahwa Ishak lahir "menurut Roh" (to«n kata pneuvma, ton kata pneuma), sedangkan Ismael lahir "menurut daging" (o kata sa/rka, ho kata sarka).
Yang terutama menarik dalam hubungan ini adalah bahasa yang Yesus gunakan dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus untuk mengungkapkan perbedaan antara kelahiran fisik alami dan kelahiran baru orang Kristen: "Apa yang dilahirkan dari daging" [ejk thvß sarko«ß, ek tēs sarkos] adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh [ejk tou◊ pneu/matoß, ek tou pneumatos] adalah roh"(Yoh. 3:6). Para penerjemah, dalam frasa terakhir, telah memberikan huruf besar pada kemunculan pertama kata "Roh" tapi tidak pada yang kedua. Ini benar, karena Yesus sedang menjelaskan bahwa, dalam tatanan penciptaan dan prokreasi yang alami, kehidupan menghasilkan sesuai jenisnya (Kej. 1:21-25). Jelas terlihat bahwa Nikodemus hanya sedang memikirkan kelahiran fisik (Yoh. 3:4). Yesus sedang dalam proses mengajar dia tentang kelahiran baru, kelahiran "dari air dan Roh" (ejx u¢datoß kai« pneu/matoß, ex hudatos kai pneumatos) (Yoh. 3:5; huruf miring ditambahkan). "Ciptaan baru" ini (Galatia 6:15; KJV) sekarang, dengan iman, adalah anak Allah (3:26-29). Ia telah menerima Roh Anak Allah (4:5, 6; Kisah 2:38; Rom. 8:9, 10), dan ia diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan sifat barunya yang baru lahir (Gal. 5:16, 17).
Roh tidak diragukan lagi ikut bekerja dalam menghasilkan kelahiran Ishak. Selanjutnya, siapa saja yang menganggap serius apa yang Perjanjian Baru katakan tentang kelahiran orang Kristen "dari air dan Roh" akan menyadari bahwa perubahan yang terjadi di dalam hati seorang anak adalah disebabkan oleh karya Roh Kudus. Pada kenyataannya, Roh Allah adalah agen penghasil yang nyata yang mendatangkan perubahan dalam sifat dan pengaruhnya bahkan kepindahannya "dari dalam maut ke dalam hidup" (Yoh. 5:24). Kita tentu akan sangat ragu, bagaimanapun, untuk mengatakan bahwa karena Roh Kudus ikut bekerja dalam kelahiran Ishak maka Ia juga ikut bekerja dalam mempengaruhi kelahiran baru orang Kristen—dan juga merupakan agen yang menyebabkan kelahiran Yesus (Luk. 1:34, 35)—bahwa ketiga hal itu dapat dianggap berlangsung pada taraf yang sama atau dengan hasil yang sama.
Tentu saja, baik kelahiran Ishak maupun kelahiran baru orang Kristen tidak dapat dibandingkan dengan kelahiran Yesus, yang, bagaimanapun, adalah monogenh/ß touv qeouv (monogenēs tou Theou), "diperanakkan hanya dari Allah." Dalam satu nas, Ia bahkan disebut monogenh/ß qeo÷ß (monogenēs Theos), "satu-satunya yang diperanakaan hanya dari Allah" (Yoh. 1:18). Kita tidak dapat memahami sifat sebenarnya ke-Allahan, tapi kita tahu bahwa kelahiran Yesus adalah sesuatu yang unik. Bahkan, kamus Walter Bauer mendefinisikan monogenes sebagai "satu-satunya" atau "unik (dalam jenis)." Kata itu menunjukkan "satu-satunya dari jenisnya atau kelasnya."43Tidak pernah ada kelahiran lain seperti kelahiran Yesus, dan juga tidak akan pernah terjadi.
Atas dasar nas-nas yang dikutip itu, tidak dapat diragukan lagi bahwa Ishak lahir dari benih Abraham, dikandung dalam rahim Sara. Dalam pengertian ini, kelahirannya—meski luar biasa oleh karena usia orang tuanya dan kemandulan Sara sebelumnya—adalah kelahiran fisik yang normal. Namun begitu, kelahiran ini dikaitkan dengan iman bapaknya kepada janji Allah. Di mana iman bekerja untuk merespons firman Allah, apakah ada sesuatu yang tidak mungkin? Lagi pula, bukankah Yesus sendiri mengatakan bahwa "bagi Allah segala sesuatu mungkin" (Mat. 19:26)?
Ayat 24-26. Paulus memberi kunci untuk menafsirkan bagian ini ketika ia menulis, Ini adalah suatu kiasan. Kata kerja majemuk yang digunakan di sini adalah ajllhgore/w (allēgoreō), yang terdiri dari a¡lloß (allos, "lain") dan ajgoreu÷w (agoreuō, "berbicara secara terbuka" atau "berbicara dalam agora"). Itu murni kata Yunani; asal-usulnya kembali ke zaman klasik ketika orang-orang bicara dalam perhimpunan umum, mungkin di agora/pasar. Kata itu telah mempertahankan sebagian besar makna aslinya mengenai "cara bicara yang lain" atau "cara mengatakan sesuatu yang berbeda," yaitu, "berbicara secara kiasan." Sebuah alegori adalah semacam perumpamaan, suatu pelajaran yang disampaikan secara kiasan.
Setelah menetapkan sejarah keluarga Abraham dalam 4:22, 23, Paulus melanjutkan dengan membuat penerapan alegori/kiasan:
Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar— Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab—dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.
Sekilas, penerapan figuratif oleh Paulus atas peristiwa sejarah itu sepertinya mengejutkan. Tidak diragukan lagi, guru-guru Yudaisme itu pasti akan sudah terkejut karenanya!44Kita mungkin bertanya, "Bagaimana Paulus dapat mengatakan bahwa Hagar (hamba perempuan dari Mesir milik Sara) melambangkan 'Yerusalem yang sekarang' (ibu kota orang Yahudi) yang 'hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya' (orang Yahudi)? Bagaimana bisa orang-orang Yahudi dilambangkan dengan Ismael (leluhur bangsa Arab)?" Untuk memahami kiasan Paulus itu, kita harus menerima penerapan yang ia buat.
Paulus sedang menggunakan para anggota keluarga Abraham ini secara simbolis untuk melambangkan dua perjanjian. (1) Ia berkata Hagar melambangkan perjanjian hukum Taurat, yang diberikan di Gunung Sinai. (2) Sara melambangkan perjanjian janji. Janji ini dibuat kepada Abraham tentang benih atau keturunannya; janji itu oleh kasih karunia, terlepas dari hukum Taurat. (3) Ia menggunakan anak Hagar, Ismael, untuk melambangkan umat perjanjian lama Allah, Israel. (4) Ishak sesuai dengan umat perjanjian baru Allah, Israel-Nya yang baru yang beriman, orang Kristen (3:26-29).
Hagar adalah hamba perempuan Sara, seorang budak. Karena itu, sesuai dengan kebiasaan kuno, anak yang lahir dari seorang ibu budak ini, Ismael, juga menjadi seorang budak. Mengapa Hagar dan Ismael digunakan untuk melambangkan Gunung Sinai, Yerusalem, dan orang Yahudi? Gunung Sinai adalah tempat di mana hukum Taurat pernah diberikan kepada bangsa Israel melalui Musa. Yerusalem adalah kota suci orang Yahudi, banyak di antaranya masih menganjurkan kepatuhan kepada hukum Taurat. Mereka yang berada di bawah hukum Taurat, Perjanjian dari Sinai, berada dalam perbudakan dosa. Perbudakan adalah kaitan yang umum dalam hubungan ini.
Meski Sara, istri Abraham, pernah mandul selama bertahun-tahun, namun akhirnya ia melahirkan Ishak. Kedatangan Ishak terjadi sebagai hasil dari janji yang Allah telah janjikan kepada Abraham. Sebagai anak laki-laki yang lahir merdeka, Ishak adalah ahli waris Abraham. Oleh karena itu, Paulus menggunakan Sara dan Ishak sebagai simbol perjanjian baru, orang Kristen, dan Yerusalem sorgawi. Melalui iman yang patuh kepada Yesus, orang Kristen telah dimerdekakan dari dosa-dosa mereka dan sekarang menjadi anak dan ahli waris Allah (4:6, 7). Kemerdekaan, status anak, dan warisan adalah kaitan yang umum dalam hubungan ini.
Kata kerja yang diterjemahkan "sama dengan" (sustoice/w, sustoicheō) dalam 4:25 berarti "milik kolom yang sama."45Lightfoot memberikan alat bantu peraga untuk alegori ini dengan menempatkan bagian-bagiannya yang sesuai dalam dua kolom. Kolom yang pertama memberikan arti harfiah atau duniawi; yang kedua, memberikan arti yang metaforis atau rohani.
Arti Duniawi Hagar, perempuan hamba Ismael, anak menurut daging Perjanjian lama Yerusalem duniawi dll.
Arti Rohani Sara, perempuan merdeka Ishak, anak janji Perjanjian baru Yerusalem surgawi dll.46
Dengan memperluas gagasan ini, James Burton Coffman memvisualisasikan alegori itu dengan cara ini:
Yudaisme Perempuan hamba, Hagar Ismael, anak perempuan hamba Kelahiran alami Gunung Sinai, Yerusalem duniawi Perbudakan Banyak pada awalnya, tapi kemudian: Keturunannya relatif sedikit Penganiaya Diusir dari janji Yahudi, Israel jasmani, diperbudak Agama Kristen Perempuan merdeka, Sara Ishak, anak perempuan merdeka Kelahiran supernatural oleh janji Gunung Sion, perjanjian sorgawi Yerusalem sorgawi Merdeka Awalnya mandul, tapi kemudian: Keturunannya tak terhitung Dianiaya Ahli waris dari janji Orang Kristen, Israel rohani, merdeka47
Ayat 27. Paulus selanjutnya mengacu kepada Yesaya 54:1 untuk memajukan kasusnya: Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami."
Dalam catatan Kejadian, Hagar dengan segera melahirkan seorang anak bagi Abraham. Ketika perjanjian ditetapkan di Sinai, itu segera melahirkan ribuan anak dari perjanjian itu: seluruh bangsa Israel. Sebaliknya, Sara mandul dan harus menunggu sampai usianya sembilan puluh tahun untuk melahirkan Ishak. Dengan cara yang sama, perjanjian janji membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.
Janji yang diberikan kepada Abraham bahwa semua bangsa akan diberkati melalui "benih"nya harus menunggu. Menurut Paulus, 430 tahun berlalu antara janji itu dan pemberian hukum Taurat di Sinai; dan masih akan ada 1.440 tahun sebelum datangnya "benih" itu, yang adalah "Kristus" (3:16). Secara keseluruhan, ada masa tunggu sekitar dua ribu tahun. Seperti Sara, umat Allah telah menunggu sangat lama sekali sampai datangnya zaman injil dengan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta pertama setelah kenaikan Kristus. Saat itulah keturunan rohaninya yang pertama lahir; "Sekitar tiga ribu jiwa" lahir dari air dan Roh pada hari itu (Kisah 2:38, 41).
Ini baru permulaan. Meski orang-orang Yahudi tersebar di sekitar Kekaisaran Romawi pada waktu itu, jumlah orang Kristen Yahudi dengan cepat meningkat menjadi ribuan orang, seperti yang tercatat dalam Kisah Para Rasul (Kisah 21:20). Para penguasa Yahudi, khususnya saat melihat banyak orang bukan Yahudi yang percaya ditambahkan kepada iman yang baru itu, mulai ketakutan dan merasa iri hati sehingga mereka memelopori penganiayaan. Ini juga telah diramalkan. Paulus mengutip dari Yesaya, "Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami" (4:27; lihat Yes. 54:1). Pada akhirnya, anak-anak perjanjian baru—anak-anak rohani Abraham (Gal. 3:26-29), "Israel milik Allah" (6:16)—akan jauh lebih banyak daripada anak-anak dari perjanjian Sinai yang lama, seperti yang telah dibuktikan oleh sejarah selanjutnya yang berawal dari Pentakosta pertama zaman injil.
Ayat 28. Paulus mulai menerapkan alegori itu kepada situasi Galatia—dan kepada semua orang Kristen pada tahun-tahun mendatang. Ia mengatakan, Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. Kelahiran Ishak dihasilkan dari janji Allah kepada Abraham bahwa ia dan Sara akan memiliki seorang putra. Demikian pula, "saudara-saudara" Galatia itu telah mengalami kelahiran baru sebagai hasil dari "janji" Allah kepada Abraham bahwa, melalui "benih"nya (Kristus), semua bangsa akan diberkati. Janji tersebut menunjuk kepada perjanjian yang dilambangkan oleh Sara, "Yerusalem sorgawi" (4:26). Orang-orang Kristen adalah anak-anak dari perjanjian baru dan warga negara dari "Yerusalem sorgawi" yang rohani dan kekal, "Gunung Sion," "kota Allah yang hidup" (Ibr. 12:22, 23).
Ishak adalah anak merdeka dari Abraham dan Sara. Sebagai anak-anak dari perempuan merdeka, orang Kristen juga merdeka dalam banyak hal. Kita merdeka dari … peraturan apa saja tentang keturunan jasmani (Mat. 3:9); kewajiban apa saja untuk menjaga tradisi manusia yang sebenarnya adalah "doktrin [dan] ajaran manusia" (Mat. 15:1-3, 8, 9; NASB); pelbagai konsekuensi, rasa bersalah, dan tirani dosa (Rom. 6:7, 18; 7:23); perbudakan manusia secara universal berupa rasa takut terhadap kematian (Ibr. 2:14, 15); kuk hukum Taurat yang tidak dapat dipikul oleh siapa saja (Gal. 5:1; Kisah 15:10); kutuk hukum Taurat melalui penebusan yang dapat dilakukan hanya oleh Yesus dengan menjadi kutuk bagi kita (Gal. 3:13).
Tuhan sendiri berkata, "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka" (Yoh. 8:36).
Satu aspek penebusan menjadi milik kita hanya dalam bentuk harapan. Kesamaan dengan bumi yang belum diselamatkan, kita yang memiliki "karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembe-basan tubuh kita," menurut Roma 8:23 (see Rom. 8:18-25). Meski kita telah menerima "pengangkatan sebagai anak" dan akibatnya juga "Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!'" (Gal. 4:5, 6), kita masih mengalami penderitaan fisik dan penderitaan seperti yang dialami bumi yang belum diselamatkan. Paulus menyurati umat Kristen di Efesus, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya" (Efe. 1:7). Namun demikian, dalam surat yang sama, ia menasihati saudara-saudara ini, "Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan" (Efe. 4:30). "Hari penyelamatan" ini jelas merupakan "hari Tuhan," hari penghakiman. Pada hari ini, "semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan keluar—mereka yang telah berbuat apa yang baik bangkit untuk hidup, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum" (Yoh. 5:28, 29; NIV). Pada waktu itu, ketika Tuhan datang lagi, Ia "akan mengubah tubuh kita yang hina ini sehingga dapat sesuai dengan tubuh-Nya yang mulia" (Flp. 3:21; NKJV). Dalam kebangkitanlah "penebusan tubuh kita" yang terakhir (Rom. 8:23) akan berlangsung dan kita akan dibawa "masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah" (Rom. 8:21; NIV1984).
Galatia 4:28 berfungsi sebagai uraian baru yang singkat dari apa yang Paulus telah katakan: "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.… Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah" (3:26-29). Janji Allah kepada Abraham menghasilkan perjanjian baru berupa kasih karunia yang diundangkan oleh darah Kristus (Luk. 22:20; Ibr. 8:10-12). Perjanjian itu terlihat sangat beda dengan perjanjian hukum Taurat yang memperbudak yang diberikan di Gunung Sinai, yang harus diakhiri (Ibr. 8:13; 10:9, 10).
Ayat 29. Di sini peranan yang berbeda dari dua anak di dalam alegori itu dikembangkan lebih lanjut. Ismael, anak Hagar ("perempuan hamba"), diperanakkan menurut daging. Sebaliknya, Ishak, putra Sara ("perempuan merdeka"), diperanakkan menurut Roh. Pada zaman itu, Ismael menganiaya (diw÷kw, diōkō) Ishak. Kata-kata ini tidak muncul dalam Perjanjian Lama, namun acuan itu tampaknya berkaitan dengan pelbagai peristiwa pada pesta perayaan penyapihan Ishak.48Pada kesempatan itu, "Sara melihat anak Hagar perempuan Mesir, yang ia lahirkan bagi Abraham, mengejek" (Kej. 21:9; NASB). Kata Ibrani untuk "mengejek" (qt^x*, tsachaq) dapat memiliki berbagai makna, tergantung pada konteksnya. Itu dapat berarti "tertawa" atau "bermain";49tapi terkadang kata itu memiliki konotasi negatif dan jahat "mengolok-olok" atau "mengejek" (lihat Kej. 39:14; 2 Taw. 30:10).50Ismael akan sudah berusia enam belas atau tujuh belas tahun saat Ishak disapih sebagai balita.51Dibutuhkan sedikit imajinasi untuk melihat bagaimana ejekan itu memuncak hingga ke titik kejengkelan yang menyakitkan atau "penganiayaan." Bagaimanapun, "dianiaya" adalah kata yang rasul terilham itu pilih untuk digunakan dalam mengacukan situasi itu.
Sama seperti Ismael telah menganiaya Ishak, Paulus mengatakan, Demikian juga sekarang ini. Kata-kata ini mungkin secara khusus telah berlaku bagi situasinya sendiri saat ia menulis surat Galatia. Jika suratnya itu ditulis pada awal 48-49 M., tepat setelah perjalanan misi yang pertama, selagi Paulus dan Barnabas sedang menghabiskan beberapa waktu bersama gereja di Antiokhia Siria (Kisah 14:26-28), luka-luka yang Paulus derita dari perajaman di Listra mungkin masih dalam proses penyembuhan. Menjelang awal perjalanan itu, para misionaris itu telah ditentang di Pafos, di pantai barat Siprus, oleh seorang "Yahudi bernama Baryesus. Ia seorang tukang sihir dan nabi palsu" (Kisah 13:6-12).
Di Antiokhia Pisidia, sebuah pola mulai berkembang di antara orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Setelah melihat kerumunan orang berkumpul untuk mendengar Paulus dan Barnabas berkhotbah, mereka yang digerakkan oleh perasaan iri hati "menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah, dan pembesar-pembesar di kota itu, dan mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas dan mengusir mereka dari daerah itu" (Kisah 13:42-50). Di Ikonium, kedua misionaris tersebut baru saja lolos dari pelemparan batu (Kisah 14:1-6). Sementara di Listra, Paulus tidak begitu beruntung; karena di sana "datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati" (Kisah 14:19).
Penganiayaan Ismael terhadap Ishak sejajar dengan penganiayaan tanpa ampun dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya terhadap Paulus. Meski Paulus sendiri secara etnis adalah orang Yahudi dan dalam usaha giatnya yang salah arah pernah menganiaya umat Kristen, ia kemudian mengalami kelahiran baru. Ia sekarang termasuk di antara orang-orang Kristen, orang-orang "yang diperanakkan menurut Roh" (Gal. 4:29). Ia berada di dalam Kristus, di mana perbedaan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi telah dilenyapkan. Sebagai hasil perubahan hidupnya, mantan penganiaya itu telah menjadi orang yang dianiaya. Ia mendapatkan dirinya dalam posisi Ishak, korban ejekan dari abangnya "menurut daging." Seperti Paulus (5:11), orang-orang Kristen Galatia telah dianiaya oleh karena iman mereka kepada Yesus (3:4) .
Ayat 30. Ayat ini memiliki pertanyaan Tetapi apa kata nas Kitab Suci? Jawabannya dikutip, secara agak lepas, dari Kejadian 21:10: " Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu." Dalam konteks aslinya, kata-kata ini diucapkan oleh Sara, yang merasa kesal melihat Ismael, anak dari Hagar saingannya, memprovokasi Ishak. Yang memperburuk keadaan, penganiayaan itu terjadi pada waktu perayaan untuk menghormati penyapihan Ishak.
Secara manusiawi, apa yang Sara minta itu tampaknya merupakan hukuman yang kejam dan tidak adil, jauh tidak seimbang dengan perilaku remaja itu. Dari reaksi Abraham, kita dapat melihat bahwa perasaannya itu mirip dengan perasaan kita sendiri, meski jauh lebih personal. Kita baca, "Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu" (Kej. 21:11).
Meski respons Abraham itu tampaknya tepat, namun Allah yang mahatahu memiliki tujuan dan rencana-Nya sendiri—tidak hanya untuk Ishak dan keturunannya, tetapi juga untuk Ismael dan keturunannya. Abraham ditakdirkan tidak hanya menjadi ayah dari bangsa Israel, tetapi juga untuk menjadi "bapak dari banyak bangsa" (Kej 17:5). Atas dasar janji inilah nama Abraham diubah dari "Abram" ("bapak yang agung") menjadi "Abraham" ("bapak sejumlah besar bangsa").
Perubahan nama ini terjadi ketika Abraham berusia sembilan puluh sembilan tahun. Pada kesempatan ini, ia dikunjungi oleh Allah dan memberitahu dia bahwa, pada saat yang sama pada tahun depan, Sara, yang usianya saat itu delapan puluh sembilan tahun, akan melahirkan seorang anak laki-laki. Luar biasa, "Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa," serta berkata, "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" (Kej. 17:17, 18). Allah juga memperhatikan Ismael, karena Ia telah berkata, "Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar" (Kej. 17:20).
Pada waktu ini, Allah menginstruksikan Abraham, "Janganlah sebal hatimu karena hal anak [Ismael] dan budakmu [Hagar] itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak" (Kej. 21:12). Abraham taat kepada Allah dan mengusir Hagar dan Ismael (Kej. 21:14). Tindakan ini meyakinkan Sara akan keselamatan Ishak dan menetapkan Ishak sebagai satu-satunya "ahli waris" kekayaan Abraham (Kej. 24:36; 25:5, 6). Ismael tidak akan menjadi peserta ahli waris bersama Ishak.
Kebenaran rohani apakah yang terkandung dalam contoh ini bagi orang-orang Kristen di Galatia? Paulus sedang menekankan bahwa orang-orang Yahudi menurut daging (yang dilambangkan oleh Ismael) tidak memiliki warisan di dalam kerajaan Allah. Sebaliknya, satu-satunya warisan di bawah perjanjian baru adalah untuk orang-orang Kristen yang telah lahir dari Roh (diwakili oleh Ishak). Menurut Robert L. Johnson, "Maksud Paulus adalah bahwa warisan ini hanya milik benih rohani Abraham. Tidak akan ada kompromi antara daging dan roh, perbudakan [dan] kemerdekaan. Hukum Taurat dan Injil tidak dapat hidup berdampingan."52
Ayat 31. Paulus menyimpulkan, Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka. Ia sedang menekankan bahwa orang Kristen bukan anak-anak perjanjian dari Sinai, yaitu hukum Taurat. Ini bukan pertama kali ia mengatakan hal ini, juga bukan yang terakhir kali. Ia membuat banyak pernyataan lain di Galatia yang menunjukkan konsekuensi buruk yang melekat pada hukum Taurat:
Apa yang diajarkan oleh guru-guru Yudaisme adalah "injil yang lain" (1: 6), sebuah injil yang menyimpang (1: 7).
Paulus memberitahu Petrus di hadapan saudara-saudara itu, "Sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat," anugerah Allah telah dibatalkan dan "Kristus mati sia-sia" (2:21).
Semua orang yang hidup "dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk" (3:10).
"Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, … Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, … Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun" (3:23-25).
"Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, … untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat" (4:3-5).
"Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (4:7).
"Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu … jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan" (5:1).
"Siapa saja yang berusaha untuk "dibenarkan oleh hukum [Taurat]" adalah "lepas dari Kristus" dan sudah "hidup di luar kasih karunia" (5:4).
"Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat" (5:18).
Paulus menyatakan bahwa "kita bukan anak-anak dari seorang perempuan hamba, tetapi dari sang perempuan merdeka" (huruf miring ditambahkan). Seperti dalam teks Yunani, Alkitab NASB tidak memiliki kata sandang pasti ("the") sebelum "perempuan hamba"; tapi kata itu terdapat sebelum "perempuan merdeka." Gagasan tentang jenis atau kualitas terkandung di dalam contoh yang pertama, sedangkan identitas diungkapkan dalam contoh yang kedua. Dengan kata lain, orang-orang Kristen "bukanlah anak-anak dari perempuan semacam itu seperti seorang hamba, melainkan dari dia (Sara) yang merdeka." Ungkapan Paulus itu menurunkan Hagar sebagai lebih rendah dan meninggikan Sara dalam martabat dan status.53
Makna alegori itu terletak pada perbedaan antara dua perjanjian. Sebagai orang Kristen, kita tidak berutang asal kita maupun pengangakatan kita sebagai anak-anak Allah kepada hukum Taurat. Di dalam Kristus, tidak ada lagi perbedaan seperti orang Yahudi atau bukan Yahudi, sunat atau tidak disunat, budak atau orang merdeka.54
Mereka yang di dalam Kristus bebas dari kuk hukum Taurat yang tak tertahankan (5:1), bebas dari penghukuman (Rom. 8:1, 2), dan bebas dari kutuk hukum Taurat (Gal. 3:13). Semua orang yang telah dibeli oleh darah Anak Domba sekarang adalah orang-orang yang ditebus oleh Allah dan tempat Roh Allah menetap.
Yesus memberitahu perempuan Samaria bahwa "keselamatan datang dari orang Yahudi" (Yoh. 4:22). Namun begitu, pernyataan ini tidak berarti bahwa kuasa apa saja yang menyelamatkan datang dari orang Yahudi, Yudaisme, atau hukum Taurat. Sebaliknya, Allah memilih Israel sebagai alat-Nya untuk mengantarkan Juruselamat ke dalam dunia. Keselamatan harus ditemukan secara eksklusif di dalam Yesus. Hukum Taurat bersaksi tentang hidup yang kekal, namun tidak dapat memberikan hidup itu; karena hidup itu dapat diperoleh hanya di dalam Kristus.55
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menu...
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:
- (1) Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
- (2) Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?
Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.
Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
- (1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
- (2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.
Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
- (1) Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
- (2) berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem (bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
- (3) beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.
- (1) Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).
- (2) Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).
- (3) Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).
Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4), saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator (Gal 3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:
- (1) Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).
- (2) Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
- (3) Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat (akan tetapi Lihat "PENDAHULUAN SURAT EFESUS" 08197).
- (4) Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).
Full Life: Galatia (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Gal 1:1-10)
A. Salam
(Gal 1:1-5)
B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan I...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Gal 1:1-10) - A. Salam
(Gal 1:1-5) - B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia
(Gal 1:6-10) - I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi)
(Gal 1:11-2:21) - A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus
(Gal 1:11-24) - B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes
(Gal 2:1-10) - C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus
(Gal 2:11-21) - II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran)
(Gal 3:1-4:31) - A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik
(Gal 3:1-14) - B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat
(Gal 3:15-24) - C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba
(Gal 3:25-4:7) - D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka
(Gal 4:8-20) - E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak
(Gal 4:21-31) - III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis)
(Gal 5:1-6:10) - A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia
(Gal 5:1-12) - 1. Memelihara Kebebasan Kristen
(Gal 5:1) - 2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat
(Gal 5:2-12) - B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk Memperturutkan
Tabiat Berdosa
(Gal 5:13-26) - 1. Perintah Kasih
(Gal 5:13-15) - 2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa
(Gal 5:16-26) - C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus
(Gal 6:1-10) - 1. Saling Menanggung Beban
(Gal 6:1-5) - 2. Menolong Pelayan Firman Allah
(Gal 6:6) - 3. Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik
(Gal 6:7-10) - Penutup
(Gal 6:11-18)
Matthew Henry: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di sua...
- Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di suatu negeri atau provinsi, karena Galatia itu sebuah provinsi. Besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat di Galatia ini pertama kali bertobat dan memeluk iman Kristen melalui pelayanan Paulus. Atau, kalau bukan dia yang menanam jemaat, paling tidak ia sudah terlibat menyirami jemaat-jemaat ini, seperti yang tampak jelas dari surat ini sendiri, dan juga dari Kisah Para Rasul 18:23. Dalam Kisah Para Rasul itu, kita mendapati Paulus menjelajahi seluruh negeri Galatia dan kemudian Frigia, untuk meneguhkan hati semua murid. Selama ia berada bersama mereka, mereka menunjukkan penghormatan dan kasih sayang mereka yang teramat besar baik terhadap dia pribadi maupun pelayanannya. Akan tetapi, tidak lama setelah ia tidak lagi bersama mereka, beberapa pengajar yang masih berpegang pada agama Yahudi menyusup di antara mereka. Dengan kepintaran dan hasutan mereka, jemaat-jemaat di Galatia segera saja merendahkan pribadi Paulus dan pelayanannya. Yang menjadi tujuan utama dari para pengajar palsu ini adalah menjauhkan mereka dari kebenaran di dalam Yesus, terutama yang berkenaan dengan ajaran agung tentang pembenaran, yang jelas-jelas mereka selewengkan. Mereka menegaskan pentingnya paduan antara pelaksanaan hukum Musa dan iman di dalam Kristus untuk mendapat pembenaran. Dan, untuk mencapai tujuan ini dengan lebih baik, mereka berbuat semampu mereka untuk merendahkan tabiat dan nama baik Rasul Paulus, dan meninggikan nama baik mereka sendiri di atas kehancuran namanya. Mereka menggambarkan dia sebagai orang yang, kalaupun diakui sebagai rasul, jauh lebih rendah daripada rasul-rasul lain, dan khususnya sebagai orang yang tidak layak mendapat penghormatan seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ada kemungkinan mereka sendiri mengaku-ngaku sebagai para pengikut rasul-rasul yang disebut terakhir ini. Dan dalam kedua usaha tersebut, mereka luar biasa berhasil. Inilah latar belakang Paulus menulis surat ini. Di dalamnya ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar bahwa mereka sudah begitu cepat membiarkan diri dilencengkan dari iman Injil. Di situ juga ia membela tabiat dan wewenangnya sendiri sebagai rasul melawan tuduhan-tuduhan para musuhnya. Ia menunjukkan bahwa baik mandat maupun ajarannya bersifat ilahi, dan bahwa sedikit pun dia, dilihat dari segi mana saja, tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5). Kemudian ia menegaskan dan mempertahankan ajaran Injil yang agung tentang pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat, dan mengatasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul dalam pikiran jemaat mengenai ajaran itu. Dan, setelah mengokohkan ajaran yang penting ini, ia menasihati mereka untuk berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus sudah membebaskan mereka, memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap penyalahgunaan kemerdekaan ini, dan memberi mereka sejumlah nasihat dan petunjuk yang sangat perlu. Lalu ia menutup surat ini dengan memberi mereka penjelasan yang adil tentang para pengajar palsu yang sudah menjerat mereka, dan pada sisi lain, tentang tabiat dan perilakunya sendiri. Dalam kesemuanya ini, yang menjadi maksud dan tujuannya yang utama adalah mengembalikan mereka yang sudah disesatkan, memantapkan mereka yang mungkin goyah, dan meneguhkan siapa saja di antara mereka yang tetap mempertahankan kesetiaan dan kelurusan hati mereka.
Galilah: Galatia (Garis Besar)
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F....
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F.F. The Epistle to the Galatians: a commentary on the Greek text. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans Pub. Co. 1982.
De Witt Burton, Ernest. The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971.
Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984.
Cole, R. Alan. Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983.
Dana H.E. & Mantey J.R. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Literatur SAAT. Malang. 2008, 2014.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Gathercole, Simon, J. Galatians, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987.
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Metzger, Bruce M. A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994.
Moo, Douglas. Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Robertson, A. T. Word Pictures in the New Testament. Nashville, TN: Broadman Press. 1933.
Shelley, Bruce. Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008.
Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.
Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996.
Wenham, J W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1993
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah-Istilah Tata Bahasa
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.395 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tense
Tense menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aorist = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan case (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tense, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aorist Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aorist Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aorist Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994. Jilid. 30, Hal. 77–78
2 Douglas Moo, Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013. Pendahuluan.
3 Moo. Kindle Lokasi 517-521.
4 Moo. Kindle Lokasi 1072-1076.
5 R. Alan Cole, Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983. Hal. 29.
6 Cole, Hal. 29.
7 George, Hal. 80.
8 Aorist Aktif Partisip.
9 A. T. Robertson, Word Pictures of the New Testament, ESword. Gal 1:1.
10 Spiros Zodhiates, Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993. Lihat kata nekros.
11 George. Hal. 85.
12 Nubuatan-nubuatan tersebut sangat mirip dengan istilah-istilah yang Paulus gunakan di sini, kalau LXX, PL terjemahan Bahasa Yunani, dilihat.
13 Lihat penjelasan di apendiks.
14 Aorist Medium Subjunktif.
15 Mounce, Lokasi Kindle 2019.
16 Bruce, Hal. 80.
17 Present Aktif Indikatif.
18 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000. Lihat kata metatithemi.
19 Present Medium Indikatif.
20 Moo, Kindle lokasi. 2209.
21 Aorist Aktif Partisip.
22 George. Hal. 94-95.
23 Present Aktif.
24 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata tarasso.
25 Ibid. Lihat kata metastrefo.
26 George. Penjelasan pada Gal 1:7
27 H.E. Dana & J.R. Mantey. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957. Lihat kata alla di halaman 240.
28 Present Medium Subjunktif.
29 Present Aktif Imperatif.
30 Present Medium Indikatif.
31 Cole. Hal. 44.
32 Present Aktif Indikatif.
33 Imperfek Aktif Indikatif dan Imperfek Medium Indikatif.
34 Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996. Hal 695.
35 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata gnorizo.
36 Present Aktif Indikatif.
37 Present Aktif Indikatif.
38 Ibid. Lihat kata apokalypsis.
39 Aorist Aktif Indikatif.
40 Ibid, N. F. Lihat kata anastrofe.
41 Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976. Hal. 19.
42 Imperfek Aktif Indikatif.
43 Imperfek Aktif Indikatif.
44 Imperfek Aktif Indikatif.
45 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Hal. 185–186.
46 Ibid, N. F. Lihat kata perissoteros.
47 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata aforizo.
48 Aorist Aktif Partisip.
49 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. kata eudokeo
50 Moo. Kindle Lokasi 2934-2935.
51 Present Medium Subjunktif.
52 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata euthos.
53 Ibid. Lihat kata prosanatithemi.
54 MacArthur, Hal 1651
55 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata historeo.
56 Yohanes 5:2, 19:13, 19:17, 19:20, dan 20:16
57 Present Aktif Indikatif
58 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata idou.
59 Bruce, Hal. 102.
60 Imperfek Aktif Indikatif.
61 Imperfek Aktif Indikatif.
62 Imperfek Aktif Indikatif.
63 Gathercole, Simon, J. ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. P2246.
64 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata anatithemi.
65 Ibid. Lihat kata dokeo.
66 Present Aktif Subjunktif.
67 Aorist Aktif Indikatif.
68 Aorist Pasif Infinitif.
69 Robertson, lihat penjelasan di Gal 2:4.
70 Aorist Aktif Indikatif.
71 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata diameno
72 Perfek Pasif Indikatif.
73 Lihat penjelasan di Apendiks.
74 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata apostole.
75 Ibid. Kata stylos.
76 Gathercole. P2247.
77 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata anthistemi.
78 Ibid. Kata kataginosko.
79 Lihat di Apendiks
80 Bruce, Hal. 129.
81 Perfek Pasif Partisip
82 Imperfek Aktif Indikatif
83 Imperfek Aktif Indikatif
84 Moo. Kindle Lokasi 3920.
85 Imperfek Aktif Indikatif
86 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata orthopodeo.
87 Moo, Kindle lokasi,4117.
88 Present Aktif
89 Di versi NIV (Bahasa Inggris) bagian ini ada dalam tanda kutip.
90 Moo. Kindle Lokasi 4266.
91 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata oida.
92 Perfek Aktif Partisip
93 George. Jil. 30, hal. 190.
94 Moo. Kindle Lokasi 4532.
95 Perfek Pasif Indikatif
96 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata atheteo.
97 Ibid. Lihat kata dorean.
98 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anoetos.
99 Ibid. Lihat kata baskaino.
100 Perfek Pasif Partisip
101 Ibid. Lihat kata prografo.
102 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
103 Aorist Aktif Indikatif
104 Moo, Kindle lokasi 4953
105 Lihat instrumental use of the Dative Case di The Elements of New Testament Greek, J. W. Wenham, Cambridge University Press, Cambridge. 1993, Hal. 46.
106 Present Medium Indikatif
107 George. Jil. 30, Hal. 213.
108 Moo. Kindle Lokasi 5011.
109 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata epikhoregio.
110 Present, Aktif Partisip
111 1 Makabe 2: 45-64 – Diterjemahkan oleh penulis
112 Lihat: Moo. Kindle Lokasi 5110. George. Jil. 30, Hal. 217–218.
113 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata logizomai.
114 Present Aktif Imperatif
115 Bruce, Hal. 155.
116 Moo. Kindle Lokasi 5212.
117 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata proeidon.
118 Present Aktif Indikatif
119 Moo, Kindle lokasi 5374.
120 Bruce Shelley, Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008. Hal. 32.
121 Present Pasif Indikatif
122 George. Hal. 230.
123 Ibid. Hal. 235.
124 Present Aktif Indikatif
125 Present Aktif Indikatif
126 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata emmeno.
127 Present Aktif Indikatif
128 Present Pasif Indikatif
129 Datif
130 George, Hal. 234.
131 George. Hal. 238
132 Cole. Hal. 99.
133 Cole. Hal. 99.
134 Lihat penjelasan di Apendiks.
135 George. Hal. 244.
136 Moo. Kindle Lokasi 6176.
137 George. Hal. 244.
138 Bruce. Hal. 170
139 Moo. Kindle Lokasi 6198.
140 George. Hal. 248.
141 Perfek Pasif Partisip
142 Terdapat di MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987. Halaman 85. Ada yang mengatakan bahwa Paulus hanya mengutip dari LXX yang agak keliru di ayat ini, tetapi tidak usah kita menyimpulkan begitu, karena penjelasan dari pengulangan perjanjian cukup masuk akal.
143 Lihat di situs: creation.com Maaf, ada dalam bahasa Inggris saja.
144 Present Aktif Indikatif
145 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akuroo dan katargeo.
146 Aoris Aktif Infinitif
147 Ibid. Lihat kata kleronomia.
148 Perfek Medium Indikatif
149 Lihat penjelasan di Apendiks
150 Moo. Kindle Lokasi 6221.
151 Moo. Kindle Lokasi 6372.
152 Cole. Hal. 105.
153 Dari Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal. 76.
154 Moo. Kindle Lokasi 6551.
155 Bruce, F. F. Hal. 180
156 Cole. Hal. 106.
157 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata sugkleio.
158 Aoris Pasif Subjunktif.
159 Ibid. Lihat kata froreo.
160 Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985. Hal. 754.
161 Moo. Kindle Lokasi 6590.
162 NKJV, NAS, NIV
163 Penjelasan ini terdapat dari Pdt. Mike Riccardi MDiv, Th.M, dari Grace Community Church, C.A. Sangat membantu!
164 George. Hal. 267.
165 Hina + Subjunktif.
166 Cole. Hal. 108.
167 Bruce, F. F. Hal. 183–184.
168 Ibid. Hal. 183–184
169 Aoris Medium Indikatif
170 Bruce, F. F. Hal. 187.
171 Present Aktif Indikatif
172 Terjemahan PL dalam bahasa Yunani
173 Bruce, F. F. Hal. 189.
174 Present Aktif Indikatif
175 Bruce, F. F. Hal. 192.
176 Moo. Kindle Lokasi 7004.
177 Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.Edisi 2, Jil. 3, hal. 383)
178 Bruce, F. F. Hal. 192.
179 Bruce, F. F. Hal. 192.
180 Ibid. Hal. 192.
181 Moo. Kindle Lokasi 7113.
182 Perifrastik Pluperfek – Menyangkut cara tidak langsung bicara mengenai sesuatu yang sudah berlalu.
183 Ayat ini disebut protoevangelium oleh para ahli Alkitab, yang berarti ‘Injil Pertama’.
184 George. Hal. 302.
185 Bruce, F. F. Hal. 197
186 Moo. Kindle Lokasi 7275.
187 https://en.wikipedia.org/wiki/Augustus
188 Present Aktif Indikatif
189 Moo. Kindle Lokasi 7313.
190 Bruce, F. F. Hal. 199.
191 Ernest De Witt Burton, The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971. Hal. 224.
192 Moo. Kindle Lokasi 7356.
193 Perfek Pasif Partisip
194 Aoris Aktif Indikatif
195 Moo. Kindle Lokasi 7456.
196 Bruce, F. F. Hal. 202.
197 George. Hal. 313.
198 Aoris Aktif Partisip
199 Aoris Pasif Partisip
200 Present Aktif Indikatif
201 Present Aktif Infinitif dan Present Aktif Indikatif
202 Mounce, Kindle Lokasi 7552-7553.
203 Present Medium Indikatif
204 Present Pasif Indikatif
205 Moo. Kindle Lokasi 7560.
206 Ibid. Kindle Lokasi 7560.
207 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata deomai.
208 Present Medium Imperatif
209 Gathercole. Hal. 2252.
210 Perfek Aktif Indikatif
211 Bruce, F. F. Hal. 209.
212 George. Hal. 324.
213 Moo. Kindle Lokasi 7679.
214 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata makarismos.
215 Ernest De Witt Burton. Hal. 245.
216 Perfek Aktif Indikatif
217 Bruce, F. F. Hal. 211.
218 Ibid. Hal. 211.
219 Bruce, Moo dan Burton, antara lain, semua rasa begitu maknanya.
220 Ada naskah-naskah yang menggunakan kata teknia, yang berarti anak kecil, tetapi tekna dianggap asli karena dipakai secara lebih luas dan juga karena lebih sesuai dengan kebiasaan Paulus.
221 Ernest De Witt Burton, Hal. 248.
222 Moo. Kindle Lokasi 7804.
223 Imperfek Aktif Indikatif
224 Moo. Kindle Lokasi 7822.
225 Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984. Jil. 19, Hal. 23.
226 Robertson. Lihat penjelasan di 4:24.
227 Ernest De Witt Burton, Hal. 256.
228 Present Aktif Imperatif
229 Present Aktif Partisip
230 Moo. Kindle Lokasi 7976.
231 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akouo.
232 Bruce, F. F. Hal. 220.
233 Present Aktif Indikatif
234 Moo. Kindle Lokasi 8264.
235 Aoris Pasif Imperatif
236 Present Aktif Partisip
237 Aoris Aktif Imperatif
238 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eremos.
239 Moo. Kindle Lokasi 8264.
240 Moo. Kindle Lokasi 8344.
241 Robertson. Lihat penjelasan di 4:29.
242 Cole, Hal. 185.
243 Aoris Aktif Imperatif
244 Moo. Kindle Lokasi 8594.
245 Present Aktif Imperatif
246 Present Pasif Imperatif
247 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata enekho.
248 Bruce, F. F. Hal. 226.
249 Moo. Kindle Lokasi 8594.
250 Ean (Kalau) + Subjunktif (disunat). Lihat: Black, D. A. It’s still Greek To Me, Baker, Grand Rapids, 1998. Hal. 145.
251 Future Aktif Indikatif
252 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata martyromai.
253 Present Pasif Partisip
254 Wallace, Hal. 344.
255 Ibid, Hal. 535.
256 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata katargeo.
257 Aoris Pasif Indikatif
258 Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Buku 1. Literatur SAAT. 2008, 2014. Malang. “Jaminan Kekal," Hal. 385-386.
259 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata apekdekhomai.
260 Moo. Kindle Lokasi 8771.
261 Cole, Hal. 193.
262 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata iskhyo.
263 Ibid. Lihat kata energeo.
264 Ibid. Lihat kata trekho.
265 Imperfek Aktif Indikatif
266 Bruce, Hal. 234.
267 Aoris Aktif Indikatif
268 Moo. Kindle Lokasi 8925.
269 Present Pasif Infinitif
270 Present Aktif Partisip
271 Perfek Aktif Indikatif
272 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata tarasso.
273 Future Aktif Indikatif
274 Moo. Kindle Lokasi 9036.
275 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anastatoo.
276 Ibid. Lihat kata apokopto.
277 Moo. Kindle Lokasi 9048.
278 Moo. Kindle Lokasi 9144.
279 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aforme.
280 Present Aktif Imperatif
281 Silva, Hal. 790.
282 Bruce, F. F. Hal. 241.
283 Future Aktif Indikatif
284 Present Aktif Indikatif
285 Bruce, F. F. Hal. 242.
286 Present Aktif Imperatif
287 Kata ini bersifat Aoris Pasif Subjunktif, tetapi supaya lebih mudah dimengerti, bentuk aktif dipakai. Lihat juga TB, yang memakai bentuk aktif.
288 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata analoo.
289 Moo. Kindle Lokasi 9435.
290 Kasus Datif menyangkut obyek tidak langsung dan biasanya membawa arti kepada/oleh/melalui. Lihat Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge Press, Cambridge, 1965. Hal. 9.
291 Wallace. Hal. 162, 165-166.
292 Aoris Aktif Subjunktif
293 Wallace. 1996. Hal. 468-469.
294 Present Aktif Indikatif
295 Present Medium Indikatif
296 Present Aktif Subjunktif
297 Present Pasif Indikatif
298 Moo. Kindle Lokasi 9564.
299 Ibid. Kindle Lokasi 9574.
300 Dikutip langsung dari Moo, hal. 9555.
301 Bruce, F. F. Hal. 247.
302 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
303 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aselgeia.
304 Ibid. Lihat kata farmakeia.
305 Moo. Kindle Lokasi 9625.
306 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
307 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata hairesis.
308 Moo. Kindle Lokasi 9637.
309 Bruce, F. F. Hal. 250.
310 Present Aktif Indikatif
311 Aoris Aktif Indikatif
312 Present Aktif Partisip
313 Future Aktif Indikatif
314 Moo. Kindle Lokasi 9707.
315 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 139.
316 Moo. Kindle Lokasi 9707.
317 Moo. Kindle Lokasi 9740.
318 Silva, Hal. 210.
319 Moo. Kindle Lokasi 9740.
320 Silva, Hal. 210.
321 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 140.
322 Ibid. Hal 140.
323 Bruce, F. F. Hal. 254.
324 Ibid. Hal. 254.
325 Moo. Kindle Lokasi 9792.
326 Aoris Aktif Indikatif
327 Cole, Hal. 223.
328 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994. Hal. 529.
329 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata pathema.
330 Cole, Hal. 223.
331 Moo. Kindle Lokasi 9908.
332 Present Aktif Subjunktif – Bentuk ini sering digunakan sebagai perintah, secara khusus dimana orang mau berkata marilah kita. Lihat penjelasan Hortatory Subjunctive di Wallace, Hal. 464-465.
333 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata kenodoksos.
334 Ibid. Lihat kata prokaleo.
335 Moo. Kindle Lokasi 9964.
336 Artinya begitu kalau artikel tidak dipakai. Lihat penjelasan di Apendiks.
337 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata prolambano.
338 Ibid. Lihat kata katartizo.
339 Present Aktif Imperatif
340 Moo. Kindle Lokasi 10005.
341 Present Aktif Partisip
342 Moo. Kindle Lokasi 10014.
343 Present Aktif Imperatif
344 Future Aktif Indikatif
345 MacArthur, Hal. 1799
346 Present Aktif Indikatif
347 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 148.
348 Present Aktif Indikatif
349 Present Aktif Imperatif
350 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eis.
351 Moo. Kindle Lokasi 10164.
352 Ibid. Kindle Lokasi 10164.
353 Bruce, F. F. Hal. 263.
354 Present Pasif Partisip
355 Present Aktif Partisip
356 Present Pasif Imperatif
357 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 151.
358 Moo. Kindle Lokasi 10252.
359 George, Hal. 423.
360 Future Aktif Indikatif
361 Present Aktif Subjunktif
362 Moo. Kindle Lokasi 10262.
363 Present Aktif Partisip
364 Future Aktif Indikatif
365 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata egkakeo.
366 Present Aktif Subjunktif
367 Wallace. Hal. 632-633.
368 Cole, Hal. 231.
369 Present Medium Subjunktif – Seperti kita lihat di atas, tetapi suara medium, yang menekankan peran pelaku.
370 Aoris Aktif Imperatif
371 Bruce, F. F. Hal. 268.
372 Moo. Kindle Lokasi 10458.
373 Ibid, Kindle Lokasi 10407.
374 Bruce, Hal. 261
375 Moo, Kindle Lokasi 10476.
376 Bruce, Hal. 268.
377 Moo, Kindle Lokasi 10494.
378 Present Pasif Subjunktif
379 Present Pasif Partisip
380 Ibid, Kindle lokasi 10528.
381 Present Aktif Indikatif
382 Bruce, Hal. 270.
383 Present Medium Infinitif
384 Ibid, Hal. 271.
385 Gathercole. Hal. 2256.
386 Perfek Pasif Indikatif
387 Kata eimi (adalah) yang sifatnya Present Aktif Indikatif, tetapi sulit diterjemahkan.
388 Kata canon dalam bahasa Inggris, dipakai untuk menjelaskan prinsip-prinsip/cara-cara di mana kitab-kitab suci dikumpulkan di dalam Alkitab.
389 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 158.
390 Future Aktif Indikatif
391 Bruce, Hal. 275.
392 Moo, Kindle Lokasi 10769.
393 Ibid, Kindle Lokasi 10788.
394 Ibid, Kindle Lokasi 10796. Lihat juga Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal
395 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbit...
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbitkan oleh:
Nulisbuku
www.nulisbuku.com
Penyunting: Michael J. Wewengkang S.Th; MAPC
Desain Sampul: Nulisbuku
Soli Deo Gloria!
Pendahuluan Umum
Bahan ini dimaksudkan untuk membantu orang dalam mempersiapkan pelajaran/khotbah ataupun dalam usaha penerjemahan Firman Tuhan. Tidak dimaksudkan untuk dibacakan saja kepada jemaat, karena bahan ini adalah bahan penelitian, bukan sebuah pelajaran/khotbah.
Terjemahan Alkitab yang dipakai dalam seri Galilah ini, adalah terjemahan literal yang dibuat langsung dari versi bahasa Yunani Nestle Aland. Tujuannya bukan untuk mengganti versi-versi Bahasa Indonesia, ataupun untuk mengutamakan terjemahan literal. Terjemahan literal ini dimaksudkan untuk membantu orang melihat ciri-ciri khas bahasa Yunani, supaya lebih mudah diteliti.
Kalau kita ingin menangani ayat apa saja dari Firman Tuhan dengan baik, harus ada lima macam sudut pandang yang dipikirkan:
- Konteks di dalam Alkitab
- Konteks Sejarah
- Konteks di dalam Penulisan
- Pengertian Arti kata dan Tata Bahasa
- Penerapan Praktis
Konteks dalam Alkitab menyangkut peran ayat yang diteliti di dalam keseluruhan dari wahyu Allah. Jadi sebelum orang menyimpulkan sesuatu, penafsirannya harus dicek dengan bagian-bagian lain di Alkitab yang terkait dengan topik itu. Di buku pedoman ini akan sering dibaca referensi silang, supaya saudara dapat mengerti dan menerapkan dengan baik setiap bagian yang diteliti. Harap saudara mencari lebih banyak referensi.
Kalau kita ingin mengerti dengan benar apa yang dimaksudkan penulis, kita harus mengerti Konteks Sejarah. Langkah ini adalah melakukan penelitian pada budaya setempat, penanggalan kitab, dan peristiwa sejarah yang mungkin berdampak, juga apa yang diketahui mengenai penulis dan tokoh-tokoh di dalam kitab tersebut. Di buku pedoman ini, sering akan ada referensi pada sejarah dan budaya.
Sering kali, salah paham terjadi apabila orang hanya mendengar sebagian dari perkataan orang dan tidak mendengar keseluruhan dari wacananya. Hal ini bukan hanya mengakibatkan banyak salah paham, tetapi bahkan doktrin yang keliru.
Dalam hal penafsiran Firman Tuhan. Setiap ayat di Alkitab harus dimengerti menurut Konteks di dalam Penulisan. Sebelum bagian Firman Tuhan diteliti di buku ini, selalu akan ada garis besar, tema dan sub tema, hal ini untuk menjaga supaya tidak mungkin lari dari konteks.
Pengertian Arti Kata dan Tata Bahasa juga sangat penting. Setiap bahasa mempunyai tata bahasa, muatan kata dan kiasan-kiasan yang cukup unik dan indah. Jadi kalau kita ingin menerjemahkan ataupun mengerti suatu ayat, kita perlu mengerti struktur dan maksud dari bahasa sumber itu. Oleh karena itu, bahan ini menjelaskan muatan kata, arti kiasan dan juga secara sederhana menjelaskan tata bahasa. Kalau orang mau belajar lebih dalam mengenai tata bahasa Yunani, ada bagian Apendiks di belakang yang menyediakan penjelasan.
Allah tidak hanya menghendaki gerejanya mengerti Firmannya, Dia ingin supaya Firman itu mengubahkan kita. Oleh karena itu pengajaran Firman Tuhan harus ada Penerapan Praktis yang mengalir dengan alami dan tepat dari bagian yang dipelajari. Penerapan-penerapan di pedoman ini ditandai dengan lambang panah. Ini tidak dimaksudkan menjadi keharusan, melainkan usulan saja dan dorongan untuk saudara memikirkan penerapannya bagi jemaat.
Galilah!
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Fi...
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Firman Tuhan karena dia sangat terkenal. Ada satu penulis dari abad yang kedua yang menulis apa yang pernah dia dengar mengenai rasul ini:
Dia adalah orang yang cukup kecil badanya, yang kepalanya botak dan kakinya bengkok. Dia kuat secara fisik, alis matanya bertemu di tengah dan hidungnya bengkok. Dia penuh keramahan, yaitu, satu saat dia kelihatan seperti manusia, tetapi saat lain tampil seperti malaikat.1
Kata Galatia mempunyai dua arti pada waktu Paulus menulis suratnya, yaitu provinsi Galatia dan etnis Galatia. Kemungkinan besar yang dimaksudkan Paulus di surat ini adalah Provinsi Galatia, yang dia kunjungi dua kali dalam Perjalanan Misi pertamanya. Gereja-gereja yang ditanam di sana termasuk Antiokhia di Pisidia (Kis 13:14-50), Ikonium (Kis 13:51-14:7), Listra (Kis 14:8-19) dan Derbe (Kis 14:20-21). Memang masuk akal melihat beberapa gereja ini karena surat Galatia adalah surat satu-satunya di mana Paulus berkata bahwa dia menulis kepada beberapa gereja di satu provinsi.(Gal 1:2)2 Tidak ada bukti sedikitpun bahwa Paulus menanam gereja di bagian Galatia etnis yang terletak agak ke utara.
Kemungkinan besar Paulus menulis surat ini sebelum Sidang Besar yang diadakan di Yerusalem (Kis 15), karena kalau orang Galatia mengalami tekanan dari partai sunat dan Paulus ditugaskan membawa surat hasil Sidang, mengapa surat itu tidak dikutip sedikitpun dalam surat ini? Itu sebabnya lebih baik kita simpulkan bahwa Paulus menulis sesudah dia pulang dari Perjalanan Misi yang pertama sebelum dia diutus ke Yerusalem. (48 Masehi)3 Kalau begitu, sangat masuk akal juga mengapa dia katakan bahwa mereka “begitu lekas berbalik” karena pengaruh dari partai sunat – Memang cepat!
Tema dari surat Galatia adalah keselamatan yang diperoleh hanya melalui iman saja, bukan hasil perbuatan baik. Kita harus mengingat bahwa penjangkauan di antara orang non-Yahudi masih cukup baru bagi gereja mula-mula ini. Jadi tentu saja ada proses di mana gereja yang dari mulanya mengalir dari agama Yahudi, harus membahas peranan Hukum Taurat dalam kehidupan mereka sebagai orang percaya. Oleh ilham Allah, kesimpulan yang Paulus tulis adalah, Hukum Taurat tidak menyelamatkan, atau tidak membenarkan. Fungsinya Hukum Taurat adalah untuk menyoroti dosa. Sebenarnya fungsinya sama di Perjanjian Lama, tetapi orang yang berdosa pada masa tersebut, boleh membawa korban ke bait Allah untuk dipersembahkan menebus dosa mereka. Jadi pada masa Perjanjian Lama pun, terlihat bahwa iman yang menyelamatkan. Masalanya adalah dengan Kristus memberi diri menjadi Korban Penebusan satu kali untuk selama-lamanya, sistem pengorbanan di Bait Allah menjadi usang, sehingga Allah tidak lagi menerima korban tebusan. Jadi kalau orang berusaha kembali kepada ketetapan-ketetapan Perjanjian Lama sebagai dasar pembenaran, maka mereka hanya menemukan Hukum Taurat tanpa sistem pengorbanan, sehingga hanya menjadi nyata bahwa mereka orang berdosa dan tidak ada jalan keselamatan.4 (Ibr 8:6-13) Sebagai penerapan dari tema besar ini, dari Gal 5 Paulus mulai bicara mengenai kebebasan kita di dalam Kristus dan pelayanan Roh Kudus di dalam orang percaya, menurut pengertian yang terdapat di nubuatan-nubuatan yang sangat jelas mengenai Perjanjian Baru, yaitu Yeremia 31:31-34 dan Yehezkiel 36:25-27, yang menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang menjadi kekuatan dan dorongan di dalam diri orang percaya, sehingga dia hidup berkenan kepada Allah. Dari segi gaya, surat ini sering disebut sebagai draf daripada surat Roma, karena begitu mirip isinya.5
Ada yang menganggap bahwa Paulus bertentangan dengan Yakobus di surat ini, tetapi kalau menggali lebih dalam mengenai hubungan mereka dan maksud penulisan, ternyata mereka teman, yang sangat setuju mengenai jalan keselamatan. Di Gal 1:19 kita lihat bahwa Paulus mengenal Yakobus, lalu di Gal 2:9-10 Paulus memberi kesempatan untuk para sokoguru jemaat memberi masukan pada Injil yang dia sampaikan. Tentu kalau Yakobus tidak setuju mengenai keselamatan oleh iman saja, dia pasti protes. Tetapi yang kita lihat di sana adalah persetujuan, persekutuan, bahkan pengutusan dan tambahan yang mereka usulkan hanya menyangkut pelayanan kepada orang miskin saja. Ada salah paham mengenai Gal 2:12, seolah-olah Yakobus mengutus orang untuk memata-matai kebebasan orang percaya di Antiokhia, tetapi bukan itu yang dicatat di sana. Petrus hanya mengantisipasi apa yang akan terjadi ketika kabar ini sampai di telinga partai sunat di Yerusalem, yang juga berselisih pendapat dengan Petrus waktu dia kembali dari pelayanannya kepada Kornelius. (Kis 11:2-3) Kita juga lihat di surat hasil Sidang Yerusalem, yang menurut ahli-ahli bahasa, ditulis oleh Yakobus, berbunyi begini:
Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami,yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. (Kis 15:24)
Kita juga perlu memperhatikan bahwa maksud Paulus dengan menggunakan kata dibenarkan (dikaioo), berbeda daripada Yakobus, yang menulis sebelumnya. Pada waktu itu, kata tersebut paling sering membawa pengertian dibukti benar, tetapi Paulus menggunakannya menurut pengertian yang lain, di mana itu boleh berarti dibuat benar. Jadi ketika Paulus menggunakan kata ini di surat Galatia, maksudnya adalah orang berdosa dibuat benar dengan cara percaya saja dalam Kristus. Tetapi Yakobus berkata bahwa Abraham, 30 tahun sesudah dia dibuat benar,(Kej 15:6, Rom 4:1-5) dibukti sebagai orang benar ketika dia siap mengorbankan Ishak. (Kej 22, Yak 2:21-23) Jadi sebenarnya tidak ada pertentangan sedikitpun antara mereka, dalam hal pembenaran. Sama juga kalau kita meneliti pikiran mereka mengenai peran dari Hukum Taurat. Kalau Paulus bicara mengenai peran Hukum, itu berkaitan dengan keselamatan, di mana Hukum tersebut tidak menjadi jalan keselamatan, melainkan menyatakan dosa sehingga orang berseru kepada Sang Penebus. Kalau Yakobus bicara mengenai Hukum Taurat, itu menyangkut orang yang sudah percaya, di mana Hukum tersebut menyatakan dosa yang masih ada pada mereka supaya mereka bisa mengaku dan mengalami perubahan, dan dengan demikian itu boleh disebut sebagai “Hukum yang Memerdekakan”. (Yak 1:25, 2:12) Kalau kita memperhatikan perkataan Paulus di 2 Tim 3:16, ternyata dia setuju juga. Yang sangat indah di surat ini adalah kita melihat hati dan pengalaman Paulus, dicatat langsung oleh dia dalam Gal 1 dan 2, yang memperkaya wawasan kita mengenai rasul ini.
Jerusalem: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas
mendjeladjah Siprus, la...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas mendjeladjah Siprus, lalu menjeberang ke Asia-Ketjil, mendarat di Perge, di Pamfilia, lalu mula-mula pergi keutara sampai ke Antiochia di Pisidia, kemudian ketimur dan mendirikan umat-umat di Ikonium, Listra dan Derbe, tiga kota besar didaerah Likaonia. Likaonia dewasa ini merupakan bagian selatan dari propinsi Romawi, jang disebut "Propimi Galatia".
Pada perdjalanan kedua, (Kis.Ras. 15:36-18:22) Paulus dan Silas memilih djalan darat, dan melalui Siria dan Silisia mereka datang ke Likaonia pula, lalu mengundjungi umat-umat disitu jang berkembang pesat dan "meneguhkan iman" umat- umat itu.
Dari Likaonia Paulus bermaksud berdjalan ke Barat, tetapi Lukas mentjatat: mereka "ditjegah oleh Roh Kudus, lalu pergi keutara dan melintasi Frigia dan daerah Galatia". Demikian tjatatan Lukas jang sangat pendek. Tetapi Paulus tidak "melintasi" begitu sadja, tanpa mengadjar dan mendirikan umat-umat. Bdl. Kis. Ras. 18:23. Tentu pada kundjungan itu terdjadi apa jang kita batja dalam surat "kepada umat-umat Galatia" ini 4:13-15.
Jang dimaksudkan Lukas dengan "daerah Galatia", tentu bagian utara dari propinsi Galatia asli, jang sebelum didjadjah oleh orang Romawi merupakan satu keradjaan berdaulat. Penduduknja adalah imigran dari Eropah-Barat, Daerah Galia, jang sekarang masuk negeri Perantjis. Sesampai di Asia-Ketjil mereka masuk tentara seorang radja disitu, dan sesudah perang, karena djasanja jang istimewa, mereka diberi sebagian dari wilajah radja itu, untuk didjadikan keradjaan berdaulat bagi mereka sendiri.
Ada buktinja tjukup bahwa dengan "umat-umat Galatia" dalam djudul surat ini dimaksudkan Galatia jang asli itu, jaitu bagian utara dari propinsi Romawi jang disebut Galatia.
Umat-umat itu dikundjungi Paulus djuga pada perdjalanannja jang ketiga (Kis. Ras. 18:23). Setelah "diteguhkannja iman" umat-umat disitu ia pergi kearah barat, lalu menetap dua tiga tahun lamanja di Efesus, pusat penting untuk pemakluman Indjil dan pemimpinan segala umat di Asia-Ketjil, Achaja dan Masedonia.
Rupanja di Efesus Paulus mendapat kabar, bahwa umat-umat di Galatia didatangi pengadjar-pengadjar dari Palestina, jang mengadjarkan bahwa orang-orang bukan Jahudi jang bertobat wadjib disunat dan mengikuti hukum dan adat-istiadat Jahudi, kalau mau diselamatkan. Paulus djengkel dan gelisah dan segera menulis surat ini. Pada kundjungan jang pertama dari Paulus, umat-umat disitu menjambut Indjil dengan gembira dan belum ada kesulitan-kesulitan. Tetapi pada kundjungannja jang kedua, Paulus sudah terpaksa memperingatkan mereka, supaja waspada terhadap pengadjar-pengadjar palsu. Lih. 1:9. Dan jang dichawatirkan pada kundjungan jang kedua mendjadi kenjataan. Saudara-saudara palsu itu bukan sadja mengandjurkan persunatan dan penganutan hukum taurat, melainkan djuga mempersalahkan adjaran Paulus dan menandaskan bahwa ia bukan rasul sedjati dan "Indjil" nja tidak benar. Dan dari isi dan suasana tulisan Paulus kini kita mendapat kesan, bahwa sudah ada anggota-anggota jang pertjaja akan adjaran- adjaran dan pefitnahan pengadjar-pengadjar Jahudi tersebut,serta menganut mereka. Kita mengerti bahwa harena kabar itu Paulus sangat tjemas malah gelisah, kalau-kalau umat-umat tertjinta itu tersesat dari kebenaran Indjil dan didjauhkan dari Paulus dan Kristus. Lagi pula beban orang jang telah bertobat terlalu diberatkan, tanpa faedah sedikitpun, kalau mereka mengikuti andjuran- andjuran orang-orang Jahudi itu, dan tentu pertobatan orang-orang jang belum masuk umat sangat disukarkan. Ketjemasan dan kegelisahan Paulus tampak sekali dalam surat. Tak ada suratnja jang lain, jang begitu hebat gajanja. Tetapi jang tampak njata sekali pula ialah, bahwa kegelisahan dan kedjengkelan Rasul, djuga kalau ia membela diri, bukan karena ia merasa tersinggung kehormatannja, melainkan semata-mata berpokok pada tjinta kerasulan jang mesra kepada umat Kristus jang tertjinta, jang terantjam kesetiaannja dan kemurnian imannja. pembelaan kewibawaan untuk mempertahankan pengaruh kerasulannja memang menondjol dalam seluruh surat, tetapi, terdapat didalamnja djuga adjaran-adjaran pokok dan pengertian-pengertian keagamaan jang penting sekali, mengenai hakekat dan sjarat-sjarat keselamatan, dalam Kristus. Adjaran-adjaran itu didalam surat ini tegas dan tepat, tetapi ringkas, jang kemudian diuraikan dengan pandjang lebar sebagai atjara pokok dalam surat kepada umat Roma.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) PASAL 4
PENGALAMAN DAN PEMBELAAN ALKITABIAH INJIL KRISTUS OLEH PAULUS (BAGIAN 2)
Paulus melanjutkan alasannya mengenai keunggulan iman kepada Krist...
PASAL 4
PENGALAMAN DAN PEMBELAAN ALKITABIAH INJIL KRISTUS OLEH PAULUS (BAGIAN 2)
Paulus melanjutkan alasannya mengenai keunggulan iman kepada Kristus dibandingkan menaati hukum Taurat (4:1-7). Dengan membangun gambaran sebelumnya dalam 3:23-25 tentang seorang penuntun atau pengawas atas seorang anak laki-laki yang merupakan ahli waris, ia menekankan lagi sifat sementara hukum Taurat. Ia berpendapat bahwa kembali kepada perbudakan rohani hukum Taurat setelah merasakan berkat yang terdapat di dalam Kristus sama artinya dengan mengorbankan sukacita dan pengharapan dari Kristus (4:8-20). Paulus menutup bagian ini dengan menyajikan sebuah kiasan tentang Sara dan Hagar, yang menggambarkan bahwa kebebasan di dalam Kristus lebih tinggi daripada perhambaan kepada hukum Musa (4:21-31).
SIFAT SEMENTARA HUKUM TAURAT:
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Permohonan Sungguh-Sungguh Paulus (Galatia 4:1-20)
Ketika dalam pasal 4 Paulus menambahkan kepada pembahasannya keunggulan iman kepada Kristus atas k...
Permohonan Sungguh-Sungguh Paulus (Galatia 4:1-20)
Ketika dalam pasal 4 Paulus menambahkan kepada pembahasannya keunggulan iman kepada Kristus atas ketaatan kepada hukum Taurat, ia menggunakan beberapa strategi untuk meyakinkan para pembacanya agar menerima kebenaran yang penting ini. Dengan menggunakan nalar, emosi, dan alegori, ia mendesak orang-orang Kristen di Galatia itu untuk mengevaluasi keadaan mereka dan mengubah hidup mereka. Ia ingin mereka percaya sepenuhnya kepada Yesus daripada berusaha untuk dibenarkan oleh hukum Taurat.
Ia bersukacita atas pengadopsian mereka sebagai anak (4:1-7). Melanjutkan gambaran dalam pasal 3, Paulus menyamakan Yudaisme dengan keadaan seorang anak yang berada di bawah "perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya" (4:2). Pada kenyataannya, anak itu "sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba" (4:1). Namun begitu, waktu yang ditetapkan oleh Bapa sorgawi telah tiba, dan Ia telah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk "menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat" (4:4, 5a). Hasil penebusan melalui Yesus Kristus adalah status anak—baik untuk orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi (4:5b, 6). Rasul Paulus mengakhiri pemikiran itu dengan menyatakan secara tegas, "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (4:7).
Ia menyesalkan kemunduran mereka (4:8-11). Banyak mualaf hasil kerja Paulus di Galatia dahulunya adalah orang bukan Yahudi penyembah berhala. Karena alasan ini, ketika mengacukan gaya hidup mereka sebelumnya, ia berkata bahwa mereka dahulu, "memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah" (4:8). Ketika ia telah memberitakan injil kepada mereka (secara terbuka dengan menggambarkan Kristus yang disalibkan; 3:1), mereka telah merespons dengan iman dan baptisan, menjadi "anak-anak Allah" (3:26). Paulus heran bahwa mereka bersedia diperbudak oleh "roh-roh dunia yang lemah dan miskin" yang tidak dapat menyelamatkan mereka (4:9). Bahasa ini mencakup sikap mereka yang menghormati hari-hari dan masa-masa tertentu orang Yahudi yang diikatkan oleh penganut Yudaisme kepada orang Kristen bukan Yahudi (4:10). Rasul itu, yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk menginjili mereka, hanya berharap semoga susah payahnya untuk mereka tidak "sia-sia" (4:11).
Ia menghimbau mereka untuk memperbaharui kasih mereka (4:12-20). Sebagai ayah mereka dalam iman, Paulus memohon gereja Galatia untuk meniru teladannya (4:12). Ia mengingat kembali sambutan hangat yang orang-orang Galatia itu pernah berikan kepada dia, terlepas dari penyakitnya yang menjijikkan, menerima dirinya seolah-olah ia adalah "seorang malaikat Allah" atau bahkan "Kristus Yesus sendiri" (4:13, 14). Ia mengingatkan mereka tentang kasih besar yang mereka pernah tunjukkan kepada dia, dengan menyatakan bahwa, jika perlu, mereka bahkan akan mengorbankan "mata" mereka untuk dia (4:15). Paulus meminta mereka untuk menolak ajaran sesat Yudaisme dan untuk memperbarui sukacita mereka di dalam Kristus dan kasih mereka untuk dia (4:16-18). Paulus rindu untuk bersama "anak-anak" rohaninya sehingga ia dapat bicara langsung dengan mereka. Tujuannya adalah agar rupa Kristus benar-benar "menjadi nyata" di dalam mereka (4:19, 20).
Ia menggambarkan kemerdekaan mereka di dalam Kristus (4:21-31). Paulus dengan jelas menggambarkan kemerdekaan yang gereja Galatia peroleh di dalam Yesus Kristus. Ia menggunakan sebuah alegori berdasarkan kisah Perjanjian Lama tentang dua anak Abraham, Ismael dan Ishak. Ismael adalah anak Abraham yang lahir dari Hagar, "hamba perempuan." Hagar melambangkan perjanjian lama yang diberikan kepada Musa di Gunung Sinai dan juga kota Yerusalem duniawi. Sebaliknya, Ishak adalah anak Abraham yang lahir dari istrinya Sara, "perempuan merdeka." Sara melambangkan perjanjian baru yang ditetapkan oleh Kristus dan juga Yerusalem sorgawi (4:21-27).
Orang-orang Yahudi, seperti Ismael, telah lahir dengan cara alami. Namun begitu, orang-orang Kristen Galatia adalah "seperti Ishak" dalam hal bahwa mereka adalah "anak-anak janji" (4:28). Allah telah menggenapi janji-Nya kepada Abraham dan Sara untuk memiliki seorang anak laki-laki, meski mereka sudah terlalu tua untuk memiliki anak dan Sara mandul. Kelahiran rohani, baru orang Kristen adalah penggenapan janji Allah kepada Abraham untuk memberkati semua bangsa melalui benihnya (yaitu Kristus).
Sama seperti Ismael telah melecehkan Ishak, demikian juga orang-orang Yahudi yang tidak percaya telah menganiaya gereja tersebut. Sara telah mendesak Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismael; anak dari hamba tidak akan berbagi warisan dengan Ishak. Gereja Galatia perlu mengusir guru-guru Yudaisme dari tengah-tengah mereka (4:29-31).
TFTWMS: Galatia (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kata Yunani ini sering diterjemahkan "tuan" atau "Tuhan." Itu adalah istilah yang sering diterapkan pada Tuhan...
Catatan Akhir:
- 1 Kata Yunani ini sering diterjemahkan "tuan" atau "Tuhan." Itu adalah istilah yang sering diterapkan pada Tuhan Yesus.
- 2 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 385. Istilah "prokurator" adalah gelar yang digunakan untuk penguasa utama dari suatu provinsi; istilah itu mengganti istilah "prefek" dalam pertengahan abad pertama.
- 3 Ibid.
- 4 Benda langit sering disembah, suatu bentuk penyembahan berhala yang bahkan Israel juga tidak kebal terhadapnya (2 Raja 21:3; 23:4, 5).
- 5 Bauer, 946; Henry George Liddell and Robert Scott, A Greek-English Lexicon, 9th ed., rev. and aug. with supplement, rev. Henry Stuart Jones and Roderick McKenzie (Oxford: Clarendon Press, 1968), 1647.
- 6 Stoicheia juga digunakan dalam Ibrani 5:12 (NASB) untuk "asas-asas pokok" agama Kristen.
- 7 Meski frasa ini sering dikutip sebagai berasal dari Kredo Nicea (325 M.), tapi hanya "sungguh Allah yang [sejati] dari sungguh Allah yang [sejati]" yang termasuk dalam pernyataan itu. Kata-kata "sungguh manusia" berasal dari proposisi Katolik dalam "Tiga Puluh Sembilan Artikel Agama" oleh Gereja. Artikel II (3) mengatakan bahwa "Ke-Allahan dan kemanusiaan digabung dalam satu pribadi,… Kristus, sungguh Allah, dan sungguh manusia" (Thomas Rogers, The Catholic Doctrine of the Church of England, ed. J. J. S. Perowne [Cambridge: University Press, 1854], 46).
- 8 F.F. Bruce, The Epistle to the Galatians, The New International Greek Testament Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 196.
- 9 Lihat Maz. 22:1-22; 69:21; Yes. 53:1-12; Zak. 12:10; Luk. 24:25-27, 44-47.
- 10 10Bauer, 475.
- 11 Ben Witherington III, Grace in Galatia: A Commentary on St Paul's Letter to the Galatians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 288.
- 12 Lihat Kisah 1:5-8; 2:16, 17, 32, 33; 10:44, 45; 11:15-17.
- 13 OrangKristen adalah anak Allah dan telah menerima penebusan ( ajpolu/trwsiß, apolutrōsis) melalui pengampunan dosa (Efe. 1:7). Namun begitu, ia masih menunggu penebusan tubuhnya (Rom. 8:23); ia tetap rentan terhadap rasa sakit, penyakit, kelemahan, dan kematian. Ia mengantisipasi tubuh yang mulia, kekal, rohani yang Allah telah siapkan bagi anak-anak-Nya. Tubuh ini tidak akan terkena pelbagai penyakit seperti itu, tapi akan dengan sempurna cocok bagi kehidupan kebangkitan (1 Kor. 15:42-54; Fil. 3:20, 21; 1 Yoh. 3:2).
- 14 F. F. Bruce, Romans,The Tyndale New Testament Commentaries (Downer's Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1985), 164. Tulisan puitisnya, oleh John Berridge (1716-1793), muncul dalam bentuk ini dalam Richard Whittingham, The Works of the Rev. John Berridge (London: Simpkin, Marshall, and Co., 1838), 43.
- 15 Allah bertindak dalam batas-batas sejarah Israel untuk memperkenalkan zaman Roh. Yesus memberitahu perempuan Samaria di sumur itu, "Keselamatan datang dari bangsa Yahudi" (Yoh. 4:22). Seluruh drama kedatangan Kristus dan injil difokuskan terutama pada Israel sebagai alat Allah untuk melayani di dalamnya (lihat Rom. 9:1-5).
- 16 Kasusnya tidak selalu seperti ini. Pada zaman Israel kuno, ketentuan dibuat sehingga seorang budak dapat memilih untuk tetap menjadi budak bahkan ketika ia memiliki hak prerogatif untuk dibebaskan (Kel. 21:1-6).
- 17 "Manumisi" berarti "bebas dari perbudakan." Dalam jenis upacara ini, seorang budak dikatakan dijual atau ditahbiskan untuk sebuah dewa sehingga ia kemudian dianggap bebas dari tuannya atau menjadi budak dari dewa itu.
- 18 Ada kaitan dengan penggunaan "membuang undi" oleh Perjanjian Baru. Kata Yunan untuk "membuang undi," klhvroß (klēros), berkaitan dengan kata Yunani klhrono/moß (klēronomos), yang diterjemahkan "ahli waris" dalam 4:7.
- 19 Kita tidak perlu terlalu merepotkan diri kita sendiri tentang pelbagai varian bacaan semacam itu, karena varian tersebut sangat umum dalam dokumen yang telah disalin oleh ribuan ahli kitab selama ratusan tahun. Sebenarnya, keberadaan dokumen-dokumen ini dalam jumlah yang demikian banyak (sekitar tiga ribu naskah untuk bahasa Yunani saja, belum lagi ribuan naskah dalam bahasa lain) adalah apa yang membuat para pakar dapat mengembangkan dan menyempurnakan ilmu pengetahuan tentang kritik teks Perjanjian Baru kepada tingkat yang sedemikian tinggi itu dan menentukan umur dan kemurnian relatif bacaan-bacaan itu yang paling dekat dengan naskah aslinya. (Suatu kesamaan yang menarik dengan upaya para ahli kitab kuno untuk memperjelas arti nas khusus ini dapat dilihat dalam catatan pinggir tahunan di beberapa cetakan Alkitab NASB yang menafsirkan "melalui Allah" sebagai "melalui perbuatan kasih karunia Allah." Meski ini bukan terjemahan harfiah, itu tampaknya menangkap gagasan tentang apa yang Paulus sedang katakan.)
- 20 Dalam konteks tertentu, "mengenal" (ginōskō ) berfungsi as a eufemisme untuk hubungan seks (Mat. 1:25; Luk. 1:34; lihat KJV).
- 21 Lihat Kisah 11:1-3, 17, 18; 1 Pet. 2:10.
- 22 Robert Lowry, "Nothing But the Blood," Songs of Faith and Praise , comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 23 Bauer, 558.
- 24 Lihat 3:4; 1 Kor. 15:2, 58; Fil. 2:16; 1 Tes. 2:1; 3:5.
- 25 Lihat 1 Kor. 4:16, 17; 11:1, 2; Fil. 1:29, 30; 3:17, 18; Ibr. 13:7.
- 26 R. Alan Cole, The Epistle of Paulus to the Galatians , The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1965), 120.
- 27 Bruce, Galatians , 208.
- 28 JB Lightfoot, The Epistle of St. Paulus to the Galatians , Classic Commentary Library (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1957), 174.
- 29 William M. Ramsay, St. Paulus the Traveller and the Roman Citizen , new ed. (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1982), 92-97.
- 30 Kenneth L. Boles, Galatians & Ephesians , The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1993), 110.
- 31 Bentuk kata kerja ( peira/zw, peirazō) dikunakan untuk Tuhan yang sedang dituntun ke dalam padang gurun "untuk dicobai iblis" (Mat. 4:1).
- 32 Bauer, 309.
- 33 Lucian Friendship 40-41.
- 34 Robert L. Johnson, The Letter of Paulus to the Galatians , The Living Word Commentary (Austin, Tex.: RB Sweet Co., 1969), 120. Concerning 4:17, Lightfoot menulis, "Keinginan mereka adalah untuk mengucilkan kamu dari Kristus. Dengan demikian kamu akan tunduk kepada mereka" (Lightfoot, 176; huruf miring ditambahkan). Meski gagasan "tunduk" atau "takluk kepada" tidak diragukan lagi hadir, namun interpretasi Lightfoot tampaknya salah. Tujuan guru-guru Yudaisme itu bukan untuk membuat orang Galatia menolak Kristus dan menjadi murid non-Kristen mereka. Meski orang-orang Kristen Galatia itu mungkin mudah tertipu, namun mereka tidak akan menolak Tuhan itu sendiri. Lagipula, mereka pernah mengalami kelahiran baru. Juga, guru-guru Yudaisme itu sendiri adalah orang Kristen. Kemungkinan besar adalah bahwa bahasa tersebut mencerminkan sikap yang umum di antara banyak orang Kristen Yahudi mula-mula (Kisah 15:1-6; 2 Kor. 11:13-15, 22, 23; Gal. 6:12, 13).
- 35 Dalam penggunaan Yunaninya, kata zēloō berarti "tergerak" dan dapat mengacu kepada kekaguman pribadi yang orang rasakan untuk orang lain. Hal ini akan sering mengarah kepada peniruan yang entusiastik dari orang itu sendiri.
- 36 Orang-orang Kristen Galatia itu diacukan sebagai "saudara-saudara" dalam 1:11; 3:15; 4:12, 28, 31; 5:11, 13; 6:1, 18.
- 37 Paulus menggunakan istilah "anak-anakl" (tekna) dalam suratnya, yang memberikan bobot kepada bacaan dalam 4"19. Namun begitu, kiasan tentang melahirkan anak dalam konteks ini mungkin mendukung bacaan "anak-anak kecil" (teknia). (Witherington, 315; Bauer, 994.)
- 38 Lihat Kisah 23:6; 24:15; 26:6; 28:20; Gal. 5:5; Efe. 1:18; Kol. 1:5, 6, 23; 1 Tes. 4:13 -18; Tit. 1:1-3.
- 39 Meskn banyak versi (seperti NASB) menulis "melihat seperti di cermin," ada alasan yang bagus untuk menerjemahkan, seperti juga NRSV, "tercermin dalam sebuah cermin." Apa yang dikatakan tentang para rasul adalah analogi terhadap wajah muka yang berselubung, yang mencerminkan kemuliaan Tuhan. Tidak seperti Musa, para rasul tidak menahan apapun sebagai pelayan perjanjian baru (2 Kor. 3:6); mereka telah membawa pesan mereka "dengan wajah yang tidak berselubung," yang mencerminkan kemuliaan Tuhan. Kata kerja, dari katoptri/zw (katoptrizō), berbentuk middle voice dan dapat dengan benar diterjemahkan "mencerminkan." (Bauer, 535.)
- 40 J. D. Douglas and Merrill C. Tenney, eds., The New International Dictionary of the Bible, pictorial ed. (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1987), 1025.
- 41 John E. Hartley, "hr`oT," in Theological Wordbook of the Old Testament, ed. R. Laird Harris, Gleason L. Archer, Jr., and Bruce K. Waltke (Chicago: Moody Press, 1980), 1:403.
- 42 NIV1984 paling dekat dalam memberikan terjemahan yang akurat atas ayat-ayat ini. Beberapa versi, termasuk NASB, menerjemahkan Ibrani 11:11 sedemikian rupa sehingga Sara menerima kuasa untuk mengandung. Sejumlah kritik teks mempertanyakan bacaan asli ayat ini dalam bahasa Yunani. Ini berhubungan dengan penghilangan subskrip iota dan dimasukkannya kata kunci steivra (steira, "mandul"). Namun demikian, apa yang tampaknya merupakan faktor yang paling penting dan menentukan adalah frasa eijß katabolh«n spe÷rmatoß (eis katabolēn spermatos), yang secara harfiah berarti "untuk pembentukan benih." Ini adalah istilah teknis yang digunakan untuk peranan pria dalam menghasilkan anak atau membentuk keturunan. Oleh karena itu, dalam teks ini, masalahnya bukan Sara sedang dimampukan untuk mengandung, melainkan tentang Abraham yang dimampukan, oleh iman, untuk memperanakkan. Abraham adalah subjek dari keseluruhan konteks itu (Ibr. 11:8-12). Untuk informasi lebih lanjut, lihat F. F. Bruce, The Epistle to the Hebrews, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 299-302.
- 43 Bauer, 658.
- 44 F. F. Bruce menunjukkan bahwa, jika Paulus telah melakukan latihan ini dalam sekolah rabi sebelum pertobatannya, kesejajaran yang ia buat ini justru menjadi sebaliknya: "Ishak adalah nenek moyang umat pilihan; bani Ismael adalah orang bukan Yahudi. Orang Yahudi adalah anak-anak dari perempuan merdeka [Sara]; Orang bukan Yahudi adalah anak-anak dari perempuan hamba [Hagar]. Orang-orang Yahudi telah menerima pengetahuan tentang hukum Taurat yang memerdekakan; Orang-orang bukan Yahudi dalam perhambaan terhadap ketidaktahuan dan dosa" (F. F. Bruce, The Epistle to the Galatians, The New International Greek Testament Commentary [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982], 218-19).
- 45 Liddell and Scott, 1735.
- 46 Diadaptasi dari Lightfoot, 181.
- 47 Diadaptasi dari James Burton Coffman, Commentary on Galatians, Ephesians, Philippians, Colossians (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1977), 83.
- 48 Lihat 4:30, yang dikutip dari Kej. 21:10.
- 49 Alkitab LXX menerjemahkan tsachaq dengan pai÷zw (paizō, "bermain").
- 50 J. Barton Payne, " qt^x," in Theological Wordbook of the Old Testament, ed. R. Laird Harris, Gleason L. Archer, Jr., and Bruce K. Waltke (Chicago: Moody Press, 1980), 2:763.
- 51 Ismael berusia sekitar empat belas tahun saat Ishak lahir (Kej. 16:16; 21:5; lihat 17:24, 25). Apalagi, Ishak baru berusia tiga tahun saat disapih. Ini akan membuat Ismael berusia enam belas atau tujuh belas tahun pada hari raya itu dalam Kejadian 21:8.
- 52 Johnson, 131.
- 53 Namun begitu, kita harus tidak perlu menyimpulkan bahwa Hagar ditampilkan sebagai orang yang rendah. Dalam Kejadian 21:14-21, Allah mendengar dosa Hagar dan menghibur dia dalam kesusahannya ketika ia dan Ismael diusir.
- 54 Lihat 3:28; 5:6; 1 Kor. 7:19; 12:13; Efe. 6:8.
- 55 Lihat Yoh. 3:14-17, 36; 5:24, 39, 40; 11:25, 26; 14:6.
- 56 Lihat Mat. 26:24, 54; Luk. 24:26, 27, 45, 46.
- 57 Lihat Pelajaran 1: Penyebaran Helenisme.
- 58 Setidaknya delapan belas kota lain yang juga dinamai Alexander.
- 59 Plato Phaedo 109B.
- 60 Perpaduan kekuatan Romawi yang dominan dengan bahasa dan budaya Yunani menghasilkan apa yang disebut "Helenisme Romawi."
- 61 Francis Foulkes, The Letter of Paul to the Ephesians, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1989), 111.
- 62 Lihat Bil. 16:22; 27:16; Ibr. 12:9; Why. 22:6.
- 63 Kata Yunani untuk "planet" ( pla÷nhteß, planētes) berarti "pengembara."
- 64 Istilah ini secara harfiah berarti "keinginan untuk memiliki lebih."
- 65 F. Blass and A. Debrunner, A Greek Grammar of the New Testament and Other Early Christian Literature, trans. and rev. Robert W. Funk (Chicago: University of Chicago Press, 1961), 134 (no. 258).
- 66 William Cowper, "O for a Closer Walk with God," Songs of Faith and Praise, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 67 Salah satu contoh adalah kasus Paulus dengan Felix, yang "menjadi takut" ketika Paulus bertukar pikiran dengan dia tentang "kebenaran, pengendalian diri dan penghakiman yang akan datang" (Kisah 24:25).
- 68 Bauer, 4.
- 69 D. A. Carson, The Gospel According to John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1991), 415-16.
- 70 Bauer, 211.
- 71 Kita harus ingat bahwa "kasih" ( ajga/ph, agapē) is jauh lebih daripada emosi.
Pengarang: Jack McKinney
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) "Prinsip-Prinsip Elementer" (Galatia 4:3, 9)
Dua kali dalam pasal 4, Paulus mengacu kepada "prinsip-prinsip elementer" (4:3, 9; E...
"Prinsip-Prinsip Elementer" (Galatia 4:3, 9)
Dua kali dalam pasal 4, Paulus mengacu kepada "prinsip-prinsip elementer" (4:3, 9; ESV). Pada contoh yang pertama, istilah itu mengacu kepada hukum Taurat yang mengikat orang-orang Yahudi. Kemunculan kedua melibatkan orang-orang bukan Yahudi, dan itu memiliki makna ganda. Ungkapan "berbalik lagi" mengaitkan "prinsip-prinsip elementer" dengan penyembahan berhala kaum pagan (yang pernah dipraktikkan oleh orang-orang Galatia) dan juga hukum Taurat (yang mereka sedang anut oleh karena pengaruh guru-guru Yudaisme). Tak satu pun dari kedua hal itu memiliki kuasa untuk menyelamatkan mereka.
Hukum Taurat berfungsi sebagai alat yang diperlukan hingga waktu Kristus akan datang. Seorang anak membutuhkan bantuan nyata untuk memampukan dia memahami gagasan-gagasan yang abstrak. Kita sering menggunakan alat bantu peraga untuk mengajar anak-anak kita. Allah menggunakan gambar-gambar yang dapat dilihat dan perumpamaan yang diperagakan untuk berkomunikasi dengan Israel saat mereka masih bayi. Anak-anak sekarang belajar di "sekolah dasar" untuk memperoleh kemampuan dasar dan terminologi belajar: Mereka harus mengetahui alfabet dan angka sebelum mereka dapat belajar keterampilan membaca, matematika, dan bidang-bidang lainnya. Tanpa dasar-dasar ini, seluruh proses pendidikan tidak mungkin dilakukan. Begitu anak itu memahami prinsip-prinsip ini, ia beralih ke "pendidikan menengah." Dengan cara yang sama, hukum Taurat menjalankan fungsinya; tapi, setelah Kristus datang, tidak ada alasan untuk kembali ke sana.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Yesus, Sang Penebus (Galatia 4:4, 5)
Dalam 4:4, 5, Paulus menulis, "Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari...
Yesus, Sang Penebus (Galatia 4:4, 5)
Dalam 4:4, 5, Paulus menulis, "Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak." Kata-kata ini menekankan bahwa, pada saat yang tepat, Allah mengutus Anak-Nya ke bumi untuk menebus manusia dari belenggu dosa (lihat Yoh. 8:31-36). Penulis Ibrani mengungkapkan pemikirannya dengan kata-kata ini:
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut (Ibr. 2:14, 15).
Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki—tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku" (Ibr. 10:5).
Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus (Ibr. 10:10).
Dari ayat-ayat ini dan lainnya, jelas terlihat bahwa Yesus harus mati sebagai manusia untuk menghasilkan penebusan manusia.56Ini adalah penggenapan "maksud abadi" Allah (Efe. 3:11). Tetap saja, sungguh menyakitkan untuk merenungkan gejolak emosi Yesus di Getsemani. Ia berjuang, karena mengetahui takdir-Nya tapi pada saat bersamaan mengetahui bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ia dengan sungguh-sungguh berdoa "sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya." Ia berseru, "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki" (Mrk. 14:36). Penderitaannya begitu berat sehingga "peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah" (Luk. 22:44).
Yesus ingin melakukan kehendak Bapa dan bahkan mendapatkan makanan dengan melakukan hal itu (Yoh. 4: 31-34); namun, seperti dalam contoh lainnya, kehendak-Nya di sini diuji melawan kehendak Bapa. Setelah hidup dalam tubuh ini yang telah menjadi bagian dari siapa dan apa Dia sebenarnya, Ia tidak dapat menginginkan apa yang akan terjadi pada Dia. Sebagai Ilah, Yesus senang menyatukan kehendak-Nya dengan kehendak Allah; tapi, sebagai manusia, segala sesuatu tentang sifat insani-Nya berteriak untuk melepaskan diri dari apa yang Ia tahu adalah kehendak ilahi. Di Getsemanilah, Roh Yesus memenangkan kemenangan paling tinggi atas hidup-Nya saat Ia mengorbankan kehendak-Nya sendiri kepada kehendak Bapa-Nya. "Tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki" (Mrk. 14:36). Di sinilah, dalam bentuk manusia, Anak Allah "belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya" (Ibr. 5:8, 9).
Mengatur Panggung (Galatia 4:4)57
Bagi pembaca Kitab Suci yang bijaksana, pelbagai pencobaan yang dialami oleh keturunan Abraham tampaknya beragam dan seringkali menyakitkan, bahkan kadang-kadang merupakan bencana; tapi dalam instruksi Allah, semua itu memiliki tujuan. Kelahiran bangsa Israel dalam perbudakan Mesir menghasilkan sejarahnya yang menyedihkan dan tidak setia selama pengembaraan di padang gurun. Periode kedegilannya di bawah para hakim memberi jalan menuju zaman keemasan raja-raja awal. Kefasikan Israel di bawah sebagian besar raja itu disusul dengan penyebaran mereka ke Asyur dan Babel dan kemudian kepulangan penuh sukacita ke tanah air di bawah Zerubabel, Ezra, dan Nehemia. Penaklukan bangsa Makedonia di bawah Alexander Agung (dan perubahan budaya, bahasa, dan agama yang terjadi) mendatangkan penderitaan yang ditimbulkan oleh raja-raja Siria dan Mesir. Masa kemerdekaan yang gemilang, tapi terlalu singkat, di bawah Makabis mendahului pendudukan yang menghancurkan harapan oleh Pompey dan bangsa Romawi. Semua perubahan radikal ini, yang menimbulkan bentrokan orang-orang dari dekat dan jauh, menyatu untuk mengintensifkan di tengah-tengah kaum tersisa yang setia itu iman mereka akan "penghiburan Israel" dan "penebusan Yerusalem" itu (Luk. 2:25, 38).
Baik Yakub (Israel) cucu Abraham maupun bangsa yang dinamai menurut namanya itu tidak tahu apa yang Allah sedang lakukan atas mereka. Juga, bahkan sebelum kelahirannya sebagai bangsa dari tujuh puluh keturunan yang datang ke Mesir, "rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah" (Efe. 3:9) mulai terbentuk sesuai dengan maksud abadi Allah. Sama seperti Mesir digunakan untuk tujuan tertentu, maka Allah akan menggunakan suksesi bangsa-bangsa lain untuk tujuan lain. Pendeportasian kerajaan utara Israel ke Asyur adalah pukulan yang luar biasa, bahkan bagi kerajaan selatan Yehuda. Namun begitu, kekalahan tragis ini masih gagal untuk mengajar umat Allah itu tentang konsekuensi menakutkan dari penyembahan berhala dan ketidaktaatan kepada Dia. Oleh karena itu, Yehuda dihukum dengan penghancuran oleh Nebukadnezar; Yerusalem dan bait sucinya dihancurkan, dan kaum itu ditawan ke Babel. Pelbagai peristiwa ini membuat orang-orang Yahudi itu patah semangat, tapi kali ini pelajaran itu akhirnya dipahami. Tidak pernah lagi kita membaca tentang dosa penyembahan berhala di tengah-tengah mereka.
Selama pengasingan, Daniel bernubuat dengan rincian yang luar biasa tentang empat kerajaan—Babel, Medo-Persia, Makedonia, dan Romawi—dan peran tersendiri dari masing-masing kerajaan itu dalam mengatur panggung untuk penggenapan waktu dan kedatangan Mesias (Dan. 2:26-45). Oleh karena kerajaan pertama, yaitu bangsa Babel, telah menghancurkan bait suci di Yerusalem, maka orang-orang buangan Yahudi mulai berhimpun di sinagoga-sinagoga. Melalui lembaga baru ini, Firman Allah dipelihara di seluruh wilayah Laut Tengah dan bahkan jauh di luar itu. Menurut tradisi, di setiap tempat di mana sepuluh laki-laki Yahudi dapat berhimpun untuk beribadah, maka Kitab Suci dipelajari dan pengetahuan mereka disebar luaskan. Sinagoga tidak hanya melestarikan cara hidup orang Yahudi tetapi juga menyentuh kehidupan orang-orang kafir yang tertarik kepada aturan-aturan dan standar etikanya yang lebih tinggi.
Kerajaan kedua yang dinubuatkan oleh Daniel adalah Media dan Persia. Transisi tersebut dijelaskan dalam Daniel 5:30, 31: "Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu. Darius, orang Media, menerima pemerintahan ketika ia berumur enam puluh dua tahun."
Media dan Persia adalah kerabat dan sekutu. Mereka diperlakukan oleh Daniel sebagai kerajaan tunggal, seperti yang terlihat dari Daniel 8:20: "Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja-raja orang Media dan Persia." Peran utama yang dimainkan Persia dalam sejarah orang Yahudi berupa perintah Koresh yang membebaskan mereka untuk kembali ke tanah air mereka dan membangun kembali bait suci di Yerusalem (Ezra 1:1, 2).
Kerajaan ketiga yang diprediksikan oleh Daniel adalah kerajaan Makedonia, yang ia sebut sebagai "negeri Yunani"; kerajaan itu digambarkan sebagai "kambing berbulu kesat" yang menjatuhkan kambing bertanduk dua yang melambangkan raja-raja Media dan Persia (Dan. 8:21). Sampai zaman Philip II, Makedonia memainkan peran yang relatif tidak penting dalam sejarah suku-suku Yunani. Namun begitu, Philip ini adalah politisi yang sangat cerdik dan komandan militer yang tak kenal takut. Ia pertama-tama mempersatukan rekan-rekan senegaranya ke dalam kekuatan militer yang sangat kuat dan kemudian menaklukkan kerabat Yunaninya di selatan. Philip adalah ayah seorang anak muda, Alexander, dan memastikan bahwa anak laki-laki itu menerima pendidikan terbaik yang tersedia, yaitu filsuf terkenal Aristoteles. Dengan demikian ia menjamin pendidikan terbaik bagi anak laki-laki itu. Terkadang ia disebut "Philip orang Barbar" karena temperamennya yang sembrono dan tingkah lakunya yang buruk, Philip bagaimanapun terkesan dengan budaya ulung Atena dan mengundang beberapa tokoh sastra terbesar pada zamannya ke istananya. Lebih banyak lagi yang dapat dikatakan tentang orang ini, namun peran utamanya adalah berupa penyatuan mesin militer paling kuat pada zamannya. Setelah pembunuhannya, mesin militer ini jatuh ke tangan anak laki-lakinya yang jauh lebih terkenal, yang kemudian dikenal sebagai "Alexander Agung." Alexander adalah penakluk Persia di masa depan, yang hingga saat itu dianggap sebagai negara adidaya yang tidak terbantahkan pada waktu itu.
Hal itu pastinya merupakan bagian dari rencana Allah untuk menggunakan pemuda ini membawa perubahan di dunia beradab guna membantu mempersiapkan jalan bagi kedatangan zaman mesianik. Salah satu cara signifikan hal ini terjadi adalah dengan memfasilitasi pengembangan Helenisme, bahasa dan budaya bangsa Yunani. Cara hidup ini menyebar sejalan dengan kemenangan militer Alexander. Melalui penaklukan ini, hampir semua wilayah timur Mediterania dan daratan sejauh India merasakan dampak dari pemuda luar biasa ini. Baik terjemahan Kitab Suci Ibrani ke dalam bahasa Yunani (sepertinya di Alexandria, Mesir, yang memakai namanya58) maupun pengembangan bahasa Yunani Koine (umum) yang ke dalam bahasa itu Kitab Suci itu diterjemahkan dapat secara tidak langsung dikaitkan dengan Alexander. Tidak hanya dunia kafir tetapi juga sinagoga-sinagoga dari orang-orang Yahudi yang menyebar di seluruh wilayah ini akhirnya menggunakan Bahasa Yunani Koine, yang kemudian berfungsi sebagai bahasa asli kitab-kitab Injil dan tulisan-tulisan lain Perjanjian Baru.
Peran Aristoteles sebagai guru pribadi Alexander adalah unsur luar biasa dari perkembangan Helenisme. Filsuf besar itu menulis dua esai khusus untuk Alexander, dengan memakai judul "Monarki" dan "Koloni." Bangsa Makedonia, perlu dicatat, meski mereka berbicara bahasa Yunani, tidak terikat pada prinsip-prinsip politik demokrasi seperti sebagian besar suku Yunani. Mereka memilih penguasa mereka; tapi, begitu terpilih, penguasa tersebut bertindak dengan kekuatan dan otoritas raja. Seperti ayahnya, Philip II, memerintah, begitu pula Alexander. Sebenarnya, setelah Alexander berkonsultasi tentang Nubuat Amon di Libya, di mana ia dinyatakan sebagai dewa, ia menjadi raja Makedonia yang tidak ada duanya sebelum atau sesudah dia. Ia benar-benar disembah oleh banyak orang timur yang ia taklukkan.
Tidak ada bangsa lain di lembah Mediterania yang mendirikan koloni yang sangat banyak seperti bangsa Yunani. Dimulai pada awal abad kedelapan S. M., mereka terus berkoloni selama tiga ratus tahun berikutnya, di sekitar samudera yang luas ini (di Perancis, Italia, Afrika Utara, dan Asia Kecil). Mereka juga mendirikan koloni-koloni di sebagian besar pulau di wilayah ini. Salah satu penulis kuno, pada kenyataannya, membandingkan pendudukan Yunani atas wilayah-wilayah pesisir ini dengan katak-katak yang duduk di sekitar kolam.59Aristoteles dan Alexander, muridnya, sangat menyadari kegunaan dan kekuatan koloni-koloni ini, tidak hanya untuk alasan komersial dan politik tetapi juga untuk penyebaran bahasa dan budaya Yunani. Ke mana pun Alexander memperluas penaklukannya, ia memastikan bahwa kota-kota yang ia dirikan memadukan institusi-institusi tradisional Yunani seperti gimnasium, teater, odeum, dan ruang sidang. Koloni-koloni ini kemudian menjadi titik cahaya bagi proses budaya dan linguistik yang hebat itu yang disebut Helenisasi. Tentunya bukan kebetulan bahwa, dengan cara ini, negeri-negeri di Timur dipersiapkan untuk kedatangan pesan keselamatan mesianik. Tulisan-tulisan Perjanjian Baru beredar di seluruh dunia beradab dalam bahasa Yunani Koine, seperti yang masih kita miliki sekarang.
Kerajaan keempat yang dinubuatkan oleh Daniel adalah Kerajaan Romawi. Pada zaman Kaisar Augustus, yang pada masa pemerintahannya Yesus lahir, pelbagai persiapan penting lainnya untuk "genap waktunya" (4:4) telah dibuat. Roma telah menghadapi orang-orang Yunani berabad-abad sebelumnya di semenanjung Italia dan telah menerima pengaruh budaya mereka yang luas. Arsitektur, puisi, dan sastra Romawi dimulai dengan meniru orang-orang Yunani. Ketika bangsa Romawi menaklukkan Korintus pada tahun 146 S. M. dan hampir membuat seluruh kota itu menjadi reruntuhan, mereka membawa ke negeri mereka sendiri tidak hanya benda-benda seni berharga seperti patung-patung yang sangat bagus, tapi juga cermin yang merupakan ciri khas kota itu (lihat 1 Kor. 13:12). Mereka mengambil apa saja barang-barang yang terbuat dari perunggu terkenal di Korintus, dan juga sejumlah besar budak. Budak-budak ini adalah kaum laki-laki yang dapat dijadikan guru untuk anak laki-laki mereka guna memudahkan penguasaan bahasa Yunani.60
Kerajaan Romawi, begitu menjadi kekuatan dominan atas dunia Mediterania, memberi kontribusi yang lebih besar kepada keadaan di seputar kedatangan Mesias daripada hanya pelbagai manfaat Helenisme Romawi. Roma adalah negara yang jauh lebih banyak bekerja daripada berpikir. Fokusnya pada hal yang praktis. Setelah perang saudara sendiri berakhir dan kekuasaan dikonsolidasikan di tangan Oktavianus (lebih dikenal sebagai Kaisar Augustus; lihat Luk. 2:1), pasukan militer Roma menyapu Laut Tengah dan Laut Aegea untuk membebaskan dari bajak laut, memperluas kendali Roma atas semua negeri yang berbatasan dengan perairan ini, dan memulai periode kedamaian yang panjang dan berkelanjutan yang dikenal sebagai Pax Augusta, atau Kedamian Augustus. Pada masa pemerintahan Augustus itulah, "Raja Damai" lahir di sebuah kota kecil yang relatif tidak penting di sudut kerajaan itu, tidak jauh dari pantai timur Laut Tengah.
Dapatkah ada zaman yang lebih ideal dalam sejarah manusia untuk kemunculan Manusia-Allah dan Penebus ini daripada zaman keemasan Roma? (1) Perdagangan kerajaan itu memberi peluang besar untuk melakukan perjalanan, baik melalui lautan dengan kapal komersial atau melalui darat melalui sistem jalan raya yang dirancang dengan baik.(2) Meski provinsi-provinsi memiliki bahasa dan dialek yang berbeda, namun kerajaan itu menggunakan bahasa Yunani sebagai sarana komunikasi umum. (3) Kewarganegaraan Romawi ditawarkan kepada mereka yang mampu membelinya dan kepada orang lain yang secara bersyarat didukung untuk menerimanya (lihat Kisah 22:27, 28). (4) hukum Romawi sudah maju, memiliki sistem pengadilan dan naik banding (lihat Kisah 25:11, 12). (5) Roma memiliki toleransi atas budaya dan agama asli di negeri-negeri yang berada di bawah dominasinya, umumnya mengizinkan atau bahkan mendukung pilihan bangsa-bangsa taklukan itu dalam memilih para penguasa atau raja-raja sekutu yang berasal dari pribumi mereka sendiri. Tidak ada yang sadar bahwa semua faktor ini merupakan berkat nyata yang disediakan oleh Allah sendiri, yang sedang mempersiapkan pentas bagi kedatangan Anak Daud.
Bahkan murid-murid lingkar dalam Yesus pun tidak dapat memahami sifat kerajaan rohani yang tak terlihat ini. Bagaimana mungkin orang-orang Yahudi itu— bahkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang tenggelam dalam puing-puing tradisi manusia mereka—mulai memahami fakta bahwa "genap waktunya" sudah berada di atas mereka? Bagaimanakah mereka dapat menyadari bahwa hari-hari Mesias telah tiba dan kerajaan Allah sudah ada di dalam pribadi Yesus dari Nazaret (Luk. 17:21)? Bagaimanakah mereka dapat membayangkan bahwa semua perubahan ini disebabkan oleh tangan Allah untuk "mempersiapkan jalan bagi Tuhan" (Mrk. 1:3; NIV)?
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Berkat Dari Menjadi Anak (Galatia 4:6, 7)
Ketika Paulus membahas status orang Kristen di dalam Kristus, ia menyajikan kebenaran yang meyakinkan ini: ...
Berkat Dari Menjadi Anak (Galatia 4:6, 7)
Ketika Paulus membahas status orang Kristen di dalam Kristus, ia menyajikan kebenaran yang meyakinkan ini: "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!'" (4:6). Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa, karena kita adalah anak, maka kita adalah "ahli-ahli waris, oleh Allah" (4: 7).
Allah telah membuka kepada kita pengetahuan tentang alam sorgawi yang mulia yang melampaui apa saja yang dapat kita bayangkan. Kita, makhluk yang malang, buta yang terbuat dari tanah liat terlalu terbebani dan terpesona dengan pelbagai atraksi sementara yang dunia ini coba tunjukkan. Alkitab bicara tentang "sorga" namun lebih sering mengacu kepada "kemuliaan." Konsep seperti itu melampaui kemampuan kita untuk memahaminya. Pemikiran yang sangat luar biasa unggul dan tinggi dari Zat seperti Allah kita adalah di luar jangkauan pemahaman alami kita. Tetap saja, Allah "dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita" (Efe. 3:20).
Haruskah kita meninggalkan usaha untuk memahami pikiran Allah? Tentunya bukan itu yang Paulus katakan dalam Efesus 3:20. Mungkin kita harus dengan jujur bertanya kepada diri sendiri, "Kuasa apakah ini yang bekerja di dalam diri kita?" Dalam konteks itu, karena tema Paulus adalah Roh yang menetap dan kehidupan rohani yang dengannya kita dianugerahi iman, haruskah kita mungkin menulis dengan huruf besar kata "kuasa"? Dalam Efesus 3:14-21 itu, Paulus mengungkapkan doanya agar saudara-saudara itu dapat diperkuat oleh kuasa Roh untuk memahami kasih besar Kristus dan dipenuhi dengan kepenuhan Allah. Apakah Paulus sedang bicara tentang kuasa Allah atau kuasa Roh? Francis Foulkes menulis, "Ini merupakan asumsi yang konstan, atau penekanan tertentu, dari ajaran Perjanjian Baru, bahwa kekuatan bagi kehidupan orang Kristen datang melalui menetapnya Roh Kudus secara pribadi."61
Tidak diragukan lagi, perspektif Foulkes adalah benar. Paulus, dalam konteks suatu pasal, berbicara tentang Kristus yang menetap, Allah yang menetap, dan Roh yang menetap (Rom. 8). Bahasa ini tidak diberikan kepada kita supaya kita dapat menganalisis apa yang masing-masing anggota ke-Allahan yang unik itu perbuat dalam situasi tertentu. Kitab Suci memang memberitahu kita bahwa tiga anggota itu adalah Esa, terlepas dari masalah yang mungkin dimiliki oleh orang tidak percaya dengan matematika Allah. Fakta ini saja seharusnya memenuhi diri kita dengan perasaan takjub dan kagum. Kita harus merasa lebih kagum bahwa Allah dan Bapa atas segenap dunia rohani62menawarkan kepada kita satu-satunya Anak-Nya yang kekasih untuk menebus kita dari dosa-dosa kita. Lalu, di luar itu, Ia memberi kita "Penghibur yang lain" (Yoh. 14:16; KJV)— tidak hanya untuk menyertai kita, tetapi juga untuk menetap di dalam diri kita. Penghibur itu memotivasi kita kepada pemikiran dan perbuatan rohani dan memampukan kita untuk mematikan "perbuatan-perbuatan tubuh" (Rom. 8:13) di dunia sekarang yang jahat ini.
Bertolak belakang dengan semua akal dan logika manusia, Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah Esa. Maksud abadi mereka adalah satu: untuk menebus dunia manusia yang tanpa harapan tersesat dalam dosa. Entah bagaimana, Allah kita yang kudus mengasihi kita dan memberi kita karunia terbesar, karunia yang paling dermawan yang Ia dapat berikan. Ia membuat suatu pengorbanan yang nyaris tidak dapat kita bayangkan bahwa Ia dapat melakukannya. Marilah kita berdoa, "Ya Allah, berikanlah kami kasih karunia dan rahmat sehingga kami boleh, seperti pernah juga hamba-Mu yang setia, Musa, memandang kemuliaan-Mu! Semoga kami setidaknya dapat melihat sekilas misteri insani tak terduga dari Anak-Mu Yesus, Kristus dari Galilea, yang di dalam diri-Nya mewujudkan penyataan hati-Mu sendiri yang penuh kasih tak terhingga."
Hak-hak istimewa dan prerogatif status anak secara konsisten dianggap sebagai status kehormatan di dalam Kitab Suci. Bahkan anak pemboros di dalam perumpamaan di Lukas 15, terlepas dari fakta bahwa ia telah mencemarkan dirinya dan mempermalukan ayahnya serta keluarganya, diterima dengan tangan terbuka saat kembali ke rumah ayahnya. Ia dikenakan pakaian kehormatan—bukan karena ia telah bertindak sangat memalukan, tapi terlepas dari tindakannya itu karena ia adalah seorang anak laki-laki. Kita harus sangat tersentuh oleh kenyataan bahwa, sebagai anggota umat manusia yang rusak, kita telah diterima dan dibawa ke dalam keluarga Allah dari semua ciptaan. Ia telah mengangkat kita sebagai anak dengan tindakan kasih karunia yang tak terduga— yaitu, penyaliban "Anak[-Nya] yang tunggal dan unik [monogenh/ß, monogenēs]" (Yoh 1:18; 3:16; CJB).
Sebagai makhluk yang terbatas, kita hanya dapat menangkap sekilas, visi yang tidak jelas tentang kasih ilahi yang menggerakkan Bapa untuk membuat pengorbanan yang menghebohkan seperti yang Ia persembahkan atas nama kita. Bahkan dengan visi kita yang terbatas tentang kasih yang agung ini, bagaimana bisa kasih itu gagal memikat hati kita? Kasih seperti itu seharusnya menggerakkan kita untuk menggenapi semua potensi kita bagi pelayanan yang penuh kasih, penuh syukur, setia, kepada seorang Penguasa dan kepada semua orang di dunia yang untuk mereka Anak yang dikasihi itu menyerahkan nyawa-Nya.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penyembahan Berhala Modern (Galatia 4:8)
Mereka yang memiliki hak istimewa untuk hidup di abad kedua puluh satu mungkin terlihat kebal terhadap godaa...
Penyembahan Berhala Modern (Galatia 4:8)
Mereka yang memiliki hak istimewa untuk hidup di abad kedua puluh satu mungkin terlihat kebal terhadap godaan untuk sujud dan menyembah patung yang terbuat dari kayu atau batu. Namun begitu, dunia kuno—dunia Yunani, yang menghasilkan beberapa pemikir paling hebat di dunia—pernah kecanduan penyembahan berhala.
Bahkan orang-orang Yunani yang hidup berabad-abad sebelum Kristus tidak percaya bahwa patung-patung dewa mereka adalah benar-benar dewa, dan mereka juga tidak percaya bahwa dewa-dewa "sungguhan" mereka tinggal di ketinggian Gunung Olympus. Sebaliknya, bagi mereka patung-patung itu merupakan representasi visual dari dewa-dewa ini yang, menurut kepercayaan mereka, hidup dalam dimensi lain yang tidak berbeda dengan konsep kita sendiri tentang "sorga," alam spiritual. Dalam hal ini, patung-patung ini tidak jauh berbeda dengan patung-patung yang ditemukan di beberapa katedral pada zaman kita. Patung-patung seperti itu secara ritual diurapi dengan minyak, kaki mereka diciumi, dan beberapa patung secara berkala dikenakan jubah hiasan.
Kasus menentang penyembahan berhala didasarkan pada objek atau dasar iman atau pemujaan manusia yang salah, baik yang bersifat materi atau rohani. Mencintai dan mempercayai apa saja selain Allah merampas Dia dari apa yang menjadi milik-Nya secara eksklusif. Inilah inti dari penyembahan berhala.
Sebagai contoh, orang Yunani kuno percaya bahwa benda-benda langit (matahari, bulan, dan planet-planet63) memiliki kekuatan untuk "berkeliaran" bolak-balik melintasi hamparan bintang-bintang yang tidak bergerak dan juga memiliki kekuasaan atas nasib manusia. Meski ini mungkin tidak masuk akal bagi kita, banyak orang sekarang ini berkonsultasi dengan horoskop di surat kabar dan di Internet untuk memperoleh pertanda tentang kebaikan atau kejahatan yang akan datang yang berkaitan dengan peristiwa di masa depan. Apakah mereka itu kurang menyembah berhala daripada orang Yunani mula-mula yang hidup berabad-abad sebelum kelahiran Yesus?
Allah tidak hanya memperingatkan umatNya Israel untuk jangan menyembah benda-benda langit, namun Ia juga memerintahkan mereka agar pelanggar perintah itu dilempari batu sampai mati (Ula. 4:19; 17:1-5). Belakangan, ketika kemurtadan di Israel telah terpuruk sangat dalam sehingga kitab Taurat hilang dan terlupakan selama bertahun-tahun, raja muda Yosia, setelah kitab itu ditemukan, melakukan reformasi nasional di Yehuda. Ia merasa perlu untuk membersihkan bait suci tidak hanya dari para imam yang musyrik, tetapi juga "orang-orang yang membakar korban … untuk dewa matahari, untuk dewa bulan, untuk rasi-rasi bintang dan untuk segenap tentara langit" (2 Raja 23:5).
Paulus dengan jelas mengatakan bahwa penyembah berhala tidak akan mewarisi kerajaan Allah (1 Kor. 6:9, 10). Ia bahkan memerintahkan gereja untuk menarik persekutuan dari para penyembah berhala (1 Kor. 5:10, 11). Apakah kita menganggap serius pernyataannya bahwa "ketamakan" atau "keserakahan" (pleonexi/a, pleonexia64) adalah sama dengan penyembahan berhala (Efe. 5:5; Kol. 3:5)? Apakah kita mengindahkan permintaannya bahwa mereka yang gagal untuk bertobat dari dosa-dosa ini harus ditolak dalam persekutuan orang-orang kudus (1 Kor. 5:11)? Gereja-gereja sering mengabaikan perintah Allah ini, namun itu tetap tidak berubah—perintah Allah. Sebagai tambahan, Paulus bicara tentang orang-orang yang "Tuhan mereka ialah perut mereka" (Flp. 3:19; lihat Rom. 16:18) dan yang "lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah" (2 Tim. 3:4). Dengan menyinggung dosa-dosa umum orang bukan Yahudi dalam Roma 1:25, ia menggambarkan para penyembah berhala sebagai orang-orang yang "menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya."
Menurut nas-nas ini, dalam pikiran Allah, setiap pengganti diri-Nya sebagai objek utama bagi perasaan sayang kita atau kepercayaan kita adalah penyembahan berhala. Dalam beberapa hal, semua benda non materi dari devosi kita adalah lebih berbahaya karena mereka tidak terlihat seperti itu. Mereka tidak menampakkan kebodohan sujud di hadapan "berhala yang bodoh" dengan harapan bahwa berhala-berhala ini dapat membantu kita untuk mengatasi masalah kita atau memberikan beberapa berkat (lihat Yes. 44). Kita pikir kita terlalu canggih untuk ditipu oleh berhala literal zaman kuno; tapi Iblis entah bagaimana tetap selangkah di depan kita dengan seni tipunya dan tahu betul bagaimana mengarahkan panah apinya ke titik paling rentan pada diri kita, yaitu kelemahan kita dari sifat manusiawi kita yang dikuasai oleh dosa.
Bagi yang sejahtera, salah satu berhala yang paling halus dan berbahaya dari semua berhala manusia zaman kini adalah ketamakan, yang sering menyamar sebagai "kesuksesan." Dalam daftar kejahatan dalam Kolose 3:5, "keserakahan" atau "ketamakan" (KJV), pleoneksia, adalah satu-satunya yang didahului oleh kata sandang pasti (Ing.: "the") dalam teks Yunani. Meski ini tidak muncul dalam terjemahan bahasa Inggris/ Indonesia, namun itu memiliki arti gramatikal yang aneh dalam bahasa aslinya; itu berarti sesuatu seperti "dan perbuatan jahat yang utama, ketamakan."65
Apa pun situasi kita dalam kehidupan, "hanya satu saja yang perlu" (Luk 10:42). Mari kita menempatkan Allah dan Firman-Nya di atas segalanya.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Memberitakan Injil Dari Pengalaman Pribadi (Galatia 4:12-15)
Ketika Paulus menyurati gereja Galatia, ia menyinggung beberapa pengalaman yang pernah i...
Memberitakan Injil Dari Pengalaman Pribadi (Galatia 4:12-15)
Ketika Paulus menyurati gereja Galatia, ia menyinggung beberapa pengalaman yang pernah ia alami bersama mereka. Ia telah mengidentifikasi dirinya bersama dengan orang-orang bukan Yahudi ini saat memberitakan injil kepada mereka, terlepas dari kesulitan pribadinya. Mereka menyambutnya dengan hangat dan mengembangkan persahabatan yang erat dengan dia (4:12-15). Paulus menggunakan pengalaman bersama ini untuk mencoba memulihkan komitmen penuh mereka kepada Kristus.
Setelah suatu hari mengkhotbahkan satu pelajaran, saya diingatkan bahwa saya seharusnya jangan memasukkan pengalaman hidup saya sendiri dalam memberitakan injil karena kisah pribadi tidak memiliki tempat dalam "memberitakan Firman." Terus terang, saya terkejut pada waktu itu. Namun begitu, belakangan saya sadar bahwa beberapa hal dapat menjadi sama efektifnya dalam cara orang menyampaikan kesaksian pribadinya sendiri tentang bagaimana injil telah mempengaruhi hidupnya. Jika apa yang ia harus katakan memberitahu para pendengarnya bahwa yang sedang bicara adalah hatinya dan bukan hanya pikirannya, ia mungkin sedang bersaksi tentang kuasa Allah dalam hidupnya. Emosi dapat menjadi hal yang baik dalam diri seorang pembicara atau penulis jika hasilnya timbul dari dampak Kitab Suci yang dengannya ia berperilaku dan bukan sekadar upaya untuk mengesankan para pendengarnya dengan siapa dirinya. Dalam nas ini, emosi Paulus pasti terlibat dalam pesannya itu.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Plin-planisme (Galatia 4:15)
Paulus menanya gereja Galatia, "Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu?" (4:15a). Pertanyaan ini mengungkap si...
Plin-planisme (Galatia 4:15)
Paulus menanya gereja Galatia, "Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu?" (4:15a). Pertanyaan ini mengungkap sikap mereka yang terbalik total, yang diakibatkan oleh pekerjaan busuk guru-guru Yudaisme. Dapatkah kita katakan bahwa perubahan tiba-tiba ini merupakan sifat unik gereja Galatia? Tidak, perubahan yang sama, tiba-tiba, pernah terjadi di antara orang-orang Yahudi pada zaman Yesus: Suatu saat mereka dengan sukacita merayakan Raja "yang datang dalam nama Tuhan" pada waktu masuknya Yesus yang penuh kemenangan ke dalam Yerusalem, dan kurang dari seminggu kemudian mereka berteriak-teriak, "Salibkan Dia!" (Mat. 21:9; 27:22, 23).
Jenis ketidaktetapan yang sama terlihat dalam perumpamaan tentang penabur yang berlaku secara universal (Mat. 13:5, 6, 20, 21). Kita menyaksikan pelbagai kecenderungan ini sekarang ini ketika orang-orang yang dangkal, impulsif merespons Kristus tapi kemudian berpaling dari mengikut Dia. Bagaimana dengan kita? Dapatkah salah seorang dari kita mengklaim berbeda dalam hubungan kita sendiri dengan Tuhan? Seberapa seringkah kita telah menyeleweng dari "kasih mula-mula" kita? Apakah kita rindu untuk menangkap kembali pertemuan pertama yang penuh semangat dengan Dia, menghargai sekali lagi siapa Dia sebenarnya dan seberapa besarkah Ia benar-benar berarti bagi kita? Keinginan ini telah tertangkap dalam syair pujian "O for a Closer Walk with God":
Di manakah kebahagian yang pernah kukenal Waktu pertama kali kupandang Tuhan? Di manakah tampilan yang menyegarkan jiwa Dari Yesus dan firman-Nya?66
Lagu ini harus menggugah kita untuk mengingat dan menyebabkan kita mencari cara untuk menghidupkan kembali puncak awal perasaan bahagia. Tidakkah kita ingin memegang teguh kegembiraan rohani yang pernah kita alami saat pertama kali menge- nal Dia, ketika Ia mengangkat kita ke tempat yang tidak pernah kita antisipasi? Ini harus menjadi pengalaman semua orang yang dilahirkan kembali dan beralih dari bidang kehidupan sekuler, material kepada bidang Roh Kudus dari Allah. Namun begitu, perubahan itu pastilah lebih dramatis bagi mereka yang dibesarkan dalam gaya hidup penyembahan berhala yang bejad dan kacau!
Apa yang sangat mengejutkan Paulus adalah bagaimana seseorang, bahkan di masa-masa awal mereka sebagai orang Kristen, dapat membayangkan untuk berbalik kepada "roh-roh dunia yang lemah dan miskin" (4:9) dari penyembahan berhala atau perbudakan mereka sebelumnya kepada hukum Taurat. Ia sedang bertanya, "Bisa-bisanya kamu begitu? Berani-beraninya kamu begitu! Bagaimana mungkin kamu menjadi begitu bodoh?"
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Pemberitaan Injil Yang Penuh Gairah (Galatia 4:19)
1. Haruskah daya tarik emosional digunakan dalam berkhotbah? Kata "emosi" berhubungan de...
Pemberitaan Injil Yang Penuh Gairah (Galatia 4:19)
1. Haruskah daya tarik emosional digunakan dalam berkhotbah? Kata "emosi" berhubungan dengan kata-kata seperti "gerak," "motivasi," "motif," dan bahkan "motor." Itu adalah apa yang mendorong orang untuk membuat keputusan dan bertindak atas keputusan itu. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara: melalui penalaran yang kuat, dengan mengacu kepada daya pikir; melalui penghukuman dosa, dengan mengacu kepada hati nurani; melalui pemunculan rasa takut, dengan menunjukkan konsekuensi perbuatan yang salah;67dan melalui pembangkitan perasaan malu, rasa syukur, kasih, dan harapan. Emosilah yang menggerakkan orang untuk menunjukkan keberanian di hadapan ancaman, menanggung pelbagai pencobaan dan penderitaan, mengatasi pelbagai rintangan besar, menentang dosa, bersikap ambisius dalam memajukan prinsip kebenaran, atau menggerakkan seseorang dari kelesuannya atau sikap apatisnya.
Calon penginjil yang berpikir akan sudah cukup dengan memberi orang fakta-fakta injil—membagikan doktrin Kristus, tanpa mengetahui apa yang pendengarnya lihat dan dengar pada dirinya—hampir pasti gagal dalam misinya. Sangat mungkin untuk menyajikan banyak informasi dalam presentasi pesan injil yang kering dan monoton (meski faktual) yang tidak akan menggerakkan seseorang untuk bertindak. Jika pembicara itu sendiri memberi sedikit atau tidak punya kesan sedang dipikat oleh apa yang ia sedang beritakan, maka pendengarnya itu tidak mungkin akan lebih tersentuh oleh pemberitaannya daripada dirinya sendiri.
Saat melakukan tugas pascasarjana, saya berkenalan dengan seorang pemuda brilian yang berada pada atau dekat puncak kelasnya dalam semua mata kuliahnya. Setelah lulus, ia "masuk pelayanan" dan, pada saatnya, berkhotbah untuk beberapa gereja besar. Pesannya tidak dapat disalahkan mengenai struktur, isi, logika, atau kesetiaan kepada Kitab Suci. Pesan itu disampaikan dengan suara yang bergema, sama sekali tanpa catatan. Satu-satunya hal yang nampaknya kurang adalah keyakinan. Entah bagaimana, pria yang sangat berbakat dalam semua hal lain ini mampu memberikan pelajaran dengan kualitas yang sempurna dan sangat penting tanpa sedikit pun menunjukkan bukti bahwa ia sendiri terpengaruh oleh apa yang ia sedang katakan! Terlepas dari bakatnya yang besar itu, ia adalah orang yang tidak tepat sebagai pelayan injil.
Di sisi lain, penggunaan emosi hanya untuk kepentingan emosi rentan terhadap ketidakjujuran dan kepura-puraan. Meski emosi dapat menggerakkan orang dalam beberapa hal, namun emosionalisme sebagai metodologi hanyalah soal membuat orang terkesan. Apakah yang dapat menjadi sumber dan efek dari usaha semacam itu? Akankah pendengar yang terkesan mengikatkan dirinya kepada Kristus, atau akankah ia cenderung menjadi murid si pembicara yang menawan emosinya? Jika emosi itu berasal dari manusia dan hanya digunakan sebagai metode untuk mencapai suatu tujuan, apapun yang dapat dicapai dapat berubah menjadi karya manusia.
Efeknya dapat berbeda jika emosi yang dimanifestasikan oleh si pembicara itu dibangkitkan lewat pengadopsiannya atas pelajaran dari dan perenungan tentang Firman Allah. Jika ia digerakkan oleh makna pesan injil baik untuk kehidupannya sendiri maupun untuk kehidupan para pendengarnya, maka sumber gairahnya dalam berkhotbah adalah karya Roh Allah melalui Firman Allah. Ini tidak hanya sekedar berupa pekerjaan manusia, tapi juga pekerjaan Allah.
Emosi semacam inilah yang kita lihat dan rasakan dalam kata-kata Paulus yang sedih dan putus asa, saat ia menghimbau "anak-anak kecil" nya (4:19; ESV). Bagaimana mungkin ia tidak tergerak saat melihat anak-anak rohaninya yang kekasih berpaling, tidak hanya dari dia tapi bahkan dari Kristus? Kemurtadan semacam itu pada akhirnya akan mengakibatkan mereka tersesat, kecuali jika ia dapat menggerakkan mereka lagi kepada pertobatan. Apa yang mengaduk begitu dalam perasaan Paulus hanyalah refleksi Roh Kristus yang ada di dalam dirinya. 2. Emosi apakah yang Kristus perlihatkan? Mari kita simak emosi Kristus. Beberapa ungkapan dalam bahasa Yunani asli dapat mengejutkan orang yang telah sedikit atau tidak memikirkan hal ini. Emosi ini mencakup secara luas dari keriangan hingga kemarahan dan kesedihan yang mendalam. ]
Sukacita. "Ia sangat bersukacita dalam Roh Kudus" (Luk. 10:21; NASB). Kata Yunani untuk "sangat bersukacita" (ajgallia/w, agalliaō) berarti "menjadi sangat sukacita, riang, senang, gembira sekali."68Kata itu menyiratkan tingkat sukacita yang dapat datang hanya dari Allah.
Kemarahan. Ketika murid-murid Yesus menegur orang tua yang berusaha untuk membawa anak-anak mereka kepada Dia, "Ia marah dan berkata kepada mereka: 'Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah'" (Mrk. 10:14). Kata ajganakte/w (aganakteō) berarti "menjadi naik darah," "menjadi geram," atau "menjadi marah."
Murka. Setelah Lazarus meninggal, "ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu" (Yoh. 11:33). "Sangat terharu" berasal dari kata emj brimao mai (embrimaomai). "Dalam bahasa Yunani di luar Alkitab, kata itu dapat mengacu kepada dengus kuda; ketika diterapkan kepada manusia, kata itu selalu menyiratkan murka, kejahatan atau kejengkelan emosi." Alih-alih "sangat terharu" oleh kesedihan Maria dan Marta dan para pelayat lainnya, Yesus mungkin marah terhadap "dosa, penyakit dan kematian dalam dunia yang sesat ini" atau pada ketidakpercayaan dan keputusasaan para pelayat itu.69
Murka dan Duka. Sebelum menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya, Yesus "memandang sekeliling-Nya kepada mereka [orang-orang Farisi] dengan marah, berdukacita atas kedegilan hati mereka" (Mrk. 3:5; NASB). Ayat ini mencakup istilah ojrgh (orgē, "kemarahan" atau "murka") and sullupe/w (sullupeō, "menjadi sangat sedih" atau "merasa simpati"). Kata normal untuk "sedih" adalah lupe/w (lupeō), tapi kata ini memiliki awalan su/n (sun) yang sifatnya mengintensifkan yang lalu diubah menjadi sul- (sul-) melalui asimilasi. Konotasi kata kerja itu diperkuat "menjadi sangat sedih," yang menunjukkan emosi yang kuat.
Ratapan. "Ketika Yesus telah dekat dan melihat kota [Yerusalem] itu, Ia menangisinya" (Luk. 19:41). Kata kerja klai/w (klaiō) berarti "tersedu-sedu," "meratap," atau "menangis." Demikian juga, dalam ayat terpendek dalam Alkitab bahasa Inggris, kita membaca bahwa "Yesus menangis" di makam Lazarus (Yoh. 11:35). Kata kerja lain, dakru/w (dakruō), digunakan di sini; kata itu sebenarnya muncul dalam aorist tense dan paling baik diungkapkan dengan "air matanya tumpah."70Sementara yang pertama dari dua kata itu mengungkapkan kesedihan yang dapat didengar, kata yang kedua berfokus pada air mata. Keduanya mengungkapkan emosi yang kuat.
Belas kasihan. "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala" (Mat. 9:36). "Tergerak oleh belas kasihan" berasal dari kata kerja Yunani splagcniz/omai (splanchnizomai), yang berarti "merasa kasihan." Kata benda yang terkait, spla/gcnon (splanchnon), adalah salah satu ungkapan yang paling penuh warna untuk emosi atau perasaan di dalam seluruh Kitab Suci. Dalam Alkitab KJV, kata itu sering diterjemahkan "perut," yang dianggap sebagai kedudukan emosi yang kuat seperti kasih sayang, simpati, dan rasa kasihan (lihat Flp. 1:8; Kol. 3:12; KJV).
Kasih, Benci, dan Emosi Lain. Banyak kata lain yang menggambarkan emosi Yesus dapat disertakan. Ia tahu apa artinya "mengasihi" dan juga "membenci." Dengan menarik dari Perjanjian Lama, penulis Surat Ibrani berkata tentang Kristus, "Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan" (Ibr. 1:9a).71Yesus juga mengalami emosi seperti takjub dan tertekan (melihat Mat. 8:10; 26:37). Faktanya, ketika kita mendengar kata-kata yang mengerikan itu dari jam-jam terakhir-Nya di kayu salib, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat. 27:46), kita harus berasumsi bahwa Ia bahkan mengetahui keputusasaan.
Paulus merefleksikan hati Yesus—dan begitu juga kita seharusnya. Paulus mengalami kesedihan yang mendalam dan perasaan heran karena penolakan dan dosa gereja Galatia, anak-anak rohaninya. Dengan cara ini, ia bertindak seperti Yesus, yang mengasihi dan bersedia menderita atas nama orang-orang yang Ia datangi untuk diselamatkan. Sebagai murid Yesus, kita juga harus memiliki "sikap" Kristus itu (Flp. 2:5).
Dari pengamatan ini, kita dapat melihat bahwa emosi memainkan peran penting dalam mewujudkan semua yang Allah rancang untuk kita. Kehidupan batin Yesus harus menjadi nyata tidak hanya dalam tindakan kita tetapi juga dalam sikap kita. Kalau begitu, hati kita perlu diselaraskan dengan hati Yesus.
BIS: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang
bukan Y
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah provinsi Roma di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Allah, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat Paulus Kepada Jemaat-jemaat di Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berhak disebut rasul Yesus Kristus. Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa panggilannya untuk menjadi rasul berasal dari Allah, bukan dari manusia. Juga bahwa tugasnya ditujukan terutama sekali kepada orang bukan Yahudi (pasal 1-2 Gal 1:1-2:21). Setelah itu Paulus membentangkan pendiriannya bahwa hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Allah (pasal 3-4 Gal 3:1-4:31). Di dalam pasal-pasal terakhir buku ini (pasal 5-6 Gal 5:1-6:18), Paulus menunjukkan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen karena ia percaya kepada Kristus, akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen.
Isi
- Pendahuluan
Gal 1:1-10 - Hak Paulus sebagai rasul
Gal 1:11-2:21 - Kabar Baik tentang rahmat Allah
Gal 3:1-4:31 - Kebebasan dan kewajiban orang Kristen
Gal 5:1-6:10 - Penutup
Gal 6:11-18
Ajaran: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah
hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 49 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Galatia. (Dan juga setiap orang Kristen/jemaat Kristen di seluruh dunia). Keadaan mereka sedang dibingungkan oleh orang-orang yang menjelek-jelekkan dan memfitnah Rasul Paulus; mereka juga mengajarkan Injil lain (ajaran sesat).
Isi Kitab: Kitab Galatia terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian Rasul Paulus, bahwa orang-orang Kristen hidup oleh iman, bukan oleh hukum, serta buah kehidupan Kristen timbul dari Roh, bukan dari daging.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Galatia
Pasal 1 (Gal 1:1-10).
Pengajaran tentang Injil yang benar
Dalam nats ini Rasul Paulus mengatakan bahwa hanya ada satu Injil di dunia ini, yaitu Injil Yesus Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 1:8-9. _Tanyakan_: Apa akibatnya bagi orang yang memberitakan Injil yang tidak benar?
Pasal 1-2 (Gal 1:11-2:21).
Pengajaran tentang riwayat hidup Rasul Paulus dan kerasulannya Dalam bagian ini, Rasul Paulus menceritakan siapa dirinya sebelum menjadi Rasul dan sesudah menjadi Rasul.
Pasal 3-4 (Gal 3:1-4:31).
Pengajaran tentang arti Injil Kristus yang benar
Dalam pasal-pasal ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan atas janji Allah kepada Abraham sebagai Bapa orang beriman dalam arti menjadi anak-anak Allah karena penebusan Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 3:6. _Tanyakan_: Mengapa Abraham dibenarkan Allah?
- Bacalah pasal Gal 3:26-27. _Tanyakan_: Apakah yang menjadikan orang-orang Kristen anak-anak Allah?
Pasal 5-6 (Gal 5:1-6:18).
Pengajaran tentang orang-orang Kristen hidup dalam kemerdekaan dari hukum Taurat
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa bila Yesus Kristus sudah membebaskan orang percaya dari Hukum Taurat, mengapa harus memberikan diri hidup di dalam perhambaan Hukum Taurat lagi.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 5:1-6,13-26. _Tanyakan_: Apakah yang terpenting bagi seorang Kristen? (lihat ayat 6; Gal 5:6). Bagaimanakah orang Kristen mempergunakan kemerdekaannya? (ayat 13-15; Gal 5:13-15). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah daging? (Gal 5:19-21). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah Roh? (Gal 5:22).
- Bacalah pasal Gal 6:11. _Tanyakan_: Apakah yang dihasilkan perbuatan manusia? Bagaimanakah perintah Allah tentang sikap orang Kriste terhadap sesamanya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Galatia ini, jelaslah kita lihat bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum Taurat lagi. Orang Kristen sudah merdeka dari perhambaan Hukum Taurat, sebab Injil Yesus Kristus lebih berkuasa daripada Hukum Taurat. Tetapi walaupun demikian orang Kristen tidaklah boleh mempergunakan kemerdekaannya itu dengan sembarangan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Galatia?
- Apakah isi pengajaran Kitab Galatia?
- Apakah arti kemerdekaan bagi orang Kristen?
- Mengapakah orang Kristen tidak berada di bawah perhambaan hukum Taurat?
Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia
Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.
Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia telah menyimpang dari pengertian yang benar tentang iman Kristen (Gal 1:6). Mereka dibingungkan oleh orang Kristen keturunan Yahudi yang ingin membebani mereka dengan kebiasaan sunat dan dengan menaati hukum-hukum Yahudi lainnya (Gal 3:1) yang mengatakan bahwa hanya dengan jalan ini mereka dapat menikmati hubungan istimewa dengan Allah. Paulus sangat yakin jika mereka bersandar pada hukum Yahudi dalam hubungan mereka dengan Allah, berarti mereka menyangkal inti Injil, yaitu bahwa hubungan Allah dengan manusia bergantung pada iman, bukan pada perbuatan. Dalam surat ini Paulus menjelaskan hubungannya dengan gereja di Yerusalem. Ia juga menerangkan tentang sifat kebebasan Kristen yang timbul apabila orang Kristen beriman terhadap Kristus dan bukan mencoba untuk menyenangkan Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
PENULIS DAN PEMBACANYA.
1. Penulis: Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus (Gal 1:1), berisi inti ajaran tentang iman. Argumentasinya yang kuat mengungkapkan kepribadiannya dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang pengkhotbah dan orang yang tidak takut untuk berpendirian. Surat ini memberikan kepada kita gambaran rinci mengenai kehidupannya yang tidak disebut dalam tulisannya yang lain.
2. Pembacanya: Paulus telah berkhotbah kepada pembacanya (Gal 1:8, 9; 4:13) dan mereka menikmati hubungan yang akrab (Gal 4:15). Beberapa orang mengatakan bahwa ia menulis kepada orang Kristen di Galatia Utara (Asia Kecil) yang berbangsa Gaul, yang dikunjungi oleh Paulus dalam perjalanan misionarisnya yang kedua. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa ia menulis untuk orang di propinsi Galatia Selatan yang dikuasai orang Romawi (termasuk Antiokhia, Ikonum, Derbe dan Listra) yang telah dikunjungi oleh Paulus pada perjalanan misionarisnya yang pertama.
WAKTU PENULISAN.
Kapan surat ini ditulis tergantung pada kepada siapa surat ini ditulis. Kebanyakan orang percaya bahwa surat ini ditulis untuk Galatia Selatan dan ini berarti bahwa surat ini ditulis pada sekitar tahun 48 M. Jika surat ini untuk Galatia Utara maka ditulis lebih belakang, tetapi ini masih termasuk dalam surat-surat yang paling awal dalam Perjanjian Baru.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Surat ini merupakan surat perjuangan. Paulus menolak untuk berkompromi, ia menulis dalam bahasa yang keras untuk mendukung tema utamanya dengan memakai berbagai argumentasi yang berbeda.
2. Surat ini merupakan surat kasih, karena ditulis dengan penuh perhatian dan kekuatiran dari seorang gembala yang besar.
3. Surat ini singkat, dianggap 'sebuah garis besar' dari surat Roma yang pesannya sama, namun dikembangkan lebih luas dan ditujukan bagi situasi yang tidak terlalu buruk.
4. Surat ini merupakan surat yang memberi kesan yang dalam dan berisi ajaran-ajaran yang mudah diingat, misalnya Gal 2:20; 5:1, 5:22, 23; 6:14.
Pesan
1. Hukum Taurat merupakan jalan buntu.Keprihatinan utama Paulus ialah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak mungkin
dibenarkan di hadapan Allah melalui perbuatan baik atau menaati hukum Taurat.
Hukum Taurat:
o Tidak membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16
o Bertentangan dengan cara Kristus. Gal 2:19;5:4
o Tidak dapat memberikan Roh Kudus. Gal 3:2, 5; 5:18
o Hanya menghasilkan kutuk. Gal 3:10-14
o Merupakan interupsi sementara dalam rencana jangka panjang Allah. Gal 3:17
o Mempunyai suatu maksud. Gal 3:21-29
o Membebankan tuntutan kepada manusia. Gal 5:3
o Mudah diringkas. Gal 5:14
2. Iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
Tujuan utama Kristus adalah untuk membuat supaya iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
o Iman membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16; 3:11
o Kristen harus terus melatih iman. Gal 2:20;3:3
o Roh Kudus datang melalui iman. Gal 3:2, 5,14
o Sejarah panjang dari iman. Gal 3:6-9
o Akibat kedatangan iman. Gal 3:22-26
o Cara iman memperlihatkan dirinya. Gal 5:6
o Kristen membentuk'kekeluargaan dalam iman'. Gal 6:10
3. Yesus berarti kemerdekaan.
o Yesus membawa kemerdekaan dari penindasan hukum Taurat. Gal 3:1-4:7
o Tradisi besar kemerdekaan. Gal 4:21-31
o Kemerdekaan perlu dijaga. Gal 5:1
o Cara yang benar dan salah untuk menyatakan kemerdekaan. Gal 5:13-6:10
Penerapan
Masalah sunat bukan lagi menjadi bahan perdebatan yang hangat dewasa ini, tetapi pesan Paulus masih relevan:
1. Bagi orang Kristen legalls.
Banyak orang masih berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk dapat dibenarkan di hadapan Allah bergantung kepada berapa banyak peraturan yang ditaatinya dan seberapa terhormatnya dia. Paulus menunjukkan bahwa yang penting adalah iman, bukan perbuatan.
2. Bagi orang Kristen yang prinsip hidupnya kendur.
Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus tidak berarti bahwa seorang Kristen boleh bertindak semaunya. Hidupnya tidak boleh didasari oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri dan hawa nafsunya. Ia mempunyai tanggung jawab baru untuk menyatakan buah Roh di dalam sifat, tingkah laku dan hubungan-hubungannya dengan orang lain.
Surat ini juga mengajar kepada kita tentang dua masalah penting lainnya:
1. Tentang doktrin Kristen.
Gereja tidak mempunyai wewenang untuk mempercayai apa saja yang disukainya atau secara bebas menentukan doktrinnya sendiri. Kebenaran Kristen sudah diungkapkan oleh Allah dan tidak dapat diganggu gugat. Paulus menekankan bahwa mempercayai sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah Allah ungkapkan itu berbahaya, karena hal itu bukan saja tidak benar tetapi juga akan membawa kepada penghukuman. Kebenaran itu sudah diatur oleh para rasul dan juga dalam Galatia, Paulus menekankan mengenai wewenang kerasulannya.
2. Tentang kesatuan Alkitab.
Banyak orang percaya bahwa hanya terdapat sedikit hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan mereka berbicara tentang dua Allah dengan dua tuntutan berbeda terhadap manusia. Paulus menunjukkan bahwa Allah hanya satu dan terdapat suatu kesatuan dalam seluruh isi Alkitab.
Tema-tema Kunci
Selain satu pesan utama Paulus, terdapat pemikiran-pemikiran lainnya.
1. Daging.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa cara yang berbeda. Sebutkan! Gal 1:16; 2:20; 3:3; 4:23, 29; 5:13, 16, 17, 19, 24; 6:8, 12, 13.
2. Perhambaan.
Demikianlah Paulus menggambarkan keadaan manusia sebelum mereka menjadi Kristen. Apa masalahnya sekarang? Gal 4:8; 2:4.
3. Salib.
Untuk kebanyakan orang salib merupakan gangguan (Gal 5:11; 6:12) tetapi untuk Paulus salib merupakan alasan untuk bermegah (Gal 6:14). Apalagi hal lainnya yang ditulisnya tentang kematian Yesus?
4. Anak Allah.
Ini merupakan gambaran dari seorang Kristen yang paling disukainya. Panggilan itu merupakan kebalikan dari menjadi seorang hamba. Bagaimana Paulus menggambarkan hak-hak istimewa menjadi seorang anak Allah? Gal 3:7, 26; 4:5, 6, 22.
5. Roh Kudus.
Galatia penuh dengan referensi tentang Roh Kudus. Carilah dalam ayat-ayat di bawah ini dan kelompokkan ayat-ayat itu di bawah tema-tema pokok dalam ajaran Paulus mengenai Roh Kudus.
Tema-tema itu adalah: menerima Roh; menghasilkan buah-buah Roh; berjalan dan hidup dalam Roh. Gal 3:2, 3, 5, 14; 4:6; 5:16, 17, 18, 22, 25; 6:1, 8, 18.
Garis Besar Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) [1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2Rasul dan para pembacanya
Gal 1:3-5Salam Paulus
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJ
[1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2 | Rasul dan para pembacanya |
Gal 1:3-5 | Salam Paulus |
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJUANNYA Gal 1:6-10
Gal 1:6 | Keprihatinannya |
Gal 1:7-9 | Keyakinannya |
Gal 1:10 | Motivasinya |
[3] PAULUS MENERANGKAN KESAKSIANNYA DENGAN SINGKAT Gal 1:11-2:21
Gal 1:11-12 | Sumber ajarannya |
Gal 1:13-17 | Kisah panggilannya |
Gal 1:18-2:10 | Hubungannya dengan Yerusalem |
Gal 2:11-14 | Perdebatannya dengan Petrus |
Gal 2:15-21 | Pengertiannya tentang Injil |
[4] PAULUS MENGEMBANGKAN ARGUMENTASINYA Gal 3:1-4:31
Gal 3:1-5 | Pengalaman orang Galatia |
Gal 3:6-9 | Contoh dari Abraham |
Gal 3:10-14 | Kutuk hukum Taurat |
Gal 3:15-18 | Keuntungan dari janji hukum Taurat |
Gal 3:19-29 | Maksud hukum Taurat |
Gal 4:1-11 | Sifat Keanakan |
Gal 4:12-20 | Imbauan pribadi |
Gal 4:21-31 | Dua macam 'anak' |
[5] PAULUS MENJELASKAN TENTANG KEMERDEKAAN KRISTEN Gal 5:1-6:10
Gal 5:1 | Jangan mau lagi diperhamba |
Gal 5:2-6 | Bebas dari sunat |
Gal 5:7-12 | Imbauan pribadi lainnya Bagaimana menggunakan kemerdekaan: kasih |
Gal 5:16-21 | Apa yang bukan kemerdekaan |
Gal 5:22-24 | Apa kemerdekaan itu |
Gal 5:25-6:10 | Kemerdekaan dan hubungan hubungan kita |
[6] PAULUS MENANDATANGANI SURATNYA
Gal 6:11-15 | Paulus menggarisbawahi pokok ajarannya |
Gal 6:16-18 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi